14.

1.5K 167 0
                                    

Mingyu diam menatap Wonwoo yang duduk di kursi teras berhadapan dengannya. Gadis cantik—menurut Mingyu— itu terlihat sudah berganti pakaian karena bajunya tadi basah.

Suasana diantara mereka menjadi awkward setelah kejadian tadi. Hujan rintik-rintik masih setia turun dari langit. Mingyu mengeratkan handuk yang menyelimuti tubuh kekarnya.

"Gyu?"

"Hmn?"

Keheningan diantara mereka berdua terpecah oleh panggilan Wonwoo terhadap Mingyu.

"Makasih, ya. Kamu udah nolongin aku untuk kedua kalinya. Kalau aja tadi gak ada kamu, kemungkinan aku udah celaka." Wonwoo berujar tanpa memandang Mingyu, melainkan ke arah lain.

"Itu takdir. Aku mah cuma jadi perantara aja."

"Oh iya, kenapa bisa kamu ada di sana?" lanjutnya bertanya mengenai keberadaan Mingyu tadi.

"Mau liat kamu."

"Eung?"

Mingyu tersenyum gemas melihat raut wajah bingung Wonwoo yang menurutnya lucu. "Tadinya aku cuma mau liat kamu, dan kebetulan banget kamu lagi di teras, terus aku liat kamu jalan ke tengah-tengah jalan dan—yeah, aku nolongin kamu."

"Kamu ke sini cuma mau liat aku?" Wonwoo bertanya tak percaya.

"Iya, aku ke sini mau liat kamu."

"Kenapa?"

"Aku kangen sama gadis cantik yang aku temui di halte," balas Mingyu jujur.

Wonwoo mengukir tersenyum tipis. "Kamu sering gombalin cewek, ya?"

Mingyu meringis. "I-ya, tapi kalau ke kamu gak kok. Aku jujur kalo ke kamu."

Wonwoo tertawa kecil dan tawa itu membuat hati Mingyu berdegup kencang. Suara tawanya sangat merdu dan lembut tidak seperti Seokmin yang menggelegarkan seisi sekolah.

"Tapi, aku rasa aku gak cantik."

"Kamu emang cantik kok. Sangat malah."
Mingyu menatap lekat wajah Wonwoo. Sepenglihatan Mingyu, Wonwoo itu sangat-sangat cantik dengan wajah khas Asia, matanya yang tajam dan bibirnya yang mungil. Ingin rasanya Mingyu mengecap bibir itu—eh?

"Iya, kah?"

Mingyu mengangguk meskipun Wonwoo tidak bisa melihatnya. "Iya, aku gak bohong."

"Terimakasih."

"Sama-sama, Wonu."

"Wonu?" Wonwoo sedikit memiringkan kepalanya mendengar Mingyu menyebut nama 'Wonu' untuk kedua kalinya setelah mereka bertemu lagi.

"Itu nama panggilan dari aku buat kamu," kata Mingyu menjelaskan bahwa 'Wonu' adalah nama panggilan darinya.

"Ah, begitu." Wonwoo mengangguk mengerti.

"Kenapa emangnya? Gak suka, ya?" tanya Mingyu takut Wonwoo tidak suka dengan nama panggilan yang dia buat.

Wonwoo menggelengkan kepalanya pelan. Namun, bukan karena dia tidak suka dengan nama panggilan itu. "Aku suka kok," balasnya. "Cuma ngerasa agak aneh aja, soalnya aku seringnya di panggil 'Nu' kalau gak 'won', dan baru kali ini aku di panggil Wonu. Lucu nama panggilannya," lanjutnya tersenyum lucu, hidungnya mengerut.

"Panggilan 'Wonu' itu sepesial buat orang yang sepesial."

"Sepesial karena aku tuna netra, ya?"

Mingyu menggeleng ribut. Bukan itu yang dia maksud. "Maksud dari kata 'sepesial' yang aku maksud buka itu."

"Terus apa? Setiap orang yang liat aku juga selalu bilang aku ini anak sepesial, karena tuna netra," balas Wonwoo dengan polosnya.

"Kata 'sepesial' yang aku maksud buat kamu itu—" Mingyu menjeda ucapan, menatap lekat wajah Wonwoo yang terlihat lugu. "Kamu sepesial karena udah bikin aku tertarik sama kamu. Dari ratusan cewek yang deket sama aku, cuma kamu yang mampu bikin aku tertarik dari awal kita ketemu," lanjutnya.

Masa Remaja [svtgs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang