"Sialan lo! Buku gue jadi basah, tolol!!"
"Maaf.."
"Kalau gak bisa liat gak usah sok-sokan mau bantuin!!"
Sakit, itulah yang dirasakan Wonwoo saat ini yang tengah dicaci oleh kembarnya sendiri. Bukan sakit fisik melainkan sakit hati.
Wonwoo berniat baik untuk membantu kembarannya—Jeon Somi—mengambilkan air minun karena kembarnya itu sempat meminta air minum pada bibi Gon. Karena bibi Gon sedang pergi ke pasar tradisional jadilah Wonwoo yang membawanya, tapi tanpa di sengaja dia justru malah menumpahkan minuman yang dia bawa pada buku tugas Somi.
"Udah berapa kali gue bilang kalau lo itu seharusnya diem aja jangan berulah! Hidup lo itu gak berguna, adanya nyusahin!" Somi memaki Wonwoo lagi, dia terlihat kesal dengan kembarannya yang hanya bisa menundukkan kepala dengan pupil mata rubah yang mulai berkaca-kaca. "Gue baru aja nyelselesain tugasnya dan asal lo tau ngerjainnya itu gak cepet. Butuh tiga hari gue ngerjainnya!"
"Somi, aku minta maaf~"
"Gampang bange lo minta maaf sedangkan besok gue harus di hukum gara-gara lo!" sentak Somi, gadis berambut blonde itu ingin menangis rasanya mengingat bahwa tugas yang ketumpahan air itu butuh waktu tiga hari untuk mengerjakannya dan besok dia harus mengumpulkannya. "Orang-orang yang punya kembaran enak, bisa saling membantu satu sama lain. Tapi gue, justru di bikini susah sama kembaran sendiri!"
Usai mengatakan itu Somi langsung membereskan buku-bukunya dan beranjak pergi dari ruang keluarga meninggalkan Wonwoo.
"Maafin aku hiks~" Wonwoo yang tidak kuat dengan cacian yang Somi lontarkan untuknya akhirnya menangis. Kedua tangannya meremas tongkat kecil yang selalu dia bawa sebagai alat bantu.
Wonwoo memang sering mendapatkan cacian dari orang lain, tapi ini baru pertama kalinya dia dicaci oleh saudaranya sendiri dan cacian dari saudaranya ternyata lebih menyakitkan dari pada di caci orang lain.
🌺🌺🌺
Setelah pergi ke toko mainan dan membeli mainan untuk Sunoo, Mingyu langsung menyuruh Chan pergi lebih dulu ke panti asuhan dengan membawa motornya. Saat Chan bertanya 'kenapa?' maka jawaban Mingyu 'gue mau ketemu sama Wonu dulu'.
Mingyu turun dari taksi yang mengantarkannya ke rumah Wonwoo. Laki-laki tinggi berparas tampan itu merapikan penampilannya yang hanya menggunakan celana jeans hitam dan kaos putih oblong yang di padukan dengan jaket berwarna hitam. Tidak lupa juga Mingyu merapikan rambutnya. Di rasa sudah rapi, dia melangkah menyebrang jalan.
Senyum manis Mingyu yang sedari terpatri di bibirnya perlahan luntur saat sampai di depan gerbang rumah Wonwoo.
Mingyu melihat Wonwoo sedang berjongkok dan bersandar di tembok dekat pintu rumah sambil menyembunyikan wajahnya di tekukan kedua kaki. Tubuh ringkih Wonwoo terlihat gergetar, Mingyu tebak bahwa gadis pujaannya itu pasti sedang menangis.
Mingyu berlari kecil memasuki pekarangan rumah minimalis Wonwoo dan ternyata tebakannya benar, Wonwoo memang sedang menangis.
Mingyu berjongkok di hadapan Wonwoo, tangan besarnya menyentuh pelan kedua pundak bergetar Wonwoo dengan khawatir. "Wonu?"
Wonwoo perlahan mengangkat kepalanya saat merasakan sentuhan dan panggilan lembut dari seseorang yang dia kenal adalah—"Mingyu?"
"Wonu, kenapa?" Mingyu bertanya dengan nada khawatir, laki-laki bergigi taring itu kemudian menangkup dan mengelus pipi kanan Wonwoo yang sudah basah karena air mata dengan menggunakan satu tangan. Mingyu tidak tega melihat keadaan Wonwoo saat ini, apalagi saat melihat manik rubah cantik namun mampunyai kekurangan dalam penglihatan milik Wonwoo memancarkan kesedihan.
"Mingyu, bawa aku pergi dari sini hiks~" ujar Wonwoo memohon disela-sela isakannya.
Mingyu yang tidak tahan melihat Wonwoo menangis terisak langsung menarik tubuh gadis itu kedalam dekapannya.
"Bawa aku pergi, Mingyu~" lirih Wonwoo lagi.
Mingyu mengelus pelan kepala Wonwoo, dia tidak tau apa yang membuat Wonwoo menangis seperti saat ini, tapi mendengar tangisan pilu Wonwoo—gadis pujaannya—sangat menyakitkan sekaligus membuat Mingyu marah.
🌺🌺🌺
Usai menenangkan Wonwoo yang menagis Mingyu memutuskan mengajak gadis tuna netra itu ikut bersamanya ke panti dan tentu saja Mingyu sudah meminta izin pada bibi Gon yang tadi baru saja pulang dari pasar. Mingyu berharap kesedihan Wonwoo bisa hilang setelah dia mengajaknya ke panti asuhan dan bertemu dengan anak-anak panti.
"Mingyu, kita mau ke mana?"
Mingyu yang sedang menuntun jalan sambil menggandeng tangan kanan Wonwoo menoleh menatap gadis itu. "Kita mau ke panti," jawabnya.
"Kenapa kamu bawa aku ke panti?" tanya Wonwoo lagi.
"Aku dan temen-temen aku hari ini mau bersedekah di panti asuhan. Aku bawa kamu ke sana buat ngenalin kamu ke mereka dan anak-anak panti," balas Mingyu antusias dengan terus menuntun Wonwoo berjalan.
"Emm~ Mingyu, Aku takut." Wonwoo bercicit, dia takut jika orang-orang yang dimaksud Mingyu itu akan sama seperti orang lain yang menganggap dirinya jijik dan memandangnya rendah.
Wonwoo belum siap untuk di maki-maki lagi, kejadian saat kembarannya memaki-maki dirinya saja belum menghilang dari pikiran dan hati Wonwoo.
Mingyu menghentikan jalannya dan otomatis Wonwoo ikut menghentikan jalannya.
Wonwoo begitu takut bersosialisasi dengan orang-orang sekitar karena dirinya merasa tidak sempurna dan Mingyu tidak suka dengan hal itu. Semua manusia itu sama saja menurut Mingyu, baik yang sempurna ataupun tidak. Mereka sama-sama manusia, ciptaan tuhan.
"Takut kenapa?"
Wonwoo tidak menjawab. Gadis itu hanya menatap arah depan dengan tatapan kosong.
Mingyu menghelakan nafasnya pelan karena tidak mendapatkan jawaban dari Wonwoo, dia meraih dan menggengam tangan kiri Wonwoo yang memegang tongkat kecil. Kini Mingyu sudah mengenggam kedua tangan kecil Wonwoo.
Wonwoo menjajarkan tubuhnya agar berhadapan dengan Mingyu meskipun tatapan matanya tidak akan benar-benar tertuju pada Mingyu, melainkan ke arah lain.
"Dengerin aku—" Mingyu memita agar Wonwoo mendengar ucapan yang akan dia lontarkan. "—Mereka baik, gak jahat. Kamu gak perlu takut, aku pernah bilangkan sebelumnya kalau gak semua orang itu jahat."
"Manusia lebih menyeramkan dari pada makhluk halus, Mingyu," kata Wonwoo.
"Aku tau. Tapi gak semua orang itu jahat dan menyeramkan, Wonu. Aku tanya sama kamu, kalau selama ini semua orang bagi kamu jahat apa aku sama seperti orang-orang itu? Apa selama ini aku jahat sama kamu? Apa aku nyakitin kamu?"
Wonwoo menggelengkan kepalanya ribut. Menurutnya, Mingyu itu orang yang baik. Sangat malah.
"Gak! Mingyu baik."
"Lalu, apa kamu masih berfikir kalau semua orang itu jahat sama kamu?" Mingyu bertanya untuk memastikan.
Wonwoo terdiam lagi.
Mingyu mengukir senyum, dia menyelipkan rambut Wonwoo yang tergerai ke belakang telinganya. "Wonu, kamu itu harus berani buat bersosialisasi sama orang-orang di sekitar kamu, jangan takut. Kalu kamu takut, hidup kamu gak akan ada kemajuan dan mereka akan terus memandang rendah kamu. Jangan jadikan kekurangan kamu itu sebagai penghalang kamu buat bersosialisasi sama orang baru yang mungkin memiliki sifat baik."
Wonwoo mencerna perkataan Mingyu dengan baik. Apa yang dikatakan Mingyu itu memang ada benarnya, dia tidak boleh takut untuk bersosialisasi dengan orang-orang di sekitar karena tidak semua orang itu jahat padanya, Mingyu adalah buktinya.
🌺🌺🌺
Jujur aja emak nulisnya agak nyesek cuy!!! 🙂😫
See you next time guys!
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Remaja [svtgs]
Novela JuvenilSederhana. Kisah ini hanya menceritakan tentang perjalanan cinta di masa-masa remaja♡ Warning ⚠️ Don't copy my story Book GS no B×B #seventeen