4. Perhatian

2.1K 196 44
                                    

Sesaat setelah mobil yang dikendarai Chika itu berhenti di halaman rumah dengan sempurna, dari pintu kursi sebelah kemudi Freya langsung berlari keluar dengan senyuman lebar yang terpatri di wajahnya. Gadis itu memasuki rumah dengan tergesa dan mencari keberadaan Jessi.

"Cici!" panggil Freya tidak sabar. "Ci Jessi!"

Freya menghentikan langkah setelah melewati dapur dan berbalik menuju ruangan itu karena sempat melihat siluet Jessi sedang membuat minuman di pantry.

"Cici!"

Tanpa menghentikan gerakan mengaduknya pada gelas, Jessi menengadah menatap Freya. Seketika ia terdiam dan terkejut. Freya berdiri di depannya, masih mengenakan seragam sekolah lengkap, tetapi ada yang begitu berbeda dari penampilan anak itu. Rambut cokelat gelap Freya yang Jessi sangat yakin semula sedikit lebih panjang di bawah bahunya, kini menjadi sangat pendek.

Freya menatap Jessi dengan senyuman yang tampak antusias, ia menanti reaksi gadis yang beberapa tahun lebih tua darinya itu sambil sesekali menggerakkan kepalanya ke kanan dan ke kiri bermaksud pamer.

"Aku baru potong rambut, cantik ngga?" tanya Freya iseng.

Jessi tersadar dari lamunannya, ia menelan ludah gugup dan menunduk untuk kembali mengaduk kopi juga menyembunyikan wajahnya yang merona. "Iya," balas Jessi singkat.

"Bener?"

"Iya."

"Cocok ngga?"

"Iya."

"Ih, Cici, mah!" Freya merengut karena reaksi Jessi tidak sesuai perkiraannya. Gadis itu membuang napas sedih. "Pasti nggak cocok, ya, makanya bales singkat-singkat," gumamnya putus asa.

Jessi memutar mata malas. "Ngapain kamu potong rambut? Dighosting Flora, ya?"

"Sembarangan!" Freya melotot.

"Ya, terus apa?"

"Pingin aja, gerah abis ujian semester," jawab Freya sambil merengut. Ia menatap Jessi tajam sebelum akhirnya membuang muka malas karena Jessi terlihat tidak peduli. Namun, tiba-tiba Freya menghentakkan sebelah kaki kesal ke lantai, membuat Jessi terkejut apalagi saat Freya berteriak, "Kak Flora aja bilang aku cantik banget tapi kamu enggak! Dasar cici tidak suportif!" kesalnya kemudian beranjak dari sana dengan bersungut-sungut.

"Hei, Freya!" panik Jessi menyusul. "Tadi aku udah bilang iya!"

"Iya apa? Dari tadi Cici iya-iya aja, semua yang aku bilang kamu iyain!" Freya berbalik dan memicing kesal.

"Iya, cantik," jelas Jessi.

Kerutan kesal di wajah Freya perlahan menghilang, tetapi hanya untuk beberapa detik karena selanjutnya Freya kembali merengut dan membuang muka. Dia tidak mau Jessi melihat dirinya sedang salah tingkah.

"Terpaksa!" tuduhnya kemudian buru-buru melanjutkan langkah ke kamar sambil menahan malu.

"Eh, Frey--" panggil Jessi sia-sia karena Freya sudah terlajur menutup pintu kamarnya. Jessi menggaruk kepala bingung.

"Jessi?" Jessi berbalik panik mendengar suara Chika memanggil.

"M-mami," gumam Jessi kikuk.

Chika mengerutkan kening sambil menatap ke arah kamar Freya, kemudian membalas tatapan Jessi. "Itu Freya kenapa?"

"Mm, Freya ..." Jessi melirik pintu kamar Freya yang tertutup kemudian menggaruk kepalanya karena bingung bagaimana harus menceritakannya pada Chika. "Tadi dia tiba-tiba marah karena nggak dibilang cantik abis pamer potongan rambut."

Seketika Chika tertawa. Jessi jadi semakin bingung. Namun, sekarang dia percaya kalau Freya benar-benar anak Chika karena mereka berdua sama-sama aneh dan tidak jelas.

FreyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang