1. Posesif

4.7K 265 21
                                    

"Pagi, Ci Jessi," sapa Freya pada Jessi yang baru saja berjalan melewatinya menuju dapur. Freya saat ini duduk di sofa depan televisi, gadis itu membalikkan badan untuk menatap Jessi yang sedang mengambil air putih di pantry. "Kayanya kita belum pernah jalan-jalan berdua, deh, Ci."

"Semalem," balas Jessi tanpa menoleh, kemudian meneguk air minumnya.

"Ish, maksudnya yang agak jauh gitu. Temenin aku beli baju, yuk?" ajak Freya tersenyum. Gadis itu menanti dengan penuh harap. Namun, Jessi hanya melirik Freya sekilas seolah tak tertarik. Jessi meletakkan gelas yang baru dipakainya kemudian berlalu begitu saja kembali ke kamar. Melihat itu, Freya merengut kesal. "Ih, Cici! Kebiasaan, kata-kata aku nggak pernah ditanggapin!"

Jessi sama sekali tidak berbalik atau pun membujuk Freya, anak itu jadi semakin merajuk. Freya memerbaiki posisinya di sofa kembali menghadap ke arah televisi sambil melipat tangannya di depan dada. Freya lalu mendengar suara pintu kamar Jessi ditutup yang artinya Jessi benar-benar mengabaikan Freya, wajah Freya semakin berkerut kesal. Kalau boleh jujur, Freya sama sekali tidak mengerti dengan jalan pikiran Jessi. Kemarin kakaknya itu bersikap manis dan perhatian, tetapi sekarang berubah cuek dan sangat dingin.

Di tengah kegiatan Freya menggerutu dalam hati, tiba-tiba sebuah kain jatuh menutupi kepalanya. Freya terkejut dan menyibak benda yang membatasi pengelihatannya itu, ternyata sebuah jaket. Lantas Freya menengadah dan melihat Jessi sudah berjalan terlebih dahulu sambil merapikan cardigan miliknya.

"Ayo," ucap Jessi sambil terus berjalan.

"Eh, yang bener?" tanya Freya sumringah. "Gemes banget. Sebentar, Ci, aku matiin TV."

Jessi sudah menunggu di depan gerbang rumah mereka ketika Freya menyusul beberapa saat kemudian. Ia mengintip Jessi yang sedang menatap ponsel, Jessi baru saja memesan kendaraan online ternyata.

"Kenapa kita nggak pernah pakai mobil yang di garasi, Ci?" tanya Freya penasaran. Sejak kali pertama Freya sampai di rumah ini sampai sekarang belum pernah ia dapati Jessi atau kedua orang tua mereka menggunakan mobil putih yang sudah mulai berdebu di garasi itu. Orang tua mereka memiliki kendaraan lain untuk berangkat kerja, sementara itu Jessi lebih suka menaiki transportasi umum, seperti saat ini.

Jessi menoleh sekilas pada apa yang Freya maksud. Dari tempat mereka berdiri bisa terlihat mobil putih itu di dalam garasi lewat setengah pintunya saja yang terbuka. Jessi mengembalikan atensi pada ponselnya dengan tanpa ekspresi seperti biasanya. "Rusak," jawab Jessi tak acuh.

"Nggak dibenerin?" tanya Freya lagi.

"Nggak bisa."

Freya mengerutkan kening. "Di bengkel pun?"

Jessi hanya bergumam sebagai kata ganti sebuah pembenaran. Gadis itu menyimpan ponselnya dalam saku dan mengalihkan pandangan pada jalan, saat Freya mengikuti arah pandang Jessi, ia melihat sebuah mobil menuju ke arah mereka dan melambat di depan keduanya. Mobil yang dipesan Jessi sudah sampai.

Jessi membuka pintu belakangnya dan memersilahkan Freya masuk terlebih dahulu. Sebelum melangkah, Freya menatap Jessi. "Cici," panggilnya.

Jessi membalas tatapan Freya. "Kenapa?"

Lama Freya memerhatikan Jessi. Namun, dia hanya sebatas mengamati. Beberapa detik kemudian Freya akhirnya menggelengkan kepala dan menarik senyum. "Enggak, deh. Hehe. Makasih udah mau temenin pergi," ucapnya kemudian melangkah memasuki mobil.









•••









Jessi memerhatikan satu per satu baju yang tergantung pada rak di sebuah toko yang ia kunjungi bersama Freya. Gadis itu berhenti ketika melihat model baju yang menarik perhatiannya, Jessi mengambil baju itu dan memeriksa keseluruhan bajunya. Jessi menoleh pada Freya yang berada tak jauh di depannya sambil mulai berpikir kalau sepertinya Freya cocok memakai baju ini. Tetapi Jessi berdecak pelan dan menggelengkan kepala, Freya kelihatannya lebih suka setelan yang simpel seperti kaus dan celana jeans saja daripada dress selutut seperti ini.

FreyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang