10# Kita Sedang Sekarat

52 5 1
                                    

Terkadang sebuah dekapan tanpa tanya akan jauh lebih melegakan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Terkadang sebuah dekapan tanpa tanya akan jauh lebih melegakan.
-Renika Catra-

••00••

Kalau boleh jujur jatuh cinta pada Mahendra adalah rasa sesal paling nyata, namun gilanya Renika tetap bertahan di tengah luka-luka itu sendirian. Seandainya bisa memilih, mungkin Renika akan jatuh hati pada Bintang saja yang meskipun tidak ada obat untuk tingkah tengilnya tapi bisa menghadirkan tawa yang begitu kentara. Atau mungkin pada Gabriel? Pria badan besi hati bayi, yang dimana Arunika berada pria itu akan tahu dan langsung pergi tanpa pikir dua kali.

Tapi nasib membawanya jatuh pada pria yang masih saja tidak lepas dari masa lalunya. Sebenarnya Renika juga ingin tau kenapa mereka bisa putus saat seluruh dunia-- mungkin. Sudah merestui hubungan keduanya yang kelihatan lebih dari sempurna itu.

Namanya juga hati, pasti repot sekali di jabarkan dengan teliti. Seperti hari ini, Renika sudah menunggu lama di depan ruang musik untuk memberikan sekotak makan siang pada Mahendra, namun brengseknya pria itu justru hilang entah kemana bersama Aruna. Alhasil Renika duduk bersama Gabriel yang saat ini menghabiskan makan siang yang dia bawa di pinggir lapangan indoor.

"Bentar deh, Re. Bukannya lo gak ikut ekskul apa-apa ya?"

"Emang." balasnya cepat.

"Terus ngapain lo ke sekolah anjir? Mana bawain gue makan siang lagi, suka sama gue lo?"

"Pede banget hidup lo!" emosinya tiba-tiba meledak.

"Ya terus?"

"Gue tadi mau ngasih itu buat Kak Mahen, dia udah pergi duluan sama Kak Aruna."

"Yahh sadgirl."

"Ngaca ya babi!"

Gelak tawa langsung menguar dari Gabriel, sebenarnya Gabriel itu tampan. Ah sangat tampan malah, tapi bagaimana bisa Arunika tidak terpikat sama sekali?

"Gue masih kepo, gimana bisa kalian jadian sih, Re?"

"Gak tau juga, mungkin karena Kak Mahen lagi mabuk terus nembak gue kali ya?"

"SERIUS LO?"

"Mulutnya dikecilin! Gue kan bilang mungkin!"

"Ya kirain beneran Bang Mahen kobam, bisa di gorok Bintang tuh orang."

Huuhh!!

Renika memejamkan matanya sembari terkulai pasrah pada senderan kursi. Kalau boleh jujur dia ingin sekali menghantam Mahendra dengan berbagai omelan pedas, namun sialnya saat bertemu dengan lelaki itu Renika justru terbuai kembali. Jatuh cinta bodoh!

"Kalau mau nyerah ya nyerah, Re. Kalau masih kuat lanjutin aja."

"Tim netral banget lo."

"Ya gimana? Posisi kita sama, bedanya lo udah jadian guenya di depak duluan. Mau gue bilang puluhan ribu kali buat putus kalau lo-nya belum capek juga bakal lo terusin, kan?" Renika mengangguk pelan melirik Gabriel.

Ripple || Mark Lee (Completed)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang