" eh dok bagaimana dengan anak saya?" Tanya mami yang menghampiri dokter yang baru saja keluar dari ruang itu.
Napas panjang di tarik oleh dokter itu, tatapan tenang dengan sedikit ragu dalam benaknya.
"Putra ibu, harus menjalani operasi ia banyak kehilangan darah. Siapkan mental dan juga keikhlasan kalian ya Bu, karena operasi ini akan sangat berisiko. Silahkan isi formulir persetujuan keluarga di bagian administrasi lalu setelah semua terdata secepatnya operasi akan saya lakukan." Jelas dokter itu yang menatap sendu pada mami yang menahan isaknya.
Tangis mami pecah di pundak eby, bagaimana tidak putra kesayangan nya kini sangat tak berdaya baginya. Menutup mata tanpa tahu kapan akan melihatnya sempurna kembali.
"Baik dok" balas eby selaku keluarga afan.
Setelah administrasi yang panjang berakhir, pada pukul 1 dini hari operasi bedah kepala afan akan dilaksanakan. Keluarga tampak harap cemas, afan masih di ruang biasa menunggu ruang operasi siap di sterilisasi kan.
Kini ranjang yang berisi pasien yang memucat dengan selang di hidungnya telah melalui mereka, terbaring lurus kaku dengan napas yang hampir tersendat sendat.
"Mohon keluarga menunggu di luar ya" ucap salah satu suster yang menutup pintu berlapis kaca bening dengan gorden berwarna hijau di sebaliknya.
"Afan Pi afan" tangis mami tak henti hentinya sejak pertama kali afan memasuki ruangan
Operasi berjalan cukup lama, 3 jam telah berlalu namun belum ada kabar apa apa mengenai operasi ini. Harap cemas tergambar lengkap di wajah keluarga buenavista, eby yang sahabat afan pun merasa sangat khawatir.
Sedangkan didalam beberapa dokter sedang berperang mengeluarkan segenap tenaga agar pria bermata indah ini kembali memancarkan pesonanya. Beberapa suster tampak memegang tissue yang telah penuh dengan peluh para dokter. Tidak menyerah walau operasi ini begitu sulit katanya.
"Dok stok darah habis" suster kepala itu menginformasikan pada dokter yang tengah mengobrak Abrik kepala yang terbuka melihatkan isinya itu.
"Bagaimana bisa? Bukan kah kita memiliki banyak stok darahnya" tanya dokter itu tak percaya
"Maaf dok karena operasi yang begitu lama, stok kita terkuras habis" jawab suster itu.
"Baik lah, minta keluarga pasien mendonorkan darah mereka" pintah dokter itu panik.
"Kamu punya waktu 10 untuk itu, kalau tidak bagaimana kepala yang terbuka bisa bertahan dalam waktu lebih dari 10 menit" dokter itu menatap sendu pada suster yang ingin bergegas keluar ruangan.
"Baik dok" suster itu tampak haru.
"Semoga kamu tidak meredupkan cahaya dari seseorang yang menantimu kembali nak"
~ dokter Aryan Bigunna