Haiiii. Update lagi niiih. Inget yaaa. Update-nya tiap Selasa dan Sabtu. So, jangan lupa vote dan komen untuk mendukung cerita ini. Selamat membaca guyssss.
***
Kelana mengenggam tangan ibunya saat melangkah menuju ruang kepala sekolah. Langkahnya santai, wajahnya juga tetap semringah seperti biasa. Sebaliknya, wajah wanita yang sudah memasuki kepala empat itu terlihat tegang. Sama seperti orangtua lainnya, menghadiri pemanggilan pihak sekolah gara-gara ulah anaknya mirip seperti mimpi buruk.
"Silakan masuk, Bu Ami, Lana," ucap seorang lelaki berkacamata dan berbadan tinggi. Namanya Baron. Dia kepala sekolah di SMA Unggulan Bina Bakti.
Sebelum masuk ke ruangan sunyi itu, Kelana menyebar pandang. Di dalam sana sudah ada Clarissa yang duduk di sisi lelaki berbadan besar. Lelaki yang masih mengenakan pakaian kantor dengan dasi dan jas tebalnya. Lelaki itu terlihat santai dengan badan menyender di sofa, serta posisi duduk dengan kaki menumpang ke kaki lainnya.
Dalam situasi seperti ini, terlihat sekali perbedaan yang mencolok setelah mereka ada di ruangan yang sama. Clarissa bak sinar menyilaukan dari rumah megah, sementara Kelana seperti sinar lampu lima watt yang pedih di mata.
"Ibu orangtuanya Kelana?" tanya Surya, lelaki itu melirik tajam.
Ami menegak, disusul gerakkan tangan yang menarik kerudung ke bawah. Perempuan yang biasanya paling ramah dan energik saat menawarkan pakaian dagangan, terlihat tidak percaya diri.
"Benar, Pak, saya ibunya Lana," jawab Ami pelan.
"Tahu kan apa yang dilakukan anak Ibu?" tanya lelaki itu lagi.
Ami terdiam.
"Pak Surya ...." Baron buru-buru mengambil alih pembicaraan yang mulai tegang. "Karena Bu Ami dan Lana sudah datang, saya lanjut ya. Jadi sebelumnya, saya sudah memberikan map berisi riwayat masalah yang berhubungan dengan Caca kepada Pak Surya."
Semuanya mengangguk paham.
"Nah, Bu Ami." Baron mengambil sebuah map berwarna biru yang bertuliskan Kelana Ken Kertarani beserta nama kelasnya, 11 IPA 1. "Ini catatan guru BK tentang beberapa kejadian yang ada hubungannya dengan Kelana." Dia menyodorkan map ke arah Ami. "Ibu bisa lihat sendiri."
Ami menghela napas sebelum menarik map itu. Beberapa detik setelahnya, benda tersebut sudah berpindah tangan. Dia mengamati satu per satu riwayat kejadian.
Di dalam map itu, ada beberapa kejadian yang melibatkan Kelana. Perkelahian di toilet, perobekan baju salah satu murid, pengrusakan papan tulis di kelas, ditemukannya ponsel milik teman sekelas di tas Kelana, juga perbuatan tidak menyenangkan yang mengakibatkan Clarissa pingsan di kelas. Semua itu adalah kejadian yang berlaku satu tahun ke belakang.
"Pak." Kelana berbicara setelah sedikit melirik map itu. "Apa Bapak tahu latar belakang kejadian-kejadian itu? Pak Rudi selaku guru BK tahu kejadian yang sebenarnya kok."
"Memang kejadian sebenarnya seperti apa?" Surya bertanya dengan sedikit nada meremehkan.
"Perkelahian di toilet dipicu oleh bullying yang dilakukan Caca kepada saya, Iti, dan Puan. Mengenai perobekan baju olahraga teman sekelas, saya dijebak. Saat itu saya sedirian di kelas. Saya tidak ikut olahraga karena lupa membawa baju olahraga. Baju itu sudah sobek sebelum tuduhan itu dilayangkan ke saya. Mengenai papan yang ...."
"Sudahlah, Kelana." Surya menggibaskan tangan. "Semua masalah itu mengarah ke kamu. Lagian tidak ada bukti CCTV yang bisa menangkal kenakalanmu itu. Jadi ...."
"Bukti CCTV?" Kelana hampir tertawa. "Bapak salah satu pegurus yayasan sekolah ini, kan? Masa Bapak tidak tahu kalau ruang kelas dan toilet tidak dipasangi CCTV? Sudah pasti tidak akan ada bukti video selain penjelasan dari saksi yang melihat."
KAMU SEDANG MEMBACA
Glow Up Moment (Tamat)
Teenfikce(Hai, jangan lupa follow sebelum baca yaa). *** Setelah video Tiktok-nya viral, kehidupan Kelana Ken Kertarani berubah total. Dia yang terkenal sebagai ketua Geng Burik di sekolah, mendadak diagung-agungkan. Sebagian masalah Kelana memang selesai ka...