29.

1.3K 130 4
                                    

"Boo Seungkwan, cintakuuuuu!!!"  Suara nyaring Soonyoung memenuhi ruang teater. Beberapa siswa yang sedang berlatih untuk mengisi acara tahunan sampai menoleh.

"Cintaku, cintaku. Jijik!" Ketus Seungkwan tak suka.

Soonyoung menyengir. "Jangan galak-galak, Kwan. Jodoh sama gue kan berabe."

Seungkwan memutar bola matanya malas. "Jodoh sama lo malah kayak ketiban rumah. Mati seketika."

Soonyoung tertawa terbahak-bahak. "Hahahah...bisa aja. Tapi beneran kalau kita jodoh, seantero sekolah bakal heboh banget."

"Tuhan tau lo gak masuk kualifikasi. Jadi gak usah ngalor-ngidul kayak orang gak waras."

Soonyoung tertawa lagi. Melihat Seungkwan memelototinya, Soonyoung duduk mendekat tapat di kursi samping Seungkwan.

"Kwan.."

"Apa?"

"Jodohin gue sama Jihoon," bisik Soonyoung.

Seungkwan menatap Soonyoung terkejut. "Jodohin?" Ulang Seungkwan dan Soonyoung mengangguk. "Lo naksir sama dia?" tanya Seungkwan tak percaya.

"Udah dari lama. Dia lucu, gemesin tau, kwan." Soonyoung menjawab dengan cengengesan.

"Lo benar naksir sama dia? Lo nih? Beneran lo?" Seungkwan bertanya karena masih tak yakin.

"Yaelah.. kenapa sih kalau gue naksir sama dia? Apa karena gue kurang keren?"

"Jangan merendah untuk meroket deh. Bilang aja kalau lo mau dibilang keren."

Biarpun Seungkwan sering mengamuk pada Soonyoung, tapi laki-laki bermata sipit itu termasuk baik padanya. Selain itu, Seungkwan tau kalau Soonyoung tak berbeda jauh dengan Mingyu—yang terkenal di kalangan anak perempuan di sekolah. Meskipun matanya cuma segaris—kata Mingyu—Soonyoung itu memiliki wajah perpaduan tampan dan lucu. Apalagi saat mode serius, kadar ketampanannya bertambah.

Seungkwan bertanya berulang-ulang karena dia tidak menyangka seorang Kwon Soonyoung akan jatuh cinta dengan Lee Jihoon—si gadis jutek.

"Lo serius suka sama ,Jihoon? Jangan bercanda," tanya Seungkwan sekali lagi.

Soonyoung mendecak. "Serius, lah. Gue gak main-main. Lo mau bantuin gue kan, Kwan? Ayo dong. Kapan lagi gue kasih lo job jadi mak comblang dadakan. Mau ya, Kwan?" Soonyoung berkedip-kedip berulang kali demi merayu Seungkwan.

Seungkwan menghelakan nafasnya malas. "Yaudah, gue bantuin. Jangan kedip-kedip, jijik liatnya."

"Ululu~ lo emang paling the best!" Soonyoung mencubit pipi Seungkwan secara spontan, membuat beberapa siswa yang melihat langsung berbisik.

Seungkwan memukul tangan Soonyoung. "Cubit-cubit lagi, gue patahin tangan lo. Awas aja!"

"Duileh... Galak bener kayak ibu-ibu kehabisan diskon." Soonyoung mulai menjaga jarak. Taku beneran dengan ancaman Seungkwan barusan. "Bay the way, Jihoon mana, Kwan? Kok gak keliatan di sini?" tanyanya sambil celingukan.

"Lagi beli susu kotak sama roti. Kalau lo mau deketin dia, sana turun ke kantin."

"Okeh!" Beberapa detik kemudian, Wajah Soonyoung yang awalnya terlihat cerah dan berniat pergi berubah menjadi murung. "Tapi, dia selalu nyuekin gue terus, Kwan. Tiap gue panggil ataupun gue deketin, dia selalu melengos dan ngehindar dari gue. Gue punya dosa apa sih? Masa dipanggil aja dia gak ngerespons?"

Seungkwan belum sempat menjawab karena orang yang sedang dibicarakan tiba-tiba muncul.

"Hai, Ji!" Sapa Soonyoung ramah sambil tersenyum sehingga matanya menyipit.

Masa Remaja [svtgs]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang