Layaknya berlian dia sangat berharga, terutama untukku.
-Katarina-~••~
Kompetisi futsal antar sekolah menjadi program kerja tahunan OSIS Smansa dan tahun ini Gabriel mendapat mandat untuk menjadi salah satu panitianya. Sedari pagi Gabriel dan panitia lain sudah sangat sibuk dan kabar baik bagi warga Smansa adalah mereka mendapatkan jatah libur.
Jam makan siang sudah terlewat dan itu tandanya kompetisi akan kembali dimulai. Renika dan Rosetta sudah duduk manis di tribun penonton bergabung dengan siswa Immanuel menantikan Nathan dan timnya yang sebentar lagi akan bertanding.
"Lo tau gak siapa lawannya Nathan kali ini?" Rosetta bertanya agak keras karena suaranya teredam yel-yel yang saling dilemparkan dua kubu penonton.
"Siapa?"
"Mantannya nenek lampir."
"Lo tau siapa mantannya Kak Aruna?" yang ditanya mengangguk semangat.
"Lo lihat aja nanti."
Rosetta mengalihkan fokusnya pada pemain yang satu persatu memasuki area pertandingan. Sementara Renika melihat ke arah seorang gadis cantik di tribun sebrang yang nampak anggun dengan dress selututnya.
"Apa itu alasannya dia ada disana?" gumamnya lirih kemudian menatap satu persatu pemain dari lawan Immanuel, lantas pandangannya menangkap momen dari salah satu pemain yang memberikan isyarat pada Aruna.
"Mukanya kok gak asing ya?"
Tepat di samping Renika sudah duduk Mara yang sangat heboh karena mendapati tubuh tegap Alva yang sudah berdiri di sebelah Nathaniel, kabarnya lelaki itu baru saja kembali dari Bromo setelah beberapa hari menghilang.
"Ren, yang duduk di depan pakai celana pendek putih itu siapa sih kok dari tadi semangat banget, padahal bukan anak Immanuel?"
"Kak Kate yang pernah deket sama Nathan."
Mara mengangguk paham, ada dua orang yang begitu asing dan sepertinya bukan siswa dari Immanuel yang menarik perhatiannya.
"Kalau yang sebelahnya lo tau gak, Ren?"
Renika kembali melihat ke arah bangku depannya, Katarina memang sedang bersama seseorang tapi kali ini berbeda dari biasanya. Biasanya gadis itu akan bersama satu gerombolan kecil dan sedikit membuat kegaduhan, tapi kali ini dia bersama seorang gadis yang Renika paham benar siapa itu.
"Itu Kak Arunika yang ditaksir El tapi udah punya pacar."
"Oh! Jadi itu orangnya, cantik sih pantesan Gabriel bucin mampus."
Setelah mengatakannya Mara terdiam dan kembali hanyut pada ketegangan pertandingan. Menit-menit berlalu dengan sangat panas, masing-masing dari mereka silih berganti membobol pertahanan lawan. Nathan bahkan sempat memaki-maki salah satu pemain lawan karena berkali-kali melakukan pelanggaran, bahkan Alva tidak berhenti marah-marah disana.
"Anjing banget mainnya gak bisa santai!" teriakan kesal dari Bintang membuat Renika dan Rosetta hampir terjungkal karena kaget, sontak seru-seruan terdengar setelah mendengar umpatan Bintang.
Keadaan tribun semakin kacau dan kericuhan hampir terjadi kalau saja Gabriel tidak menempeleng kepala sahabatnya dan meminta yang lain untuk tenang. Babak pertama usai dengan poin seri, beberapa dari mereka masih terhanyut dalam amarah karena ada beberapa pemain Immanuel yang mengalami cidera.
"Kesel banget deh! Ini bukan perebutan piala presiden tapi mereka udah kayak perang ngelawan penjajah."
Rosetta menatap sinis pemain dari kubu lawan yang sedang mengatur strategi, kalau saja bisa dirinya sudah turun dan memukul mereka satu persatu karena membuat temannya hampir celaka.
"Udah, Rose. Namanya juga tanding pasti berjuang mati-matian."
Renika menyodorkan sebotol air mineral untuk meredakan kemarahan Rosetta. Dirinya juga kesal, tapi memang permainan semacam ini pasti akan ada saja yang membuat naik darah.
***
"Gue ke toilet dulu ya, Aru."
"Cepet balik! Gue gak mau sendirian disini."
"Aman."
Ini adalah saat yang Katarina tunggu sedari tadi, menonton pertandingan Nathaniel adalah pengalihan isu karena yang sebenarnya akan dia lakukan adalah memaki Aruna Navika yang membuatnya naik pitam.
Katarina sangat mengenal siapa lelaki yang dikhawatirkan Aruna saat ini, tapi persetan bagaimana keadaan lelaki itu Katarina tidak peduli sama sekali lantas dengan amarah yang sudah memuncak dirinya menarik pergelangan tangan Aruna dengan paksa dan membawanya menuju tempat yang agak sepi.
"Lo gak ada kapok-kapoknya bikin hidup orang hancur ya?!"
Setelah melepaskan cengkramannya, Katarina langsung berseru didepan wajah Aruna yang masih bingung dan memegangi pergelangan tangannya yang memerah.
"Apa maksud lo?"
"Gue gak buta ya, Aruna! Gue inget banget kejadian April dua tahun lalu, jangan buat gue jelasin detail kejadiannya kalau lo gak mau malu!"
Bola mata Aruna membulat sempurna, April dua tahun lalu adalah mimpi buruk untuknya. Dan kenapa Katarina bisa mengetahui kejadian itu?
"Gue selama ini diam karena gue pikir keluarga lo udah tobat tapi ternyata enggak. Apa gak capek lo sembunyi di balik ketiak bokap lo terus, hah?"
"Lo mending to the point aja!"
Setelah mengatur napasnya yang sempat tidak stabil Katarina kembali menatap tajam gadis dihadapannya, wajahnya pucat pasi dan itu menandakan apa yang Katarina katakan benar adanya.
"Habis keluarga lo bikin Arunika hancur setengah mati dua tahun lalu sekarang lo mau buat dia hancur untuk kedua kalinya? Otak lo dimana?"
"Lo gak tau apa-apa, Kate! Jadi lebih baik lo diem!"
"Apa yang gak gue tau? Perjanjian lo sama bokap lo yang licik itu? Iya?" Aruna semakin tidak berkutik.
"Jangan lupa fakta kalau bokap gue juga bagian dari bisnis yang bersangkutan sama Adinata. Dan gue tau benar lo dengan otak licik bokap lo itu sengaja deketin Mahendra biar posisi kalian aman, iyakan?"
Aruna bungkam, dirinya tidak menyangka jika apa yang disembunyikannya selama ini akan terbongkar dan sialnya Katarina yang berhasil mengetahuinya.
"Sebenarnya gue gak peduli lo mau deketin siapapun atau punya hubungan sama puluhan cowok sekalipun. Yang jadi masalah disini adalah lo punya hubungan sama cowoknya Arunika dan gue gak akan terima lo hancurin hidup dia untuk kedua kalinya!"
"Terus lo mau apa?"
"Lo pilih antara Mahendra atau cowok brengsek itu! Gue kasih lo waktu satu minggu buat kasih jawaban dan taruhannya adalah nama baik keluarga lo."
Setelah mengatakannya Katarina meninggalkan Aruna begitu saja, masih terekam jelas kejadian empat tahun lalu di kepalanya dan Katarina tidak akan membiarkan Aruna hidup seenaknya.
Baginya Arunika adalah malaikat, jadi setelah gadis itu berhasil membawanya menjauh dari ruang gelap yang sulit ditinggalkan Katarina akan melakukan apapun untuk menjaganya. Agar Arunika bisa hidup lebih baik dari sebelumnya, agar gadis itu juga bisa menemukan bahagia miliknya.
Sudah cukup semua orang mencaci-maki dan memandang remeh teman baiknya. Mulai sekarang Katarina akan menjadi garda terdepan untuk melindungi Arunika. Entah dari bayang-bayang masa lalu yang tidak diinginkan gadis itu atau dari manusia-manusia licik semacam Aruna dan keluarganya.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ripple || Mark Lee (Completed)✓
Fanfiction//Bagian Kedua Adinata Bersaudara// [Terima Kasih Telah Hadir] Semuanya memang terasa amat menyakitkan. Tapi mencintai memang tidak akan pernah mudah di lalui. "Biarin aku jatuh cinta semauku, Kak!" YanaClandestine, February 2023.