6. Cemburu

2.4K 205 48
                                    

Begitu turun dari kereta, seperti kata Jessi sebelumnya, mereka harus melanjutkan perjalanan dengan transportasi lain untuk bisa tiba di rumah. Freya sesekali melirik Jessi saat mereka menunggu mobil online yang Jessi pesan di depan stasiun. Freya tahu perjalanan dengan kereta ini sangat merepotkan karena memakan lebih banyak waktu dan biaya, tapi ia tidak mengerti kenapa Jessi tetap mau melakukannya.

"Apa?" tanya Jessi menoleh karena ia melihat Freya mengamatinya dari sudut mata.

Freya terkejut dan buru-buru menggelengkan kepala. "E-enggak."

"Kamu mau apa?"

Freya menggeleng lagi dengan cepat. "Enggak mau apa-apa," jawabnya gugup.

Jessi membalas tatapan Freya cukup lama, kemudian mengalihkan perhatiannya pada sebuah mobil yang tampak mendekat ke arah mereka. Freya langsung menghembuskan napas lega begitu Jessi tidak lagi menatapnya. Ternyata, mobil yang dipesan Jessi sudah tiba. Jessi melangkah terlebih dahulu dan membuka pintu untuk Freya.

"Kalo kamu perlu apa-apa bilang aja," ucap Jessi saat Freya melewatinya hendak masuk ke mobil.

"Hah? Eh, i-iya." Freya berkedip panik dan segera masuk setelah tak sengaja bertemu pandang dengan Jessi.

Hari ini kenapa Jessi aneh sekali? Tiba-tiba gadis itu sangat perhatian meskipun dia mengutarakan bentuk kasih sayangnya dengan ekspresi yang tidak sungguh-sungguh. Namun, anehnya, Freya bisa merasakan bahwa Jessi melakukannya dengan tulus.

Apa Freya yang terlalu percaya diri?

"Cici," panggil Freya pelan.

"Hm,"

"Kenapa Cici mau jemput aku hari ini?" tanya Freya sekali lagi.

"Disuruh Papi." Jawaban Jessi pun tetap sama.

"Bohong." Freya merengut tak percaya. "Papi nggak pernah minta tolong Cici ngelakuin ini-itu, masa tiba-tiba Papi minta Cici jemput aku? Yang biasa jemput aku aja Mami, kalau Cici bilang disuruh Mami baru aku percaya."

Jessi melirik ke arah lain sambil berdehem sedikit panik karena Freya bisa menyadari kebohongannya dengan cepat.

"Hm, kebetulan aja," jawab Jessi sambil tetap berusaha terlihat tenang, tapi ia sama sekali tidak mau menatap Freya waktu berbicara. "Kelas aku selesai lebih awal terus pingin jalan-jalan, jadi sekalian jemput kamu daripada aku nggak ada tujuan."

"O-oh, gitu ..." gumam Freya mengangguk pelan. Ternyata benar, Freya yang terlalu percaya diri. Gadis itu sedikit merengut dan bersandar lesu mendapati memang hanya kebetulan saja Jessi menjemputnya.

Aneh, kenapa juga Freya mendadak kecewa akan fakta tersebut?

"Kamu kenapa?" tanya Jessi tiba-tiba. Freya menoleh sambil mengerutkan kening tanda tidak mengerti. Jessi mengamati Freya dari atas sampai bawah, kemudian kembali lagi pada matanya. "Biasanya banyak tingkah, kenapa diem aja? Ada yang gangguin kamu di sekolah?"

"Hah? Enggak."

"Laper?"

"Enggak juga," jawab Freya semakin mengerutkan kening. Gadis itu terdiam sebentar, berpikir, lalu melirik Jessi dari sudut matanya. "Hm, dikit, sih."

"Oh," balas Jessi.

"Oh, doang?! Terus ngapain nanya, ih! Aku kira Cici mau nawarin apa gitu. Dasar nggak peka!" Freya memicingkan mata kesal, ia sudah terlanjur berharap kalau Jessi akan melakukan sesuatu untuknya. Ternyata hanya sekadar basa-basi.

Tetapi, belum terhitung dua detik sejak Freya menantang Jessi dengan tatapannya, gadis itu langsung menyusut takut saat Jessi balas menatapnya. Tidak ada emosi yang Jessi keluarkan, bahkan Jessi hanya memandang Freya tanpa ekspresi, tapi Freya sudah bergidik ngeri. "A-apa lihat-lihat?!" panik Freya, takut diterkam.

FreyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang