Setelah Sherly dan bunda pergi meninggalkan rumah sakit. Mami papi saling menatap sedih memikirkan keadaan putra sematawayangnya.
" Assalamualaikum mi, afan gimana?" Tanya eby yang baru saja sampai di hadapan mereka.
" Waalaikumsalam" jawab mereka serentak.
"Belum tau by, afan masih ditangani dokter" ucap mami sambil datang memeluk eby.
Eby yang awalnya menggenggam tangan Nayla melepaskan tangannya untuk membalas pelukan mami.
"Sabar ya mi, eby yakin kok bang afan baik baik aja. Dia orang terkuat yang pernah eby tahu" ucap eby sambil mengelus pundak mami.
Erangan yang terdengar dari telinga eby, tersedu sedu itulah yang terjadi pada mami saat ini.
" By papi keluar sebentar ya, mau ke kantor polisi" ucap papi dengan muka yang lumayan kesal.
"Kenapa Pi? Ada apa? Apa pelaku yang bikin bang afan kek gini udah tahu?" Ucap eby penasaran.
" Iya nak, pelakunya yang selama ini kita tak sangka. Papi gak nyangka dia yang buat afan kayak gini" tawa kecil keluar dari bibir papi sambil membayangkan Sherly.
" Sherly nak, dia ja-jahat bangeeet" ucap mami yang tangis nya mulai naik kembali.
"Ha Sherly?" Ucap Nayla kaget mendengar ucapan mami.
"Ga mungkin Sherly mi, pas papi salah" sambung eby.
" Papi gasalah by, papi punya bukti. Ini cctv di depan gerbang Sherly, dia yang megang tongkat golfnya kan?" Papi memperlihatkan rekaman cctv pada eby.
Eby dan Nayla syok melihat apa yang meraka lihat di cctv itu. Sherly keluar dengan memegang tongkat golf yang berlumuran darah dan begitu juga baju Sherly.
" Tapi kita gatau kejadian didalam kan Pi?" Ucap eby yang masih tidak percaya dengan apa yang ia lihat.
" Kamu punya mata by, bisa lihat sendiri kalau dia yang megang tongkat itu. Itu udah jadi bukti kalau dia pelakunya" tegas papi yang menatap datar pada eby.
Papi berlalu meninggalkan mereka yang masih tak percaya dengan apa yang mereka lihat.
" Sudah lah by, kamu harus percaya. Dia itu hampir NGEBUNUH AFAN BY!!" Ucap mami yang menatap tajam penuh marah.
" Tapi tan-" ucap Nayla terpotong.
" Terserah kalian saja kalau tidak percaya" ucap mami datar.
" Eh ga gitu mi" ucap eby
Tak lama dokter membuka pintu dan melepas masker yang ia kenakan, baju hijau yang ia pakai berlengan pendek menandakan ia dokter itu siap mengoperasi pasien