13. Satu Goal

5 0 0
                                    

Kami menyenandungkan yel-yel sambil bertepuk tangan, bergandeng tangan membentuk lingkaran, melompat-lompat bak seekor katak yang kegirangan. Ternyata bahagia sesederhana itu.

***

Tiba sudah, hari yang dinanti, hari yang ditakuti, hari yang menjadikan hari-hari yang lalu dipenuhi peluh yang tak tahu bagaimana akhirnya nanti. Senin, 18 Desember 2017. Adalah hari pembukaan pertandingan futsal antar sekolah yang diadakan di SMA Mayapada. Aku ingin kembali berkontribusi menyabet tropi kejuaraan yang dua tahun lalu pernah sekolah kami dapatkan.  Ada perasaan bangga ketika aku ikut bergabung membela nama sekolah kami untuk memperebutkan piala itu, terlebih lagi ini adalah tahun terakhirku.

Aku tak ikut mewakili timku dalam upacara pembukaan. Jadwal pertandinganku baru besok pagi. Hari ini seperti biasa, aku harus mengikuti upacara bendera. Pagi ini aku merasa sinar mentari begitu menyengat. Entah karena aku yang berada di barisan paling depan atau perasaanku saja. Hingga aku merasa sudah tidak kuat lagi menahan silaunya sinar matahari pagi. Aku pun meminta Dikta yang berada di belakangku berganti posisi denganku.

"Ta, Lu sini dong". Dikta yang melihat ke arahku terdiam sejenak hingga akhirnya beringsut maju dua langkah menggantikanku dan aku pun menempati barisan ke dua.

Dengan badan sedikit diserongkan ia berbisik ke belakang. "Wajah lu pucat. Lu sakit?". Meskipun ia sudah berbisik pelan, tetap saja terdengar oleh teman ku yang lain. Sontak pandangan mereka tertuju ke arahku yang sedang bergeleng-geleng menjawab pertanyaan Dikta.

***

SELAMAT DATANG PARA PESERTA LOMBA DI SMA MAYAPADA

Begitulah bunyi spanduk yang terpampang begitu besar di depan SMA Mayapada. Hari ini, jadwal perdana pertandinganku dimulai pukul sembilan pagi, pertandingan kedua hari ini. Ada 14 tim dari total 24 tim yang akan bertanding. Jika timku lolos, artinya besok pagi aku akan ke sini lagi untuk ikut membela timku di babak 12 besar.

Jam tujuh lewat 20 menit aku sampai di lokasi pertandingan. Kususuri parkiran SMA yang lebih teratur daripada parkiran di sekolahku. Aku berjalan terus ke arah barat dengan sedikit was-was, senang, bangga semuanya bercampur menjadi satu. Teman-temanku yang lain tak henti-hentinya membicarakan sekolah yang sedang kupijaki ini. Hingga akhirnya kami berbelok dan dari kejauhan aku melihat gedung olahraga beratap biru bertuliskan GOR Mayapada. 

Di dalamnya, ternyata sudah ramai dipenuhi orang-orang berkalung biru yang senada dengan atap tempat mereka berlindung saat ini. Kukira mereka adalah para panitia yang sedang sibuk mempersiapkan acara. Terlihat mereka ada yang saling berbicara satu sama lain sambil mengibaskan kertas putih, ada yang masih menata kursi di luar garis pertandingan, dan ada yang masih ke sana kemari sambil berlari gontai.

Di tribun, sudah nampak para penonton yang siap memberi semangat para pemain dengan berbagai atribut yang mereka bawa. Sebab, akan ada supporter terbaik pada pertandingan kali ini. Supporter dari sekolahku ada di tribun utara mengenakan spanduk bertuliskan nama sekolahku.

Aku mencari satu orang diantara banyaknya orang yang berada di tribun itu, tapi tak kutemukan sosok bermata sayu itu. Padahal sudah kukirimi sebuah pesan kemarin. "Besok pagi jam 9 aku ada pertandingan futsal di sekolahmu. Jangan lupa hadir ya. Kehadiranmu sangat berarti bagiku".

Kukitari pandangan sekali lagi berharap ia hadir di atas sana, nihil. Tapi tunggu. Seorang perempuan berdiri di tribun selatan melambaikan tangan. Ku lihat sekelilingku, sekiranya pada siapa ia melambaikan tangan. Tatapannya tertuju padaku. Tapi siapa?. Sebentar. Sepertinya aku mengenalinya. Ia kini tersenyum padaku. Salwa?. Ya, tak salah lagi itu senyum Salwa. Belum berhenti kuberpikir tentangnya. Sebuah tangan mendarat di pundak kananku, menghentikan lamunanku.

Di Persimpangan Jalan PulangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang