15. Takut

2.3K 176 68
                                    

"Ran, Freya sama Jessi akhir-akhir ini deket, ya? Aku seneng, deh," ucap Chika tersenyum sambil matanya tak lepas dari kedua putrinya yang sibuk menyusun lego di depan televisi, sementara itu Chika ada di ruang makan dan baru saja membuat teh hangat untuk dirinya sendiri kemudian duduk di sebelah Aran yang sedang membaca berita di tablet.

Aran mengalihkan pandangan pada Freya dan Jessi. Sudut bibirnya ikut tertarik tipis. Aran lalu menoleh pada Chika ketika dia teringat sesuatu, wajahnya pun berubah bingung dan sedikit sedih. "Tapi kamu bilang mereka berantem terus beberapa hari terakhir. Berantem gimana? Mereka baik-baik aja, 'kan, tapi? Kayanya aku kurang perhatiin mereka."

"Haha, kamu tenang aja. Mereka baik, kok. Berantem karena beda pendapat aja, masih batas wajar." Chika tersenyum membalas mata Aran. "Kata orang, kakak-adik kalau berantem tandanya mereka deket dan terbuka satu sama lain."

"Iya, sih," balas Aran terkekeh. Aran jadi teringat masa kecil dengan kedua saudaranya dulu, Indah dan Oniel. Aran dan Oniel selalu bertengkar untuk jadi yang terkuat demi melindungi adik perempuan mereka yang manis, Indah. Pandangan Aran kemudian beralih pada Freya dan Jessi, senyumnya kembali mengembang melihat Freya bersandar dengan nyaman di bahu Jessi. "Jessi nggak pernah kaya gitu sebelumnya. Kayanya Freya buat dia belajar hal baru."

"Hm?"

"Kamu tahu, jarak umur antara Jessi dan Jesslyn yang cukup jauh kadang bikin Jessi jadi segan sama kakaknya itu," jelas Aran tersenyum tipis. "Mereka berdua jarang berantem, tapi jarang juga kelihatan barengan kaya Jessi sama Freya sekarang. Jesslyn selalu sembunyiin perasaannya sementara Jessi orangnya nggak enakan. Mereka jadi ngga punya ruang ataupun kesempatan buat saling menunjukkan kasih sayang. Tapi aku abis ngobrol sama Jessi kemarin, dia akhirnya tahu kalau selama ini Jesslyn sayang banget sama dia. Aku rasa Jessi nggak mau Freya mengalami hal yang sama kaya dia di masa lalu. Dia belajar buat jadi lebih jujur."

Chika tersenyum senang. Dia menggeser duduknya lebih dekat pada Aran dan bersandar mesra di bahunya. Mereka berdua mengamati Freya dan Jessi dengan senyuman. Rasanya lega mengetahui kedua putrinya tidak menunjukkan penolakan terhadap satu sama lain.

"Ci, kok, punggung aku panas, ya?" bisik Freya cemas. Dia berhenti menyusun potongan-potongan legonya untuk mengusap punggung yang terasa tidak nyaman.

"Mereka lagi lihatin kita," jawab Jessi tak acuh.

Mata Freya melebar. "Mereka siapa?"

"Siapa lagi?"

Freya menengok ke belakang, matanya langsung bertemu dengan Aran dan Chika. Freya terkejut dan buru-buru menarik diri untuk membuat jarak dari Jessi dengan wajah merengut. Jessi menoleh bingung memperhatian gelagat Freya.

"Kamu kenapa?" bisiknya.

"Papi sama mami lagi cosplay kita, mereka pasti ngeledek," balas Freya menggembungkan pipi.

Jessi kemudian menoleh, dia segera menemukan Chika sedang bersandar di bahu Aran dengan nyaman, sama seperti yang Freya lakukan tadi. Melihat Jessi menoleh ke arah mereka, Aran dan Chika meringis kikuk. Berbeda dengan Freya yang langsung salah tingkah karena melihat kedekatan kedua orangtuanya, Jessi justru memicingkan mata risih seolah mencecar mereka berdua dengan pertanyaan harus banget mesra-mesraan di depan bocil?--tentu saja bocil yang dimaksud adalah Freya. Seolah bisa menyadari arti tatapan Jessi, Aran dan Chika langsung berdehem dan membuat jarak. Chika langsung menyesap sedikit-sedikit teh hangatnya sementara Aran lanjut membaca artikel.

"Udah," ucap Jessi kembali pada posisinya semula dan lanjut merangkai lego yang sudah setengah jadi itu.

Freya menengok sekilas ke ruang makan kemudian menatap Jessi tidak percaya begitu mendapati kedua orangtuanya sudah sibuk masing-masing. "Kamu abis apain, Ci?"

FreyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang