Freya bingung, benar-benar bingung bagaimana dia harus bersikap saat ada Jessi di sekitarnya. Suasana di antara mereka jadi terasa sedikit canggung sejak siang tadi, tapi ketika Freya mengamati Jessi, kakaknya itu terlihat biasa saja seolah tak terjadi apapun.
"Freya," panggil Chika. Freya menoleh, Chika tampak mengerutkan kening heran karena hari ini putrinya itu pendiam sekali. "kamu berantem sama Jessi?"
"Eh?" Freya sedikit terkejut.
"Kemarin kamu juga kayanya menghindari Jessi terus. Kalian berantem, ya?" tanya Chika sedih. Freya hanya mengedipkan mata gugup, ia takut salah bicara jika menjawab.
Chika lalu mengalihkan pandangan pada Jessi yang ada di ruang keluarga bersama Aran. Kebetulan sore ini mereka semua sudah ada di rumah, Aran tampaknya sedang mengobati luka di tangan Jessi, sementara itu Chika sedang memasak untuk makan malam bersama dengan Freya--walau Freya lebih banyak menonton dan melamun daripada membantu.
"Hm, enggak, kok," jawab Freya pelan. "Aku udah nggak berantem sama Cici. Kemarin, sih, iya tapi sekarang udah enggak."
"Loh? Kemarin kenapa emang?"
Freya bergumam panjang dan melirik ke arah lain, ia ragu apakah dirinya bisa menceritakan masalah Flora dan Jessi pada Chika. Itu sedikit memalukan bagi Freya, tiap mengingat kebodohannya itu Freya merasa ingin menghilang dari Bumi saja. Setelah menimang, akhirnya Freya memutuskan untuk memberitahu Chika intinya saja.
Chika melotot kaget mendengar cerita Freya kalau kemarin Flora menolak perasaan Freya karena gadis itu sebenarnya menyukai Jessi. Mata Chika bertambah lebar saat Freya memberitahu kalau ia sempat berpikir bahwa Jessi menyukai Flora juga karena kakaknya itu sangat sering melarang-larang Freya pergi bersama Flora.
Freya memalingkan muka sambil merengut dan malu. "Mami jangan ngelihatin aku kaya gitu, kaya aku abis bunuh presiden aja!"
"Hadeh, lagian kenapa bisa kepikiran begitu, sih?" Chika menggelengkan kepala heran. "Terus kalian baikannya gimana?"
"Ci Jessi akhirnya ketemu Kak Flora, dia denger semuanya dari Kak Flora abis itu jelasin ke aku kalau sebenernya dia nggak suka sama Kak Flora," balas Freya lirih.
"Terus? Jessi sukanya sama siapa?"
Muka Freya langsung berubah merah, ia menahan ekspresi salah tingkahnya dan mendelik tajam pada Chika. "M-mana aku tahu, ih. Terserah dia mau suka sama siapa aja."
"Tapi kamu cemburu, 'kan, waktu tahu kalau Flora suka sama Jessi? Buktinya kamu sampai mikir kalau Jessi suka balik sama Flora." Chika tersenyum dan menaikturunkan alisnya genit.
Freya melongo tidak percaya. Bagaimana bisa Chika dengan santai membahas hal aneh itu?--Yah, walaupun pada nyatanya memang benar Freya cemburu. "Ck, e-enggak! Argh, iya, deh. Lagian kalau Cici nanti punya pacar terus aku gimana? Masih baru-baru ini aku ngerasa deket sama Ci Jessi, masa dia udah mau sibuk sama pacarnya? Aku nggak terima, aku nggak mau sendirian lagi, Mi."
"Emang aku kelihatan sebulol itu di mata kamu?"
Freya langsung merinding dari ujung kaki naik ke kepala begitu suara itu menyapa indra pendengarannya. Chika menoleh terlebih dahulu ke belakang kemudian tertawa melihat Jessi berdiri satu langkah di belakang mereka sambil mengerutkan kening memandang punggung Freya.
Bukannya menjawab, Freya malah semakin memalingkan muka dan memojokkan diri pada meja dapur sambil berharap dia bisa menyusut dan hilang dari pandangan Jessi. Jessi lantas menghembuskan napas panjang.
"Mau aku punya pacar atau enggak, keluarga bakal tetep jadi prioritas utama aku, Freya. Kenapa kamu panik banget kalau aku bakal lupain kamu misal nanti aku punya pacar?"