18.

1.5K 149 1
                                    

Berita tentang anggota serenity yang di skorsing sudah tersebar di penjuru sekolahan dan hari ini adalah hari pertama mereka di skors.

Jeonghan yang belum mengetahuinya mendengarkan secara seksama saat beberapa anak perempuan yang duduk di kursi kantin tak jauh darinya sedang membicarakan Seungcheol dan antek-anteknya yang di skorsing sambil dirinya makan siang.

"Han?"

Jeonghan terperanjat kaget dengan kedatangan Jisoo dan sahabatnya yang lain. "Oh ya, kenapa?"

Jisoo yang membawa nampan makanan duduk berhadapan dengan Jeonghan. Seungkwan duduk di sebelahnya lalu Jihoon dan Hao duduk di kanan-kiri Jeonghan.

"Kamu yang kenapa? Kenapa bengong??," tanya Jisoo heran.

"Gak bengong, gue cuma lagi dengerin mereka ngobrol aja." Jeonghan menjawab sambil menatap sekumpulan siswa yang dia perhatian tadi. "Bay the way, Seungcheol sama teman-teman bener di skorsing?" tanya Jeonghan kemudian.

Jihoo menjawab, "Iya, buktinya mereka gak kelihatan dari tadi, kan?"

Jeonghan mengangguk untuk merespon. Sedari tadi pagi Jeonghan menang tidak melihat tanda-tanda keberadaan Seungcheol ataupun teman-temannya.

"Han, kemarin—" Seungkwan menelan lebih dulu makanan yang sedang dia kunyah, setelah itu dia kembali melanjutkan ucapannya, "—Kemarin Seungcheol kaya orang kesetanan, sumpah."

"Iya, Hao takut liatnya," ucap Hao menyetujui.

"Gue baru liat Seungcheol semarah itu." Jihoon ikut angkat bicara. "Pas lo pingsan kemarin, dia juga langsung bawa lo ke UKS. Bahkan dia mengabaikan teriakan bu Seokjin dan tetep bawa lo ke UKS."

"Aku liat dia khawatir banget sama kamu, Han." Perkataan Jisoo barusan dibenarkan oleh yang lainnya.

"Ahahahah~ lo bisa aja si, Jis!" Jeonghan tertawa awkward. "Mana mungkin dia khawatir sama gue."

"Tapi emang kenyataan gitu, kok. Iya kan, Hao?" Jisoo bertanya pada Hao dan gadis kelahiran China itu mengangguk.

Jeonghan terdiam, dia tidak biasa membalas perkataan Jisoo. Jika Hao mengiyakan maka itu berarti bener dan bukan kebohongan. Hao itu anak yang jujur.

"Gue tau kalau Seungcheol itu musuh bebuyutan lo. Tapi, terlepas dari itu semua, saran gue lo ngucapin terimakasih sama dia deh, Han."

Saran Jihoon barusan langsung di setujui yang lain. Mau bagaimanapun juga Seungcheol pantas mendapatkan ucapan terimakasih dari Jeonghan karena telah menyelamatkan Jeonghan dari amukan Yuta yang berakhir dia di skorsing.

"Eum~ Semuanya."

Di saat Jeonghan sedang berpikir mengenai saran Jihoon mereka berempat mengalihkan perhatiannya pada Hao.

"Minggu besok Hao gak jadi ikut kumpul di caffe. Hao, lupa kalau Hao udah ada janji sama Jun buat ikut ke panti asuhan. Maaf, ya."

"Ke panti asuhan mau ngapain?" tanya Seungkwan penasaran.

"Jun, sama temen-temennya mau bagi-bagi makanan di panti, terus Hao di suruh ikut nemenin," jawab Hao.

"Eh! Aku ikut dong," balas Jisoo antusias. "Gak apa-apa, kan?"

Hao mengangguk. "Gak apa-apa. Nanti Hao bilang sama Jun, ya."

"Oke!"

"Ihh~ gue ikut." Seungkwan merengek ingin ikut juga.

"Gue juga!" Jihoon ikut-ikutan.

Hao mengangguk lagi, dia menoleh menatap Jeonghan  "Jeonghan?"

Jeonghan menatap Hao sebentar lalu menatap yang lain, beberapa detik kemudian dia mengangguk. Jeonghan memilih ikut mereka ke panti daripada pergi ke caffe sendirian.

Setelah itu Jeonghan kembali memikirkan saran Jihoon. Ego Jeonghan tidak mau jika dia harus mengucapkan terimakasih pada Seungcheol, gadis itu merasa gengsi tapi hatinya membenarkan saran Jihoon. Mau bagaimanapun juga Seungcheol telah menolongnya kemarin. Jika tidak, mungkin dia sekarang sedang berada di rumah sakit karena mengalami luka parah.

Jeonghan merogoh saku seragamnya dan mengeluarkan kaca kecil, dia menatap wajahnya dari kaca. Beberapa plaster telah menghiasi wajahnya, di batang hidung, dahi dan dagunya. Melihat wajahnya sendiri Jeonghan merasa risih.

"Han?"

"Hmm?" Jeonghan menatap Jisoo.

"Lengan sama lutut kamu udah gak sakit?" tanya Jisoo memastikan keadaan Jeonghan.

Jeonghan menatap lengan tangan kiri dan lutu kananya yang di perban karena luka gores. "Ini cuma luka kecil jadi gak apa-apa," jawabanya.

"Meskipun lula kecil, lo harusnya mulihin diri dulu di rumah bukannya malah berangkat sekolah," ucap Jihoon di susul dengan menyuapkan kimchi ke dalam mulutnya.

"Kalau gue di rumah malah bosen, gak akan ada yang peduli juga sama gue." Jeonghan berkata sambil meratapi nasibnya yang tidak pernah mendapatkan perhatian dari orang tuanya. "Walau gue mau mati sekalipun, mereka juga pasti gak akan peduli," lanjutnya berkata diakhiri tawa.

Jisoo menatap Jeonghan iba, dari dulu dia sudah tau tentang keluarga Jeonghan yang terlihat tidak memperdulikan keberadaan Jeonghan.

🌺🌺🌺

Usai waktu istirahat telah habis Jeonghan dan sahabatnya yang lain kembali ke kelas masing-masing. Belum lama Jeonghan dan Jihoon masuk ke kelas guru karya seni datang.

"Selamat siang anak-anak!" Seorang guru laki-laki yang baru saja datang dan menyapa membuat perhatian murid kelas 1 IPS 2 teralihkan ke guru—pak Jiguem—Kary seni itu.

"Siang, pak!" jawab para murid dengan serentak.

"Sekarang buka buku paket halaman 162 ya," suruh pak Jiguem pada muridnya.

Jihoon dan Jeonghan membuka buku paket mereka seperti teman kelasnya yang lain. Setelah semua murid kelas IPS 2 membuka buku paket mereka masing-masing  pak Jiguem pun mulai mengajar.

Saat pelajaran sedang berlangsung Jeonghan tidak bisa fokus pada pembelajarannya seperti di jam pelajaran sebelumnya, sebab tiba-tiba dia teringat dengan kejadian kemarin dimana Seungcheol berkelahi dengan Yuta karena tidak terima dirinya di kasari.

Wajah dan tatapan amarah Seungcheol masih terbayang di ingatan Jeonghan. Sama seperti Jihoon kalau dia juga baru pertama kali melihat Seungcheol semarah itu, padahal jika dirinya membuat masalah dengan Seungcheol, laki-laki bermata besar itu tidak semarah kemarin.

Jeonghan memegangi kepalanya dengan kedua tangan. "Aish!!" Gadis itu mendesis kesal karena mengingat wajah Seungcheol.

"Yoon Jeonghan?"

"Ya?" Jeonghan mendongak kaget mendengar pak Jiguem memanggil namanya.

"Kamu baik-baik saja?"

Jeonghan menatap teman kelasnya yang kini juga sedang menatapnya. Gadis itu menatap ke depan lagi. "Saya—"

"Pak, izinin Jeonghan buat ke UKS aja, ya. Kasian dia," Serobot Jihoon.

Pak Jiguem mengangguk menyetujui, beliau juga kasih melihat keadaan Jeonghan yang terlihat sedang tidak baik-baik saja. "Yasudah, Jeonghan pergilah ke uks."

"Gak u—"

"Udah sana pergi ke UKS, lo butuh pemulihan." Jihoon kembali memotong ucapan Jeonghan dan menyuruh Jeonghan pergi ke UKS.

Jeonghan mendengus pelan. Daripada belajar tapi tidak masuk ke otak dia lebih memilih mengiyakan saja. "Yaudah." Gadis itu kemudian pamit undur diri pada pak Jiguem, "Kalau begitu saya permisi pak."

"Iya, pergilah."

Jeonghan berdiri dari duduknya dan berlalu pergi dari kelas untuk pergi ke UKS. Usai Jeonghan pergi pak Jiguem kembali menyuruh muridnya untuk fokus pada pembelajarannya lagi.

••••

Maaf kalau GJ banget 🙏

See you next time guys!
Jangan lupa tinggalkan jejak ya.

Masa Remaja [svtgs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang