Sudah hampir lima belas menit Freya berdiam di depan pintu kamar Jessi. Berkali-kali Freya tampak ragu untuk mengetuk pintu, ia sudah mengulurkan tangan tetapi selalu menariknya kembali karena takut mengganggu Jessi di akhir pekan yang tenang ini. Namun, saat tangannya kembali naik untuk mengetuk pada kesekian kalinya, tiba-tiba saja pintu itu terbuka. Freya terkejut, begitu pula dengan Jessi yang hendak keluar kamar.
"E-eh, Cici, hehe," sapa Freya duluan.
Jessi mengerutkan kening mendapati Freya pagi-pagi tumben sekali menemuinya. "Kenapa?"
"Hm, Cici sibuk, ya?" tanya Freya berbasa-basi. Jessi langsung menutup pintu kamarnya saat Freya berusaha mengintip. Walau hanya sekelebat, Freya sempat mengamati ada beberapa kertas yang berserakan di meja.
"Iya," jawab Jessi jujur.
"Oh," gumam Freya sambil mengangguk beberapa kali. "Terus sekarang mau pergi?" tanya Freya lagi karena Jessi terlihat memakai baju rapi.
"Iya, mau ke kampus. Ada acara."
"Ini kan Sabtu, emang Cici nggak libur?"
"Acaranya pas libur." Freya merengut kecewa mendengar jawaban Jessi, untungnya Jessi menyadari perubahan ekspresi adiknya itu. "Kamu perlu apa?"
Freya menggeleng. "Tadi aku mau minta Cici temenin beli buku, tapi Cici sibuk jadi nggak apa-apa, nggak usah." Freya menarik senyum berusaha meyakinkan Jessi. "Nanti aku pergi sama Kak Flora aja."
Giliran Jessi yang merengut dongkol. Sepertinya Freya sudah seakrab itu dengan Flora.
"Oh," respon Jessi kemudian melangkah melewati Freya.
Freya tertawa kecil. Benar dugaannya, Jessi jadi sangat sensitif jika ia mulai membahas soal Flora. Lucu sekali. Sebelum Jessi jauh, Freya segera menyusul langkah kakaknya itu sambil senyum-senyum tidak jelas. Freya baru berhenti ketika Jessi tiba di depan pintu dan memakai sepatunya.
"Boleh?" tanya Freya iseng.
"Ck," decak Jessi malas. Freya sengaja memancing sepertinya. Jessi kembali menegakkan tubuhnya setelah memakai sepatu kemudian menatap Freya yang juga tengah memerhatikannya dengan muka menanti jawaban yang malah tampak menyebalkan di mata Jessi. "Sebelum--"
"Jam enam harus udah di rumah," potong Freya tepat sasaran. Gadis itu tertawa senang mendapati Jessi menatapnya malas. "Iya-iya, nggak bakal pulang malem. Cici nggak perlu khawatir, haha. Udah sana! Hati-hati, Ci."
"Kamu yang hati-hati." Jessi mengulurkan tangannya ke belakang kepala Freya dan mencium keningnya singkat. "Bye."
Freya seketika melongo.
Apa-apaan itu, hei?! Kemarin tiba-tiba menepuk kepala, sekarang mencium kening, besok apa lagi?
Freya sering melihat Aran, ayah mereka, melakukan hal yang serupa pada Jessi, Chika, dan dirinya sebelum pergi bekerja, dan Freya merasa hal itu tidak masalah. Tetapi kalau Jessi yang melakukannya ... Freya tidak siap!
Rasa pusing dan panas yang tiba-tiba terasa di kepalanya menjadi satu-satunya pegangan bahwa Freya sedang tidak bermimpi saat ini. Jessica Chandra, manusia yang jumlah tersenyumnya pada satu hari bisa dihitung dengan jari itu ternyata bisa bersikap manis juga.