cerita tak berjudul

865 157 12
                                        

Afan dan Sherly telah tiba dirumah admaja, rumah yang sangat mewah terdiri dari beberapa puluh pilar dan kolam renang yang luas tepat didepan rumah itu. Rumah bernuansa putih dan kelabu itu sangat segar dipandang mata, ber jejer jejer pengawal dan juga asisten rumah tangga.

Satpam utama rumah ADMAJA bernama pak Budiono biasa di panggil pak Dion(terdengar keren bukan?)

"Loh non kok dianterin temannya? Kenapa ga di jemput pak Alex aja?" Tanya pak Dion.

"Gapapa pak Sesekali" jawab Sherly.

"Nanti tuan besar marah non" khawatir pak Dion.

"Kalau ga dikasih tau dia dengan papa gabakalan tau kan pak?" Jawab singkat Sherly.

"Tapi kan ada cctv non" ucap pak Dion sambil menatap cctv yang menghadap mereka.

"Oh iya ya pak, gapapa deh udah biasa" ucap Sherly tak bersemangat.

"kenapa dengan papanya? Kenapa semua orang takut padanya?" Tanya afan dalam hatinya.

"Yakin non gapapa? Nanti non di huk..." Pak Dion tidak melanjutkan perkataannya saat melihat Sherly memberikan kode.

"Ah iya non silahkan masuk adennya juga" ucap gugup pak Dion.

"Makasih pak" ucap afan.

Afan melaju masuk kekediaman admaja dan di sambut dengan hangat dalam rumah itu.

"Buk non Devi pulang buk" ucap pembantu utama rumah Sherly.

Pembantu itu bernama bi Narti biasa dipanggil Isyana.

"Assalamualaikum bunda" ucap Sherly memasuki rumah.

"Waalaikumsalam kesayangan bunda" ucap wanita paruh baya yang tak lain adalah bunda Sherly.

"Wah ada anak ganteng" ucap bunda saat melihat afan.

"Assalamualaikum Tante, afan" afan menyalim tangan bunda.

"Papa tau nak?"tanya bunda pada Sherly.

"Yah biasalah Bun" Sherly hanya berbicara dari Jaka jauh sebab dirinya telah menaiki tangga.

"Eh iya nak silahkan duduk" ajak bunda pada afan.

" Tante afan mau nanya dong" ucap afan.

"Tanya apa nak? Jangan yang aneh aneh ya" gurau bunda.

"Enggak Tante ga aneh kok, Tante apa kabar?" Basa basi afan.

"Baik nak" jawab bunda.

"Tante Sri emang selalu gitu yah?" Afan memulai pertanyaannya.

"Sri?" Bunda bingung

"Hahah maaf Tante Devi" tawa afan.

"Owh Devi sebenarnya ga begitu sih fan, cuma semenjak masuk SMA Devi berubah drastis"jelas bunda.

"Kenapa dia dingin banget Tan? Kenapa dia ga pernah senyum?" Tanya afan.

"Pernah nak, Devi pernah senyum tapi dulu sekarang jarang malah ga pernah lagi" jawab bunda.

"Emangnya ada apa Tante?" Tanya afan penasaran.

Bunda hanya melihat sekeliling dan lalu berbisik.

"Jangan disini nanti tante kasih tau" ucap pelan bunda.

Afan merasa heran kenapa bunda seperti orang yang gugup dan berbisik padahal ini rumahnya.

"Eum yaudah Tante afan pamit dulu ya, takut dicariin mami" ucap afan.

"Ga nunggu Devi dulu nak?" Jawab bunda.

"Enggak usah Tan,kayaknya Devi butuh waktu tenang. Titip salam aja ya tan, assalamualaikum tan afan pamit" ucap sopan afan.

Bunda menatap lekat punggung afan saat afan berjalan melalui pintu rumah.

"Anak yang baik, semoga ada matahari untukmu putri kecilku. Bunda sayang kamu sayangku" ucap bunda dalam hati.

Malam diterangi oleh purnama, cahayanya begitu megah saat malam hari dan bersembunyi pada sinarnya siang, siang tak begitu saja bersinar tapi melainkan diterangi oleh kekayaan cahaya matahari. Tetaplah Berbahagia.

"Matahari selalu bersinar walau langit menggelap dan menutup cahayanya, semoga aku akan terus menjadi MATAHARIMU walau kamu tertutupi gelap gulita dunia"

MATAHARIMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang