MOMEN 21 - Rencana Baru

121 26 3
                                    

Hari ini update dua bab ya gengs. Please, ramaikan. Komen yang banyak biar ceritanya ke-up. Selamat membacaaa.

***

Ken menghentikan langkah saat melihat ayahnya duduk di sofa, tepat di depan televisi. Kening cowok itu sedikit mencureng saat melihat aktivitas tidak biasa sang papa.

"Papa?" ucap Ken. "Tumben santai jam segini?"

Adi melirik jam tangan yang menunjukkan pukul dua belas siang. "Papa emang lagi nunggu kamu."

"Nunggu?"

"Gimana Soal Kelana?" Lelaki yang masih mengenakan kemeja berwarna putih dan celana bahan itu mengalihkan fokus ke Ken. "Aman?"

Ken memejamkan mata, disusul embusan napas keras. "Aman," jawabnya. "Hebat ya Kelana? Jarang lho ada talent yang diperhatikan sedemikian rupa kayak gini. Apalagi sekarang, dia dikasih fashion stylist seperti Kak Irgi. Harga Kak Irgi kan mahal. Belum lagi soal manager dan asisten. Management nyediain tiga orang sekaligus buat ngusus satu talent doang."

"Kelana itu aset kita, Ken. Dia bisa menaikkan management kita. Sejak setahun terakhir, belum ada lagi artis yang sukses di tangan kita. Maka dari itu, kita juga harus nyari orang yang tepat supaya bisa dijadikan guru. Irgi itu kan cerdas. Fashion stylist, desainer, aktif modeling juga. Menurut Papa, dia orang yang tepat."

Ken mengangguk-angguk mendengar ayahnya berbicara.

"Soal keluarga Kelana gimana?" tanya Adi.

"Kelana hidup di salah satu kampung di Jakarta Pusat. Dia hidup di rumah yang ... ya, lumayanlah. Nggak jelek-jelek amat. Kelana bilang, sejak kecil, dia dan ibunya hidup berdua. Ibunya bekerja sebagai pedagang di tanah abang." Ken menghembuskan napas. "Sayangnya, ibunya punya penyakit gagal jantung. Itu pula yang membuat Kelana akhirnya mau nerima undangan TV. Awalnya, dia ogah-ogahan nyemplung ke dunia enterteint."

"Serius?"

"Kelana butuh biaya operasi buat ibunya. Belum lagi sewa toko yang harus sudah dibayar. Jadi menurut dia, satu-satunya jalan ya memanfaatkan keviralannya di Tiktok."

"Kita harus bantu Kelana!" tegas Adi.

"Bantu?" Cowok itu terkekeh heran. "Apalagi yang perlu dibantu? Udah banyak hal nggak masuk akal yang dia dapeti ketimbang talent lain!"

"Maksud Papa, kita harus bantu meringankan kesulitan dia yang lain!" kata Adi. "Seperti Papa bilang, Kelana itu aset kita. Papa yakin, uang yang digelontorkan buat Kelana akan tergantikan lagi."

Ken hanya mendesah panjang.

"Kalau ketemu Kelana, tanyakan kebutuhan dia secara total ya. Nanti Papa transper."

Ken hanya menjawab dengan anggukkan.

"Satu lagi!" Adi berbicara tegas.

"Apalagi, Pah?"

"Menurut Papa, Kelana harus diawasi secara full," ucap Adi. "Papa punya dua rencana bagus."

Mendengar ucapan itu, mata Ken membulat. Dia tahu, rencana itu pasti dihempaskan lagi kepada dirinya. Bukankah dari awal juga begitu? Ken harus pura-pura ramah kepada Kelana. Ken harus mengantar jemput Kelana. Ken harus rela menurunkan levelnya demi Kelana. Sekarang apalagi?

"Pertama, Kelana harus dikasih apartemen pribadi supaya dia bisa fokus mengembangkan bakatnya," jelas Adi.

"Hah?" Ken menggeleng tidak setuju. "Di mana ceritanya ada management yang ngasih fasilitas apartemen? Papa ngaco ya! Gimana kalau ada talent lain yang cemburu? Nggak ada yang pernah dikasih apartemen, Pah!"

Glow Up Moment (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang