Flora tidak bodoh, dia juga tidak polos. Gestur tubuh itu, ekspresi wajah itu, Flora bisa menebak dari sekali lihat saja bahwa Jessi pasrah menerima apapun yang hendak Freya lakukan padanya. Flora mulai sedikit kesulitan bernapas, dia sama sekali tidak menyangka akan melihat hal ini.
Mata Flora tidak lepas dari Jessi dengan pandangan yang mulai memburam dan terasa perih. Selama tujuh tahun Flora memendam perasaannya untuk Jessi, Flora tidak menyangka Jessi menghancurkan ekspektasi dan harapannya dengan cara seperti ini. Hati Flora terluka. Tujuan Flora datang ke sini adalah untuk meminta maaf dan memperbaiki hubungannya dengan Freya yang sempat menjadi renggang, tetapi Flora malah dihadapkan dengan kenyataan yang begitu pahit.
Freya memandang Flora cemas, tetapi saat hendak menghampiri gadis itu, Jessi menahan tangannya. Freya menoleh pada Jessi penuh tanda tanya. Jessi hanya menjawab dengan gelengan tanda agar Freya tidak perlu melakukan apapun.
"Ci,"
"Jangan."
"Tapi Kak Flora ..." Freya menggantung ucapannya, sekali lagi Freya menatap Flora mengiba. Freya lantas kembali menambatkan perhatiannya ke Jessi. "Kita harus jelasin ke dia, kaya yang kamu lakuin ke Kak Muthe," lanjut Freya.
"Jelasin apa?" tanya Jessi balik. "jelasin kalau kamu adik aku? Atau kalau kamu pacar aku? Hm?"
Freya sedikit menyusut. "I-itu ... "
Hati Freya seperti teriris. Pertanyaan Jessi tidak salah, tapi apa-apaan Jessi bicara seperti itu padanya? Freya tahu hubungan romansa mereka berdua sudah seharusnya menjadi rahasia, tetapi cara Jessi menyampaikannya membuat hanya Freya yang tampak menginginkan hubungan ini.
Jessi mengeratkan genggamannya ketika Freya memberontak. "Mau apa kamu?"
"Mau ngelakuin apa yang seharusnya aku lakuin." Freya berusaha membebaskan tangannya dari Jessi. Freya mendecak kesal, dia menarik tangannya dengan kasar sampai akhirnya berhasil meloloskan diri. "Aku nggak bisa bergantung sama keputusan kamu terus!"
"Freya!" panggil Jessi nanar, tetapi Freya sama sekali tak menghentikan langkahnya untuk menghampiri Flora. Jessi menyusul Freya dan berusaha meraih tangannya. "Yang aku lakuin selama ini buat ngelindungin kita berdua! Ngelindungin kamu, Freya!"
Jessi berhasil meraih tangan Freya, tetapi Freya langsung berbalik dan menampar Jessi tepat di pipinya sampai muka Jessi berpaling.
Jessi seketika bergeming. Tatapan Freya berubah terkejut ketika dia menyadari apa yang baru saja ia lakukan. Namun, melihat kesempatan ini, Freya berjalan mundur dan pergi menghampiri Flora.
"Kak Flora, tunggu!" seru Freya panik saat Flora tiba-tiba berbalik dan berlari keluar halaman rumahnya.
Jessi tersadar dari lamunannya, dia menoleh pada Freya dan berusaha menahan gadis itu lagi, tetapi Freya yang telah mengambil langkah terlebih dahulu berhasil lolos dari jangkauan Jessi. "Frey!" panggil Jessi cemas. "Jangan dikejar!"
Freya menulikan telinga. Freya tidak bisa tinggal diam melihat orang lain mengetahui rahasia terbesarnya dengan Jessi. Freya tidak bisa menunggu Jessi terus-terusan menjadi pahlawannya, Freya harus bisa menyelesaikan masalah yang dia perbuat. Sebelum Flora sempat menutup pintu mobil, Freya menahan pintu itu tepat waktu.
"Jauhin gue!" teriak Flora menangis. Flora menendang, memukul, dan semua hal yang bisa dia lakukan agar Freya menjauh dari mobilnya. Namun Freya mampu menangkis semuanya dan langsung mencengkeram kedua tangan Flora begitu ada kesempatan. "Gue nyesel punya niat minta maaf ke lo! Pergi!"
Freya merasakan hatinya terluka mendengar Flora mengubah gaya bicara padanya. "Kak, dengerin penjelasan aku dulu."
"Gak ada yang perlu lo jelasin lagi, gue udah tahu sejak lo bilang pingin lebih deket sama Jessi, dari cara lo ceritain dia, bahkan dari cara Jessi belain lo waktu gue nolak lo itu!" Flora memandang Freya nyalang, tidak peduli pada air mata yang terus membanjiri pipinya.