Prolog

8K 359 38
                                    

"Cici! Ci Jessi!"

Panggilan yang disusul dengan ketukan brutal itu membuat Jessi menoleh ke arah pintu. Jessi membuang napas panjang lalu beranjak meninggalkan tugas-tugasnya yang urung rampung di meja belajar. Sesaat setelah Jessi membuka pintu kamarnya itu, di luar Freya tampak menanti dengan senyuman dan raut muka bersemangat.

"Cici, Cici sibuk nggak?" tanya Freya riang seperti biasanya. Freya menengok ke dalam kamar Jessi untuk menebak apa yang sebelumnya gadis jakung itu lakukan, tetapi Jessi mengikuti arah mata Freya dan menghalangi pandangan Freya dengan menggeser tubuhnya.

"Enggak, kenapa?" balas Jessi membuat Freya mau tak mau jadi menatap sepasang matanya lagi karena tak berhasil mengamati pekerjaan Jessi.

"Jalan-jalan, yuk," ajak Freya kembali tersenyum.

"Jam segini?" Jessi mengerutkan kening heran, ia tidak tahu persisnya sekarang pukul berapa tapi hari sudah gelap dan tentu saja sekarang bukan waktu yang tempat untuk pergi jalan-jalan. "Emang mau ke mana?"

"Nggak tahu, sih, hehe. Jalan-jalan aja."

"Udah malem."

"Sebentar aja, please?" ucap Freya memohon. Freya mengulurkan jari kelingkingnya pada Jessi. "Cari angin sebentar terus pulang, janji."

Melihat itu, Jessi membuang napas lelah. "Udah malem, Freya."

"Mumpung mami sama papi belum pulang. Ya? Ya? Mau, ya?" Freya mendekatkan wajahnya pada Jessi sampai Jessi harus menarik diri mundur karena terkejut. Jessi langsung melirik ke arah lain menghindari kontak mata dengan Freya sembari sedikit memicingkan mata agar ekspresinya tak mudah terbaca.

"Y-ya udah iya. Tapi bentar, aku mau ganti baju du--"

"Enggak usah, gitu aja udah cantik, kok, hehe. Ayo, Cici." Tanpa aba-aba, Freya langsung meraih tangan Jessi dan menariknya pergi dengan sumringah. Kedua mata lantas Jessi melotot, dia hanya memakai celana olahraga waktu SMA dulu dengan kaos warna hitam polos, bisa-bisanya Freya mengajaknya pergi begitu saja. "Aku mau beli takoyaki, deh. Tadi aku lihat Kak Muthe abis beli takoyaki di pasar rakyat depan komplek itu, Ci. Terus katanya enak. Aku mau beli, mau coba," jelas Freya sembari menggoyang-goyangkan tangan Jessi ketika mereka berjalan.

Jessi hanya diam dan mengamati wajah samping gadis yang beberapa senti lebih pendek darinya itu. Setelah beberapa saat Jessi akhirnya mengalihkan atensinya dari Freya dan tersenyum sangat tipis. Ternyata Freya mudah sekali terprovokasi, hanya karena iming-imingan makanan enak saja dia rela pergi malam-malam begini. Lucu.

"Uwah, rame!" seru Freya bersemangat. Tak jauh dari tempat mereka saat ini sudah terlihat kumpulan pedagang kaki lima dan kerumunan orang memadati tempat itu. "Cici, ayo!"

"Iya, pelan-pelan." Jessi kewalahan mengikuti langkah Freya yang semakin cepat. Namun, sesampainya mereka di ujung jalan dan hendak menyeberang, Jessi langsung menahan tangan Freya kuat. "Freya, tunggu!"

"Eh, eh?" Freya jadi tertarik mundur dan berhenti di sebelah Jessi. Freya merengut menatap gadis berambut panjang di sebelahnya itu. "Sakit, Ci. Jangan kenceng-kenceng nariknya," rintih Freya.

Jessi tidak mendengarkan, dia sibuk menoleh ke kanan dan ke kiri memastikan tak ada kendaraan yang lewat. Freya yang menyadari gelagat itu juga mengikuti apa yang Jessi lakukan. Dirasanya jalanan sudah lumayan lenggang, Freya kembali melangkah.

"Ay--"

"Tunggu, masih ada motor."

Sret!

Freya tertarik sampai kembali ke tempat semula dia berdiri. Freya kembali mengerucutkan bibirnya sampai satu senti menyadari motor yang dimaksud Jessi masih terlihat hanya lampunya saja di pandangan Freya. "Itu motornya masih jauh, ih!"

Tetapi lagi-lagi Jessi mengabaikan ucapan Freya, gadis itu hanya menguatkan genggamannya pada tangan Freya sambil mengamati kendaraan tersebut sampai melintas. Freya mengerutkan kening bingung tetapi kemudian ia malah menarik senyuman kecil. Ini adalah kebiasaan Jessi tiap akan menyeberang. Dia sangat berhati-hati, teliti, dan tak pernah tergesa-gesa. Baru setelah jalanan benar-benar sepi, Jessi membiarkan Freya menariknya untuk segera menyeberang.

"Di deket yang jual es krim kata Kak Muthe. Di sebelah mana, ya," gumam Freya sambil menoleh ke sana-ke mari. Ia berjalan terlebih dahulu dan Jessi mengikutinya dengan tenang dari belakang. "Ah, itu, ketemu!"

"Aduh," rintih Jessi karena Freya tiba-tiba berhenti, Jessi jadi menabraknya dari belakang.

"Cici!" Freya menoleh galak.

Jessi mengusap hidungnya sambil mendelik tajam pada Freya. "Kamu yang tiba-tiba berhenti," ucap Jessi sebelum Freya sempat mengeluarkan protes. "Udah, sana beli. Aku tunggu di sini."

"Hehe, makasih udah temenin, Ci." Freya memeluk Jessi sebentar sambil tersenyum kemudian segera mengantri untuk membeli takoyaki.

Jessi menghembuskan napas panjang sambil mengamati Freya, menjaga gadis itu dari kejauhan. Saat sedang asyik memerhatikan Freya, tiba-tiba Jessi merasakan getaran dari ponselnya yang ada di saku. Jessi meraih benda tipis itu dan mendapati ayahnya menelpon.

"Halo, kenapa, Pi?" tanya Jessi mengangkat panggilan.

"Papi sama Mami baru sampai. Kamu di mana? Kok rumahnya sepi?" sahut sebuah suara dari seberang sana.

"Lagi di pasar rakyat di ujung komplek," jawab Jessi. Matanya kembali menatap pada Freya yang masih tampak antusias mengantri sembari mengamati menu yang tertera di gerobak penjualnya. "Sama Freya," sambung Jessi lirih.

"Oh, gitu. Ya, udah, deh. Jangan pulang malem-malem, ya. Adiknya dijagain."

" ... "
















"Jessi?"















Sorot mata itu meredup dan terpaku pada Freya. Jessi kemudian menunduk dan membuang napas. "... hm, iya."













Bersambung

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Bersambung

bukan lanjutannya JESSICA okh 😡

btw kalo kalian notice ada sesuatu di mulmed xixixi. eh bisa dilihat ga si? :(

FreyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang