MOMEN SATU - DUA COWOK

934 113 51
                                    

Guys, Glow Up Moment akan update setiap Selasa dan Sabtu yaaa. So, jangan lupa untuk terus meramaikan novel ini. Selamat membaca .... :)

***

Kelana menyeruput es jeruk yang dipesan sepuluh menit lalu. Sesekali, dia melirik ponsel yang mengeluarkan bunyi notifikasi. Setiap ada notifikasi itu, Kelana mengembuskan napas keras. Notifikasi dari aplikasi yang sedang hype beberapa tahun terakhir ini membuatnya nyaris gila.

"Lan ...." Iti berbicara ragu. "Hari ini orangtua lo ke sekolah kan?"

Perhatian Kelana yang awalnya terpusat di HP, kini buyar. Dia menarik gelas yang masih berisi setengah es jeruk, lantas menyeruputnya. "Ya."

"Dia nggak bakalan kecewa?" Puan ikut bersuara dengan wajah gelisah.

"Kecewa?" Kelana tertawa. "Iti, Puan, kalian nggak usah khawatir. Gue udah jelasin kronologi kejadiannya ke nyokap gue. Setiap ada perkelahian, gue selalu jujur. Dan ya, siapa pun bisa menilai kalau gue nggak salah. Yang mulai kan si Clarissa."

"Tapi, Lan ..." Puan menusuk bakso dengan garpu dan melahapnya dengan ganas. "Maksud gue, orangtua lo bakal kena imbasnya lagi. Lo tahu kan Clarissa itu salah satu anak dari pengurus yayasan? Bisa-bisa, kejadian kemarin bikin lo harus pindah sekolah. Gue nggak mau kalau ...."

"Sttt." Kelana menggeleng. "Nggak akan. Tenang saja. Lagian, gue yakin sekolah ini adil. Suara dari Clarissa nggak bakal bisa ngubah peraturan sekolah. Lo tahu kan? Orang yang bisa dikeluarkan dari sekolah ini hanya orang yang memang punya kesalahan fatal. Sementara gue? Gue hanya membela diri."

Mendengar penjelasan itu, Iti dan Puan terlihat lega. Mereka mengangguk-angguk.

"Eh, guys, kalian tahu nggak sih gimana caranya bikin HP gue diem?" Kelana kembali membuka HP-nya. "Pusing gue. Views di videonya sudah sampe tiga juta. Yang komen dan like makin membludak. Gue benar-benar nggak nyangka kejadiannya bakal kayak gini. Di Tiktok gue udah ada lebih dari lima puluh video lho. Aneh aja video kelima puluh tujuh malah viral."

Puan dan Iti angkat bahu.

"Apa gue hapus videonya aja ya?" Kelana mulai memijit titik tiga di pojok kiri. Dia mencari tulisan 'hapus'.

"Eh, jangan!" Puan langsung melotot. "Lo harus tahu. Video viral ini bisa jadi peluang buat lo. Maksud gue, selama ini kita ditindas terus sama Clarissa dan gengnya. Kalau lo makin booming, mungkin ini bakal berpengaruh ke kehidupan kita. Kita jadi nggak diremehin lagi sama mereka."

"Gitu ya?" Kelana terlihat ragu. "Tapi tanpa populer pun, kita masih bisa lawan."

"Ya itu elo." Iti menyambar gemas ucapan Kelana. "Cuman lo yang berani. Bayangin! Kalau nggak ada elo, ya kita-kita kembali seperti sampah yang bisanya cuman diinjek-injek."

Kelana mengembuskan napas panjang. Dia jadi ingat saat pertama kali masuk sekolah ini. Kelana adalah satu-satunya orang dari kelas menengah yang bisa bersekolah di SMA favorit tanpa beasiswa. Dia membayar biaya penuh dari hasil kerja ibunya jualan baju di Tanah Abang. Sementara, Puan dan Iti adalah dua orang manusia dengan jalur beasiswa di SMA Unggulan Bina Bakti. Mereka dipertemukan dalam satu kelas yang sama. Sialnya, mereka juga harus dipersatukan karena mendapatkan diskriminasi. Clarissa dan gengnya menyebut jika Kelana, Iti, dan Puan adalah Geng Burik. Bukan hanya perihal sebutan, hampir setiap hari, mereka cari gara-gara.

"Woy!"

Tiga cewek yang sedang fokus menyantap makanan, mendongak. Terdapat Clarissa yang tengah berdiri dengan tangan terlipat di dada. Di sisinya, ada empat cewek yang merupakan antek-antek Clarissa.

"Gue nggak budek!" Kelana melirik Clarissa. "Lo nggak usah teriak-teriak."

"Lo masih berani sama gue?" Clarissa menatap tajam. "Inget ya. Hari ini, orangtua lo dipanggil kepsek. Kita lihat, hukuman apa yang lo dapet dari kejadian kemarin."

Glow Up Moment (Tamat)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang