MOMEN 13 - Tawaran Dari TV

176 26 5
                                    

Jatah hari Sabtu karena nggak update nih. Jadi hari ini update 2 part yaaa. Selamat membaca. Jangan lupa tinggalkan jejak.

***

Tangan kanan Kelana menyendok nasi goreng di piring. Sementara tangan kiri sibuk memegang HP. Si jempol itu seolah sedang berakrobat karena bergerak dari bawah ke atas, begitu seterusnya.

"Fokus makan dulu napa, Lan." Bian yang dari tadi melihat aktivitas Kelana, buka suara. "Dari siang lo nggak makan. Mau badan lo makin kurus kayak cengcorang?"

Kelana mendongak. "Bisa diem nggak?"

"Lo masih nggak percaya soal kepopuleran mendadak itu?" Bian malah balik bertanya.

Sekarang, Kelana menyimpan ponsel di atas meja. Dia menyeruput teh hangat sebelum menjawab. "Dari awal main Tiktok, gue cuman cari hiburan. Nggak ada niat viral. Lagian, konten gue cuman joget-joget nggak jelas. Seharusnya gue nggak viral. Masih banyak orang berbakat yang mesti terekspose. Bukan gue. Gue nggak bisa apa-apa."

Mendengar penjelasan itu, Bian mengulurkan tangan, lalu mengusap gundukan tangan Kelana. "Kenapa sih, lo selalu merendah kayak gitu?"

Kelana tidak menjawab.

"Inget ya, Lan. Sesuatu yang menurut lo nggak menarik belum tentu nggak menarik juga di mata orang lain. Buat orang lain, barangkali itu menghibur? Atau, itu jadi inspirasi?" Bian mengangguk-angguk. "Seorang cewek SMA, masih pake seragam sekolah, terus joget di toko orang tuanya. Itu pemandangan baru buat mereka. Elo memang nggak ngelihatin ke mereka saat lo jualan. Tapi menurut gue, mereka sadar kalo lo itu lagi bantu orangtua lo. Mungkin itu juga yang bikin videonya viral."

"Tetep aja gue nggak ngerasa pantes." Kelana menggigit bibir. Dia yang selama ini selalu berusaha terlihat percaya diri di antara gempuran anak-anak elit, kini menunjukan ketidakpercayaan dirinya. "Apalagi ...." Kelana mengambil HP-nya lagi. "Nih, lo lihat." Kelana menyodorkan ponselnya ke arah Bian.

"Kami dari tim kreatif Bincang Tawa, berniat mengundang Kelana undak hadir ...." Bian melanjutkan aktivitas membaca di dalam hati. Hingga muncul senyuman lebar dan pelototan tidak percaya. "Lan. Lo diundang TV? Anjir. Lo beneran bakal jadi artis dong."

"Bukan cuma satu. Ada dua acara lain yang DM gue di Instagram."

"Ambil kesempatan ini, Lan. Ambil!" tegas Bian. "Jangan sia-siakan semuanya."

Kelana mengembuskan napas panjang. "Sudah gue bilang, gue nggak minat masuk dunia enterteint. Gue cuman gabut dan bikin video Tiktok. Itu doang."

"Ah, nggak seru lo, Lan. Harusnya elo ...."

"Bi!" Kelana menghentikan ucapan Bian. "Nggak semua orang pengin terkenal. Bisa hidup bareng Mama dan bantuin dia di toko aja udah lebih dari cukup buat gue."

Bian tidak lagi berbicara. Dia memilih makan sesendok nasi goreng terakhir.

Sekarang, Kelana benar-benar menutup aplikasi media sosial yang sempat dia buka. Dia melirik jam tangan yang sudah menunjukkan pukul sepuluh malam. "Udah malem. Lo bisa pulang."

"Lo ngusir?" Bian memonyongkan bibir. "Tega lo ya, ngusir gue."

"Apa lo nggak capek? Udah terlalu banyak hal yang lo lakuin buat gue hari ini. Lo harus istirahat."

"Gue nggak akan pernah capek kalo bareng lo." Bian nyengir kuda.

"Bosen gue Bi dengerin becandaan elo. Nggak lucu!" Sekarang, Kelana menilik wajah Bian. Dia mengangkat tangan. "Atau jangan-jangan, lo lagi ada masalah di rumah? Makannya elo nggak mau pulang."

Bian hanya menjentikkan bibir. Tanda tidak peduli.

"Lo ada masalah sama orang tua lo kan?" Kelana belum berhenti mencari tahu.

Glow Up Moment (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang