Senyum cantik Wonwoo terlihat begitu cerah secerah cuaca pagi hari ini. Gadis tuna netra tersebut duduk berjemur di emperan teras rumah dengan memangku bulbul—kucing peliharaanya—dan mengelus buntalan berbulu lembut itu dengan pelan.
"Non, bibi bawain susu sama sandwich." Bibi Gon tiba-tiba datang mendekat Wonwoo dan iku duduk di sebelah anak majikannya itu dengan membawa satu gelas susu dan juga satu piring berisi sandwich.
Wonwoo tersenyum. "Makasih, Bi."
"Sama-sama, non. Omong-omong, non hari ini kelihatan seneng banget. Pasti nom lagi mikirin nak Mingyu, ya?" Tebak bini Gon yang langsung membuat Wonwoo terkejut.
"Bibi apa-apaan sih. Aku, cuma lagi seneng aja," elak Wonwoo. Mengingat Mingyu, Wonwoo tiba-tiba merasa rindu dengan laki-laki itu. Mingyu sudah beberapa hari tidak datang menemuinya. "Bi, menurut bibi Mingyu itu kaya gimana sih?" Tanyanya tiba-tiba.
"Mau bibi deskripsikan gak?" Tanya bibi Gon berbalik tanya.
Wonwoo tersenyum dan mengangguk. "Boleh."
Bibi Gon kemudian mulai membayangkan wajah dan perawakan Mingyu, mengingat rupa Mingyu membuka bini Gon kesemsem. Seandainya Wonwoo bisa melih Mingyu, gadis itu pasti akan langsung pingsan jika melihat senyuman masinya.
"Nak Mingyu itu ganteng, Non. Kalau ke sini, nak Mingyu itu seringnya pake celana hitam, baju polos dipadu pake jake hitam. Gayanya kayak anak motor, Non. Badanya tinggi, kulitnya eksotis, rambutnya hitam pekat dan potongannya rapi, matanya kelihatan tajam tapi juga kelihatan tulus. Nak Mingyu juga punya gigi taring dan itu yang buat dia kelihatan manis kalau lagi senyum. Aduhh~ bibi gak habis pikir sama kegantengannya, Non." Papar bibi Gon menjelaskan pada Wonwoo.
Mendengar deskripsikan dari bibi Gon saja membuat Wonwoo terkagum, apalagi kalau melihatnya secara langsung.
"Kayaknya, Mingyu terlalu sempurna buat aku bayangin, Bi," ucap Wonwoo dengan lesu.
Bibi Gon tersenyum tipis, beliau kemudian mengelus-elus rambut Wonwoo dan berujar, "Gak apa-apa, siapa tau suatu saat nanti non bisa mimpi liat nak Mingyu. Iya, kan?"
Wonwoo mengerucutkan bibirnya. "Apa bisa, bi? Selama aku bermimpi, aku gak pernah liat orang yang ada di mimpi aku, cuma suaranya aja yang aku dengar."
"Kalau tuhan berkehendak, non pasti bisa, kok. Emangnya non gak mau ketemu nak Mingyu? Bibi aja pengen liat tiap hari, loh."
"Bibi, Mingyu punya aku jadi jangan diambil ya," rengek Wonwoo cemburu.
Bibi Gon tertawa kecil, anak majikannya ini lucu sekali. "Ciee.. yang lagi kasmaran."
Wonwoo menundukkan kepalanya malu saat digoda seperti itu oleh bibi Gon. Gadis itu selalu terlihat senang, bahkan ia sering kali tersenyum jika mengingat Mingyu.
🌺🌺🌺
Mingyu membuka gerbang rumah minimalis—tapi terkesan indah,
—milik Wonwoo, ia dengan buru-buru melangkah menuju jendela kamar Wonwoo yang berada tepat di depan. Jendela dan korden kamar Wonwoo terbuka jadi Mingyu langsung bisa melihat keberadaan gadis pujaannya.Tok!tok!tok!
Pendengaran Wonwoo yang tajam membuat gadis itu menghentikan aktivitasnya yang sedang meraba-raba sebuah buku braille. Wonwoo menoleh ke sumber suara yang ia yakini suara tersebut berasal dari luar jendela.
"Wonu!" Mingyu memanggil Wonwoo dengan mengukir senyum.
"Mingyu?"
Mingyu yang berada di luar rumah Wonwoo dan berdiri di dekat jendela kamar menjawab, "Iya, ini aku."
KAMU SEDANG MEMBACA
Masa Remaja [svtgs]
Teen FictionSederhana. Kisah ini hanya menceritakan tentang perjalanan cinta di masa-masa remaja♡ Warning ⚠️ Don't copy my story Book GS no B×B #seventeen