"Loh, Freya? Mami kira kamu sekalian makan malam di luar sama temen kamu tadi? Udah di rumah ternyata," tegur Chika melihat putrinya sudah duduk menonton televisi saat ia baru saja tiba sepulang kerja.
"Iya, Mi." Freya membalas menatap Chika. Freya lalu menoleh lagi saat sudut matanya menemukan Jessi baru saja keluar dari kamar. Freya sedikit memicing. "Rencananya, sih, juga gitu, tapi tadi ada orang yang posesif banget maksa sebelum jam enam sore harus udah di rumah," lanjutnya menyindir.
Jessi melirik Freya menyadari ucapan gadis itu tertuju untuknya. Melihat itu, Freya menjulurkan lidahnya pada Jessi, meledek.
"Nggak jelas." Jessi memutar mata malas dan lanjut melangkah. "Mami, aku mau pergi sebentar, ada urusan."
"Eh? I-iya, hati-hati," balas Chika terkejut. Chika memandangi Jessi yang baru saja melewatinya sambil terheran-heran. Selama ini Jessi sangat jarang bicara dengannya, sekali pun mereka berdua mengobrol juga seperlunya saja, bukan obrolan sehari-hari sebagaimana seorang ibu dengan anaknya. Perlahan, Chika tersenyum senang. Ini merupakan sebuah kemajuan untuk dirinya.
"Cici!" Freya tiba-tiba menyusul Jessi yang sudah ada di depan pintu, Freya berniat berniat balas dendam. Freya berhenti di belakang Jessi saat gadis itu masih mengenakan sepatunya, ia berkacak pinggang dan memasang wajah galak. "Harus udah di rumah sebelum jam sebelas malem!" ucapnya mengikuti kata-kata Jessi siang tadi.
Selesai mengenakan sepatu, Jessi menoleh datar pada Freya. Hanya diam. Dan menatap.
Belum apa-apa Freya sedikit menyusut gentar. Bagaimana pun juga Freya sadar dia tidak akan pernah bisa mengalahkan Jessi dalam kompetisi adu pandang, apalagi jika lawannya adalah sorot mata yang tajam dan mengintimidasi itu. Freya melotot kemudian buru-buru memejamkan mata takut saat tangan Jessi terangkat dan terulur padanya.
Freya membuka mata merasakan tangan Jessi berhenti berada di puncak kepalanya. Seketika Freya menatap gadis itu bingung.
"Nanti aku pulang sebelum jam sebelas," ucap Jessi. Dia menepuk kepala Freya beberapa kali kemudian menarik tangannya dan berbalik, bersiap pergi. "Tapi nggak janji. Bye."
"Eh?" gumam Freya merona. Dia hanya bisa termenung di depan pintu melihat Jessi berlalu.
Sebuah mobil tampak menanti di depan gerbang, waktu Jessi mendekat, seseorang keluar dari dalam kendaraan itu. Sepertinya itu bukan mobil online karena mereka sempat mengobrol sebentar dan bersalaman. Freya mengintip dari pintu, di sana ia sempat melihat Jessi tersenyum. Meski sangat tipis.
Freya bersandar dan mematri senyum salah tingkah tanpa mengalihkan pandangan dari jejak kepergian mobil yang ditumpangi Jessi. "Aku kira dia ansos banget terus ngeselin, ternyata enggak juga," monolog Freya dengan sedikit salah tingkah.
"Oh, iya!" Freya teringat sesuatu soal kegiatannya esok hari kala sedang melamunkan Jessi. Gadis itu segera berbalik dan mencari ibunya. "Mami, Mami besok bisa dateng nggak?"
•••
Jessi menyalakan ponselnya untuk memeriksa jam, ternyata sekarang sudah menunjukkan pukul dua belas malam. Jessi seketika menghembuskan napas panjang. Tadi dia mengatakan pada Freya jika akan pulang sebelum pukul sebelas, ternyata Jessi tidak bisa mengusahakan itu.
Jessi membuka pintu rumah menggunakan kunci cadangan yang ia miliki dengan hati-hati kemudian menyimpan sepatunya di rak di dekat sana. Saat Jessi hendak melewati ruang tengah ia melihat lampu utama masih menyala, lalu benar saja, seseorang terlihat berada di sana. Ah, ternyata Freya.