Kisah cinta orang ribet banget dah.
-Bintang Gemino-~••~
"Jadi kangen tahu bulet depan sekolahnya Nathan."
"Sejak kapan lo beli tahu bulet depan sekolahnya Nathan?"
"Sejak jaman purbakala."
"Babi!"
Saat ini Bintang dan Gabriel sedang duduk santai di ruang tamu rumah Renika setelah membuat dapur gadis itu kembali seperti kapal pecah. Kali ini bukan Bintang pelakunya melainkan Gabriel.
"Lo berdua tuh ada angin apa datang ke sini?"
Renika berdiri berkacak pinggang dengan sebuah kain lap yang masih tersampir di bahunya, terlihat wajah cantiknya penuh dengan peluh setelah membereskan kekacauan yang sepasang sahabat ini buat.
"Kalau gue jelas mau bikin cookies buat cewek gue, kalau tetangga lo gak tau deh."
"Gue butuh makan."
"Gini ya! Dengerin baik-baik lo berdua! Kalian itu masih punya rumah yang dapurnya luas banget kayak lapangan bola, jadi stop bikin gue kerja dua kali!"
Setelah mendengarnya Bintang mengubah posisi duduknya agar nampak lebih serius juga menyingkirkan bantal sofa dari pelukannya agar lebih meyakinkan.
"Rucika dengerin ya, kalau gue bikin di dapur rumah gue sama aja kayak ngasih makan babi. Lo tau sendiri rumah gue udah kayak penampungan orang ilang, ada aja yang nyangkut disana."
"Ya lo bisa pakai dapur rumahnya El!"
"Dapur rumah gue gak bisa dimasukin Bintang, lo tau sendiri Bunda sangsi banget dapurnya dimasukin orang lain." mendengarnya kepala Renika seolah langsung mendidih.
"Terus?! Harus banget dapur rumah gue jadi korban?"
Dan tanpa berdosa mereka berdua mengangguk bersamaan. Renika yang sudah sangat jengah mendudukan diri si sofa lain. Terserah mereka berdua akan berbuat apa lagi, Renika kelelahan sekarang. Batinnya bergejolak ingin menghantam mereka dengan sofa ruang tamu tapi badannya sudah tidak sanggup bahkan untuk duduk dengan tegap.
Dirinya pikir liburan seperti ini akan membuatnya terlepas dari tingkah aneh mereka berdua tapi Renika lupa jika berteman dengan Bintang Gemino kamu hanya punya dua pilihan, menjadi tertekan atau justru ikut bertingkah aneh seperti dirinya.
"Gue tuh paling gak suka liburan tahun baru, cepet banget gila! Lo bisa bayangin baru aja kepikiran mau ke Bali liat cewek cakep, eh besok udah masuk aja." Bintang kembali membuka obrolan.
"Bagus! Biar gak makin nambah tabungan dosa lo." Renika menyahut dengan muka sewot.
"Lagian lo ke Bali kalau cuma buat cuci mata rugi. Mending duitnya lo buat benerin akal sehat." Gabriel menimpali.
"Akal lo yang gak sehat!"
Renika ingin berteriak lantang menjawab jika mereka berdua sama-sama tidak waras tapi tenaganya masih belum terkumpul sepenuhnya jadi dia biarkan saja.
"Tahun baru kemarin kemana lo?"
"Ya kencan sama pacar, emangnya lo jones?" Gabriel memberikan pukulan panas pada paha Bintang, salah sendiri bertingkah.
"Lo kemana, Re? Rumah sepi banget kemarin."
"Lihat kembang api di rooftop apart."
"Apart?"
"Iya."
"Bentar, kalian ke apart ngapain aja?"
"Pertanyaan lo ambigu bangsat!" Gabriel menyahut dengan tidak sabaran.
"Ya maaf, soalnya Bang Mahen pulang subuh, emang kalian lihat kembang api sampai subuh?"
Renika mendengus melihat dua orang yang saat ini sedang menatapnya penuh selidik. Renika pastikan jika dua temannya ini sedang berspekulasi negatif dengan otak kotor mereka.
"Gue pulang lima belas menit abis pesta kembang api dalam keadaan macet parah dan sialnya gue gak jadi mampir beli terompet tahun baru."
Kernyitan jelas nampak di dahi Bintang, setelah saling beradu tatap dengan Gabriel mereka kembali menatap Renika.
"Pamitnya apa?"
"Ada masalah sama Bintang, lagian malem kemarin lo ngapain sih, Ta?"
Bintang kembali terdiam, pikirannya rancu mencoba mengingat-ingat apakah dia sudah melakukan tindak kecerobohan tapi semakin lama justru semakin buntu. Padahal malam tahun baru kemarin dirinya sedang membelah lautan manusia bersama Rosetta di taman mini tapi kenapa namanya ikut terseret?
"Gue gak ngapa-ngapain anjir, perasaan gue lagi gak buat masalah deh. Gak ikut tawuran juga kan, El?"
Gabriel menggeleng pelan, memang mereka sedang malas mencari ribut akhir-akhir ini jadi mustahil Bintang membuat kesalahan. Karena saat Bintang membuat onar pasti ada Gabriel yang ikut mengekorinya, mereka ini sepasang.
"Pokoknya bilangnya gitu, tapi gak tau kalau nemuin orang lain."
Satu kalimat saja dan Gabriel juga Bintang sudah bisa menebak maksud Renika. Memang mau bagaimana lagi jika yang satu masih terjebak pada masa lalu dan satunya keras kepala tidak mau pergi? Runyam.
"Bentar, jam berapa kalian balik?"
"Sampai rumah sekitar setengah satu kayaknya. Kenapa?"
"Gue inget sesuatu deh."
Bintang membuka akun sosial media miliknya dan mencari satu postingan milik Aruna yang sempat muncul di notifikasinya kemarin.
"Nenek lampir di taman mini juga kemarin, gue gak tau sama siapa tapi dia post ini di Twitter pakai caption love doang."
Renika melihat postingan milik kakak tingkatnya itu dengan pandangan tak terbaca, bohong jika dirinya bisa berpikiran positif karena memang gadis itu yang sempat menelpon kekasihnya kemarin.
"Tapi bisa aja dia keluar sama cowok lain, kan? Bukannya dia sama mantannya yang anak futsal itu juga masih sering jalan bareng?" Gabriel mencoba memberikan opsi lain, karena memang setiap kemungkinan bisa saja terjadi.
"Mustahil, gue abis lihat feed ig-nya nambah, cowok itu lagi di Malang."
"Berarti emang sama Kak Mahen."
Perkataan lirih Renika membuat Gabriel ikut merasa nyeri, ini bukan kali pertama tapi rasanya pasti masih sama sakitnya atau bahkan lebih sakit dari sebelumnya.
Suara kendaraan yang berhenti di depan rumah Renika membuat mereka bertiga menoleh kebingungan, ada sebuah mobil hitam yang cukup asing untuk mereka kenali.
"Papa sama Bunda pulangnya masih minggu depan, kan?" Renika mengangguk melihat ke arah Gabriel.
"Terus itu siapa?" mereka bertiga beradu pandang lantas kembali menengok siapa gerangan yang datang.
Saat mereka melihat siapa yang keluar dari mobil hitam tersebut kernyitan bingung semakin kentara, Mahendra. Pria itu datang dengan pakaian rapi membawa parsel buah yang entah untuk siapa.
"Saudara lo ada yang sakit, Ta?"
"Kagak."
"Itu parsel buat di kasih ke siapa?"
"Camer kali."
Renika memutar bola matanya mendengar ocehan mereka berdua, Bintang dan Gabriel adalah perpaduan yang pas dalam membicarakan hal aneh. Permasalahan parsel yang tidak begitu penting saja masih dibahas.
"Mobil siapa lo bawa, Bang?"
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ripple || Mark Lee (Completed)✓
Fanfiction//Bagian Kedua Adinata Bersaudara// [Terima Kasih Telah Hadir] Semuanya memang terasa amat menyakitkan. Tapi mencintai memang tidak akan pernah mudah di lalui. "Biarin aku jatuh cinta semauku, Kak!" YanaClandestine, February 2023.