16# Haruskah Selesai?

51 5 0
                                    

Mungkin sedari awal aku yang sangat keras kepala begitu menginginkanmu berdiri bersamaku padahal kamu sendiri enggan melangkah lebih maju

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mungkin sedari awal aku yang sangat keras kepala begitu menginginkanmu berdiri bersamaku padahal kamu sendiri enggan melangkah lebih maju.
-Renika Catra-

~••~

"Ini kalo gue banting setir jadi penulis novel, gimana menurut lo?"

"Dalem novel isinya rumus-rumus matematika."

"Mending gue bikin buku rumus aja kalo gitu mah."

"Kudunya begitu!"

Sekolah masih belum ramai, Renika datang lebih pagi dan kebetulan Gabriel juga sudah siap jadi mereka berangkat bersama dan berakhirlah saling membicarakan hal random berdua.

Renika bukan gadis introvert yang mungkin lebih suka sendirian dan tidak nyaman berada di keramaian, dia hanya gadis pada umumnya yang punya beberapa teman dan juga bisa bercanda lepas sesukanya.

"Lo sama Bang Mahen gimana, Ren?"

"Biasa aja."

"Biasa aja-nya kalian berdua tuh gak baik."

"Baik kok kabarnya."

"Dih! Gue juga tau kali."

"Lo sama Kak Aru gimana?"

"Malah di bahas?!"

"Sama kan? Gak ada pergerakan apa-apa."

"Jadian ajalah kita dari pada di sakitin terus."

Mereka tertawa bersama dengan ucapan ngawur Gabriel tidak lama suara teriakan heboh Bintang membuat mereka terlonjak kaget.

"APA?! KALIAN JADIAN?! WAH GAK BISA DIDIEMIN INI!!"

Bintang langsung duduk dibangku samping Renika dengan wajah serius yang-- hanya dibuat-buat sepertinya. Kemudian mengeluarkan sebuah kotak berwarna ungu muda.

"Lo mau resign jadi calon ipar gue? Jangan dong Re, lo tau kan gue gak punya partner berantem kalo lo-nya gak jadi beneran sama Bang Mahen."

Tatapannya seolah memohon, tapi gerakan tangannya justru mengacungkan dua jempol seolah mengatakan "Gapapa, Re. Gue ikhlas lahir batin!"

Renika hanya menghembuskan napasnya kesal, lalu sepersekian detik kemudian Gabriel menyeret Bintang kembali ke bangku mereka dari pada semakin membuat gaduh.

Kotak ungu muda masih tergeletak di mejanya, Renika hanya menatapnya gamang enggan untuk membuka. Kalau boleh jujur dirinya sangsi karena terakhir kali Bintang membawakannya kotak semacam ini ternyata itu hadiah untuk Aruna, lagi-lagi Aruna!

"Buka aja! Itu dari abang!"

Seruan Bintang seolah pertanda sebuah luka baru untuknya, kepalanya langsung berdengung menanyakan hal-hal pada hatinya.

Ripple || Mark Lee (Completed)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang