bahagia?

782 134 10
                                    

Bahagia selalu mendatangkan kenyamanan, tapi jangan terlalu bahagia nanti terlalu terluka

Angin menemani Pria yang berdandan layaknya oppa Korea, style yang amat disuka pujaan hatinya. Membawa impian bersamanya, hati berdebar debar menunggu waktu yang seakan melambat bagi dirinya.

Masuklah mobil Jeep Cherokee yang dikendarainya pada penghalang utama berwarna Oren.

Dengan santai ia memasuki rumah yang sangat dingin itu, kabar bahwa sang raja tidak ada di singgasananya.
Senyum manis terukir dengan gigi ginsul yang terlihat oleh lampiran bibir yang tak ingin menyatu.

"Assalamualaikum" ucapnya sambil membuka pintu yang tingginya seperti raksasa itu.

"KAMU ITU BUKAN ANAK SAYA! KAMU ITU HASIL DARI ZINA MAMA KAMU! KAMU TAU SAYA BENCI SAMA KAMU! KENAPA KAMU HIDUP DIDUNIA INI!!!" teriak yang menghiasi seluruh ruang yang terdapat pas di depan pintu raksasa itu.

Afan menatap kaget melihat kesekeliling, amarah memenuhi seisi ruangan. Air mata telah tumpah pada wajah cantik sang pujaan.

Ayah seperti apa yang berkata begitu kasar pada anaknya, apakah dia bukan anaknya?

Bunda menangis tersedu sedu melihat putri kesayangan yang dulu sangat disayangi oleh suaminya kini menjadi bahan pelampiasan baginya.

"KAMU KENAPA HA? PULANG PULANG SELAU MARAH MARAH! DIA ITU ANAK KAMU PA, KAMU BAKALAN NYESEL KALAU KAMU TAU KAMU CUMA SALAH PAHAM" ucap bunda yang menarik kerah baju papanya Sherly.

Sesak itulah yang dirasakan Sherly, papanya kini sangat marah entah kenapa. Merah terpancar dari wajahnya yang memiliki bulu halus pada jambangnya.

Tuan besar itu memegang dagu sang putri dengan telapak tangannya.

"Sa-sakit pa" ucap Sherly sambil menahan tangan sang papa yang menyakiti dagunya.

"Kamu tahu, saya berharap kamu mati secepatnya" bisik sang papa tepat di depan wajah Sherly yang telah penuh dengan air keringan serta air mata yang sedari tadi keluar.

"Om lepas om" afan menghampiri papa Sherly yang mulai menyakiti Sherly.

Tuan besar itu menatap tajam pada afan yang mengusik kesenangannya, semakin keras memegang dagu putrinya.

"Wah keren yah, sudah bisa bawa laki laki kerumah. Sudah dipakai kamu ya?" Nyengiran kecil serta kata menghina keluar dari mulutnya.

Afan yang telah tersulut emosi menarik tangan papanya Sherly lalu seakan akan ingin mendaratkan 1 pukulan di jawabnya.

"Jangan fan jangan" cegah Sherly yang memegang tangan afan yang mengepal keras.

"Kenapa? Dia ngehina kamu Sri, sadar dia bukan papa kamu. Mana ada papa yang bisa sejahat ini sama putrinya!" Ucap afan setelah menarik napas panjang dan berbalik membelakangi sang tuan besar yang memendam amarahya.

"dia tetap papa aku fan, kamu harus ngerti" ucap Sherly tersedu sedu seakan dirinya tak kuat dengan kondisi ini.

Tuan besar pergi meninggalkan mereka ya yang berbicara saling menenangkan.

"Brukk"

"Tiiing"

Suara itu yang terdengar oleh afan saat benda panjang berwarna silver itu mendarat pada ubun ubun kepalanya.

"Aaaaa" teriak Sherly dan bunda yang melihat kejadian itu.

Darah mengalir keluar dari kepalanya yang masih tegap menahan tubuh yang ingin roboh itu.

"O-om" ia berbalik kebelakang melihat siapa pelakunya.

Taksadar apa yang ia lakukan, tuan besar melihat sekeliling takut dan gemetar memegang pemukul golf itu.

"Aaaa fan" Sherly menahan tubuh afan yang tidak sanggup lagi untuk tegak.

"KAMU GILA HA!!!" teriak bunda pada papa yang terlihat ketakutan.

Tuan besar memegang kepalanya yang tak gatal seakan akal nya telah hilang, melihat sekeliling dan memberantakan segalanya.

"Pak, pak Dion cepat kesini!" Teriak Sherly yang menahan darah keluar dari kepala afan.

Pak Dion dengan sigap menggendong afan keluar rumah dan membawa kerumah sakit dengan dirinya yang berlumuran darah.

Sherly menyuruh pak Dion pergi bersama bunda untuk duluan ke rumah sakit mengantar afan.

Sherly melihat papanya menyudut ketakutan dengan darah yang terciprat di bajunya dan juga lengannya.

Tidak menghampirinya tapi papanya langsung berjalan keluar dan memberikan tongkat golf itu pada Sherly.

Tidak ada kata, dingin yang tergambar pada wajah sang papa. Menatap lurus dengan baju compang  camping dan darah yang menghiasi baju kemeja berwarna biru miliknya.

Bagaimana keada afan?
Kemana papa Sherly pergi?
Kenapa Sherly tidak ikut mengantar afan?
Kenapa Sherly diam saja?
Apakah dia tidak mengkhawatir kan kondisi afan?

Pasti itu yang ada di pikiran kalian kan?

Mungkin cerita ini akan sedikit membutuhkan air mata di setiap bab nya.

Sekian.

Happy reading...

MATAHARIMUTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang