Ambulan yang membawa afan telah sampai di rumah sakit. Dokter telah menanganinya.
Mami papi afan telah tiba bersama bunda Sherly, menatap cemas pada pintu yang menjadi pembatas antara ia dan putranya.
Papi sibuk menelpon dan terus terusan panik, teriakkan dan rasa khawatir papi tertumpah pada seseorang di balik telepon itu.
Sherly baru saja datang. Mami langsung memeluknya dengan tangis mengiba.
Sherly membalas pelukan untuk menenangkan ibu dari pria yang ia sayangi.
"Sa-sayang a-apa yang terjadi, sebelum pergi afan sangat senang terus kenapa bisa seperti iniiii" tangisan mengiringi pertanyaan mami.
"Maaf mi" ucap pelan Sherly.
Tiba tiba saja papi meminta izin keluar karena ada yang ingin menemuinya.
"Sabar ya Bu, maaf karena afan kerumah jadi begini" ucap bunda sambil mengelus pelan bahu mami.
"Apa yang terjadi?" Tanya bunda di hadapan muka Sherly.
Hening.
Bunda dan Sherly tampak saling melihat dan diam seribu bahasa.
"Itu Tan, afa-"
Kata Sherly terpotong karena papi datang dengan terburu buru.
"Ngapain kamu nanya kedia? Gaaakan jujur dia" ucap papi sedikit ngegas.
Semua tampak kebingungan.
"Kenapa Pi?" Tanya mami yang bingung.
"Kamu siap ngeliat semuanya? Kamu siap tau siapa dia sebenarnya?" Tunjuk papi pada Sherly.
"Kenapa Pi? Kenapa?" Kali ini mami penasaran dan juga khawatir
Papi menyodorkan ponsel pada mami. Alangkah terkejutnya mami sebab di sana video Sherly terlihat, ia keluar dari rumah dengan tangan yang memegang tongkat golf dan juga banyak nya lumuran darah.
Hancur, sakit, itulah yang bisa dirasakan mami saat ini. Wanita kesayangan putranya tega melakukan itu pada putranya.
Mami menghampiri Sherly dengan pelan.
"Kamu jahat" lirih mami sambil menatap tajam pada Sherly.
"PERGI KALIAN, SAYA TIDAK MAU MELIHAT KALIAN!!" teriak mami yang amarahnya telah meledak.
"Apa mi apa? " Sherly melihat bingung pada mami.
"Wow wow wow keren sih, udah nyelakai anak saya sekarang pura pura tidak tahu ya" tepuk mami seakan hal mengesankan.
"Kalian pikir saya bodoh, untung saja suami saya langsung cari bukti kalau tidak kami akan selalu bersama dengan pengkhianat" ucap tajam mami menatap bunda dan Sherly bergantian.
"Dan untuk kamu, anak saya begitu menyayangi kamu tapi ini ya balasan kamu sama dia?. Anak saya punya salah apa sama kamu?" Tanya mami yang marah namun juga menangis.
"Buk sabar dulu kita omongin baik baik ya" bunda menghampiri mami
"PERGI!!!" teriak mami sekali lagi.
Bunda yang merasa kaget lalu mendekat pada Sherly yang telah melamun karena syok.
"Udah sayang ayo kita pergi" ajak bunda pada Sherly.
"Tapi Bun"
"Udah nak, biarkan dulu nanti bisa kita selesaikan dengan kepala dingin" ucap mami merayu Sherly.
"Baik Bun"
"Om Tante Sherly pamit dulu ya assalamualaikum " ucap Sherly meninggalkan lorong itu.
Tak ada jawaban dari mami dan papi atas izin Sherly itu.