47.

1.1K 85 10
                                    

"AAAAAKKKKKKKK!!!"

Brak!

Jeonghan membanting figuran foto dirinya dan Mamanya yang ia ambil di atas nakas dengan penuh amarah. Nafasnya menderu, wajahnya memerah padam, dan bola matanya yang cantik mulai berkaca-kaca. Dengan perasaan frustasi, Jeonghan mengacak rambutnya kasar.

"Jeonghan!"

Merasa terpanggil, Jeonghan menoleh menatap nyonya Yoon yang baru saja datang ke kamarnya.

"APA?!"

"Jangan teriak!"

"AAAAAKKKKKKKK!!" Tanpa memperdulikan ucapan mamanya.

"JEONGHAN!"

Plak!

Panas dan perih Jeonghan rasakan pada pipi kirinya, pipinya baru saja terkena tamparan wanita paruh baya di hadapannya. Jeonghan mengusap pipinya yang dia yakini terdapat cetakan telapak tangan mamanya.

"Kau menamparku?" Tampa menyebutkan kata 'Mama' Jeonghan bertanya dengan nada ketus

"Jeonghan, dengerin mama—"

"KAU MENAMPARKU, DASAR WANITA TUA!!" Dengan sekuat tenaga dan tanpa memperdulikan nyonya Yoon, Jeonghan mendorongnya sampai wanita paruh baya itu jatuh terduduk. "KAU WANITA TIDAK TAU DIRI!"

"Jeonghan!"

"Kau sudah merebut semuanya dariku, kau bukan mamaku. Kau hanya wanita yang tidak tau diri!"

"Asalkau tau Jeonghan, mama yang sudah melahirkanmu!"

"Kau memang melahirkanku tapi kau bukan ibuku!"

Sebenernya ada apa ini? Kenapa sepasang anak dan ibu itu bertengkar hebat?

"Kau sudah menghianati papa dan kau—" Jeonghan menunjuk mama Yoon lalu melanjutkan ucapannya, "Kau telah menutupi orang yang telah pembunuh papaku, WANITA SIALAN!"

Nyonya Yoon membulatkan matanya, dia tidak terima dengan tuduhan putrinya. Nyonya Yoon berdiri dengan perlahan. "Jaga ucapanmu—"

"AKU SUDAH TAU SEMUANYA! DAN ITULAH KEBENARANNYA!" Jeonghan menatap mamanya—ah ralat—nyonya Yoon dengan berlinang air mata. "Kau sudah menghianati ayah dan malah menikah dengan orang yang menyebabkan papa pergi. Bagaimana bisa kau segila itu?" tangisa Jeonghan pecah seketika, gadis itu berjongkok dan menangkup wajah dengan kedua tangannya. "Bagaimana bisa kau hidup tenang selama ini..."

Nyonya Yoon terdiam, dia tidak mengeluarkan satu katapun suara. Rahasia yang sudah ia simpan bertahun-tahun kini terbongkar dan berhasil diketahui anak gadisnya sendiri.

10 tahun yang lalu, saat kejadian kecelakaan yang menimpa Jeonghan dan ayah kandungnya, itu semua adalah ulah dari suami nyonya Yoon saat ini. Awalnya, suamin barunya itu merencanakan kecelakaan tersebut tanpa sepengetahuan nyonya Yoon, laki-laki tua itu merencanakan semuan itu agar mereka berdua bisa bersatu.

Nyonya Yoon dan tuan Yoon dahulunya menikah karena perjodohan. Namun, saat perjodohan itu terjadi, nyonya Yoon sudah memiliki kekasi. Dan saat itu juga Tuan Yoon ternyata juga mencintai nyonya Yoon, tapi tidak dengan nyonya Yoon, beliau justru melanjutkan hubungannya dengan suaminya yang sekarang, katakan saja kalau mereka berselingkuh atau cinta terlarang.

Nyonya Yoon tentu saja marah saat mengetahui kalau kecelakaan yang menyebabkan suaminya yang dulu meninggal adalah suaminya yang sekarang. Tapi karena dirayu dan terlalu buta akan cinta, nyonya Yoon jadi ikut menyembunyikan rahasia tersebut. Itu juga merupakan awal mula nyonya Yoon terlihat tidak peduli dan tidak sayang dengan Jeonghan. Karna setiap melihat Jeonghan, dirinya selalu terbayang-bayang akan rasa bersalah pada almarhum suami pertamanya.

Nyonya Yoon melangkah sedikit untuk mendekati anak gadisnya, "Jeonghan—"

"Jangan mendekat! Aku tidak sudi bersentuhan denganmu!"

Jeonghan mendongakkan kepalanya dengan cepat saat merasakan nyonya Yoon melangkah mendekatinya. Tatapan penuh emosi itu belum menggilang, karna yang ada justru semakin menyala.

"Maafin mama. Mama tidak mencintai ayahmu, mama mencintai orang lain—"

Jeonghan berdiri, mengusap air matanya dengan kasar. Dengan tidak sopa, dia berkali-kali mendorong bahu wanita yang sudah melahirkannya itu. "Kalu kau tidak mencintai papaku, setidaknya kau bisa berkata jujur dari awal sebelum kalian menikah!! Kau wanita yang sangat tidak tau malu. Menyembunyikan pelaku pembunuhan papa bahakan kau menikah dengannya, wanita menjijikkan. Cintai saja pembunuh itu sampai kau mati!" Usai mengatakan hal itu Jeonghan langsung beranjak pergi, meninggal nyonya Yoon yang hanya terdiam.

🌺🌺🌺

Nitt...nit...nit...

Suara monitor ICU terdengar cukup nyaring. Terlihat di dalam ruang ICU salah satu dokter dan dua suster begitu sibuk menangani seorang yang tengah terbaring tak sadarkan diri di atas brangkar. Tak hanya di situ, di luar ruangan pun orang-orang yang sedang menunggu pemeriksaan terlihat sangat tegang.

Nyonya Jeon menggenggam erat tangan tuan Hong yang sedang menangis dalam diam. Putri kesayangan tuan Hong sedang berjuang sendiri saat ini.

Seokmin, laki-laki yang berdiri tak jauh dari dua orang dewasa itu melangkah mendekat. "Om Yunho, maafin Seokmin..." Seokmin juga tidak kalah khawatirnya dengan tuan Hong, apalagi Jisoo kembali drop saat pergi bersamanya tadi. Dia bahkan tidak henti-hentinya meminta maaf pada tuan Hong.

Tuan Hong memberi kode Seokmin untuk duduk bersebalahan dengannya. Usai Seokmin duduk di sampingnya, beliau menepuk pelan bahu pemuda itu. "Ini bukan salamu. Sejak kemarin pulang dari acara makan-makan, Jisoo memang sudah mengeluh sakit pada dadanya. Ini bukan salah mu Seok."

Seokmin menunduk kepalanya, ia masih merasa bersalah dan takut. Apalagi saat mengingat melihat raut wajah kesakitan Jisoo setelah mereka berjalan-jalan di pameran galeri. "Tetap saja, aku tidak bisa menjaga Jisoo dengan baik Om. Padahal aku sudah berjanji akan menjaganya."

Tuan Hong menggeleng. "This is not your fault, don't worry, Seok. Sekarang ayo kita berdoa bersama-sama agar Jisoo tidak apa-apa," ujar tuan Hong menyakinkan Seokmin bahwa itu semua bukan kesalahannya.

Seokmin hanya menanggapi ucapan tuan Hong dengan anggukan. Beberapa detik kemudian, suara pintu terbuka mengalihkan perhatian mereka. Mereka bertiga langsung beranjak dari duduknya dan menghampiri sang dokter yang menangani Jisoo.

"Dokter, bagaimana keadaan anak gadis saya?" Tanya tuan Hong. "Dia, baik-baik saja kan?"

Sang dokter menghembuskan nafasnya pelan, membuat siapapun yang berada di posisi keluarga pasien pasti was-was. "Kondisinya begitu lemah dan dia dalam kondisi koma."

Bagaikan tertusuk pisau tajam, tuan Hong merasakan hatinya begitu sakit. Putri semata wayangnya dinyatakan koma.

"Tapi dia akan sadar kan dok?!" Seperti tuan Hong, Seokmin juga ikut merasakannya. Gadis pujaan hatinya tengah diambang Kematian.

Dokter itu menepuk pundak Seokmin. "Semoga saja, doakan saja agar dia cepat sadar," katanya menguatkan. "Kalai begitu saya pamit, pasien akan dipindah ke ruang lain. Untuk memesan kamar, tuan bisa menghubungi suter nanti." Usai mengatakan itu, sang dokter langsung pergi untuk memeriksa pasien yang lain.

Nyonya Jeon yang berada di samping tuan Hong tak henti-hentinya memberikan ketenangan. Dengan rasa iba ia memeluk tuan Hong.

"Maafik gue, Soo..." Cicit Seokmin.

🌺🌺🌺

Guys, Karna mak udah mempersiapkan book svtgs baru jadi cerita ini bakal stop di sekitar chapter 50.

Maap kalo gaje guys🙏🤣

Btw, thank you buat yang selalu nunggu mak update 🙏🤣

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Mar 21 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Masa Remaja [svtgs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang