MOMEN 24 - Kehadiran Orang Baru

127 17 11
                                    

Suara riuh kelas membuat Kelana berseri-seri. Meski kepopuleran itu sudah dimulai sejak lebih dari dua minggu, teman-teman kelas Kelana tidak henti-hentinya memuji dan mengungkapkan kekagumannya kepada Kelana.

"Gue nonton lo di acara Lapor, Tsay!" ucap salah satu murid. "Keren banget, Lan. Lo bisa ngimbangin para pelawak itu. Padahal kan, lo bukan pelawak."

Kelana hanya tertawa. Semua yang dia katakan di TV di-briefing sebelumnya. Sudah pasti, kata-kata yang keluar dari mulutnya saat hadir di acara komedi itu terasa lucu karena memang ada persiapan.

Sekarang, Kelana mendongak ke arah Iti dan Puan. Jika anak-anak lainnya heboh membicarakan Kelana, kedua sahabatnya itu malah sebaliknya. Di kursi masing-masing yang bersebelahan, Iti dan Puan terlihat fokus membaca buku pelajaran.

"Guys," kata Kelana.

"Hei," kata Puan dibarengi senyum lebar. Namun beberapa detik kemudian, dia menunduk, kembali fokus ke buku paket Biologi yang sepertinya tidak dibaca sama sekali.

Sikap dingin itu membuat Kelana menegakkan badan. Dia ingat kejadian kemarin saat jam istirahat. Keterlibatan Kelana di tim Cheerleaders tampaknya membuat Iti dan Puan keberatan.

"Gue minta maaf." Kelana duduk di depan kursi Iti dan Puan. "Gue harusnya jujur ke kalian."

"Nggak perlu minta maaf, Lan," ungkap Iti. "Udah seharusnya elo temanan sama mereka. Kan elo udah beda sekarang. Udah jadi artis."

"Gabungnya gue di Cheerleaders bukan berarti gue mau ninggalin kalian. Kalian tetep sahabat-sahabat gue. Kalian ...."

"Kelana!"

Ucapan Kelana terbuyarkan karena ada panggilan itu. "Eh, Ca. Kenapa?"

"Lo duduk di dekat gue ya?" ucap Clarissa. "Gue kan yang megang medsos tim Cheerleaders, jadi ada banyak hal yang musti gue diskusiin sama elo."

Perkataan itu membuat Kelana membeku. Dia melihat Iti dan Puan sekali lagi. Keduanya sama cueknya saat Clarissa mengajak Kelana untuk pindah.

"Kalian berdua nggak apa-apa kan?" tanya Clarissa santai.

Puan mendongak. "Nggak apa-apa."

"Iti?" Clarissa memastikan kepada satu sahabat Kelana. "Tenang, Kelana nggak bakal gue ambil kok. Ini cuman buat kebutuhan Cheerleaders."

"Nggak masalah." Itu berusaha tersenyum. "Lagian, Lana bebas kok pindah ke mana aja."

Ucapan itu membuat Clarissa tersenyum semakin lebar. "Tuh, Lan. Kedua sahabat elo udah ngebolehin."

"Guys." Kelana terlihat ragu. "Gue ...."

"Udah. Pindah aja!" Puan berbicara bahkan tanpa menatap Kelana.

Dalam situasi seperti ini, Kelana sama sekali tidak bisa berkutik. Iti dan Puan adalah kedua sahabatnya. Sementara, Clarissa kini menjadi partner di Cheerleaders. Seburuk apa pun masa lalu dirinya dengan Clarissa, Kelana merasa jika kebersamaan ini bisa jadi peluang untuk membuat hubungan mereka membaik. Kalau Clarissa udah baik ke gue, dia juga nggak bakal berani ganggu Iti dan Puan. Setidaknya, hal itulah yang Kelana yakini.

Akhirnya, Kelana mengangguk. Dia menarik tas yang sudah bertengger di kursi lamanya. Pelan, Clarissa menarik tangan Kelana. Baru kali ini Kelana merasa tangannya digenggam lembut oleh cewek itu. Rasa-rasanya, aktivitas semacam ini terasa begitu aneh.

"Lo duduk di sini," ucap Clarissa. "Biar Indi yang pindah ke tempat duduk lo yang lama."

"Ini nggak apa-apa?" tanya Kelana.

"Nggak apa-apa. Indi santai kok orangnya." Clarissa melirik Indi yang termasuk anggota gengnya. "Iya kan, Di?"

"Yoi." Indi bangkin dari tempat duduknya. "Gue pindah ya."

Glow Up Moment (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang