15# Mulai memudar

89 8 0
                                    

Aku mulai ragu, aku benar mencintaimu atau hanya mencintai perasaan itu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku mulai ragu, aku benar mencintaimu atau hanya mencintai perasaan itu.
-Renika Catra-

~••~

Entah sejak kapan sikap Mahendra padanya berubah, lelaki itu seolah jadi pribadi yang berbeda dan hal itu membuat Renika sedikit was-was. Dirinya takut terlalu jauh terbang padahal yang dilakukan Mahendra hanya sekedar butuh pelampiasan.

Hari ini Mahendra benar-benar memaksanya untuk pulang bersama, dan meskipun Renika mengatakan puluhan kali jika dirinya sedang lelah lelaki itu justru membawanya ke rumah besar keluarga Adinata.

"Kak, aku masih ngantuk loh."

"Ya udah naik tidur di kamarku aja."

"Kak, jangan aneh-aneh deh!"

"Aneh apanya sih? Kamu masih ngantuk ya naik aja tidur di kamarku emang ada yang salah?"

"Aku mau pulang."

"Papa sama Bunda masih belum pulang, Aca, kamu pikir aku tega biarin kamu di rumah sendirian?"

"Udah biasa kayak gitu, lagian aku bisa numpang di rumah El kalau emang gak berani."

"Dari pada numpang di rumah El mending disini." Mahendra melenggang begitu saja, melesat ke arah dapur.

Meskipun sudah hampir setengah tahun menjalin hubungan dengan Mahendra tapi baru kali ini Renika di bawa ke rumah pria itu, ya mana tau letak kamarnya sih?

"Naik aja, Re, pintu kedua." suara dibelakangnya membuat Renika berjingkat kaget.

"El?"

"Naik aja, pintu kedua kamarnya Bang Mahen kalau pintu pertama kamarnya Bintang."

"Lo itu gak bisa dipercaya."

"Lo gak percaya sama Abang lo ini? Lo pikir gue gak akan dijadiin penyetan sama Bunda kalau anak perempuannya cidera?"

"Dih, gak nyambung! Dikira gue lagi olahraga berat kali."

"Udah sana! Mata udah gak berbentuk gitu, pergi tidur!"

"Iyedah bawel!"

Renika melangkahkan kakinya naik menuju lantai dua, dia menemukan pintu pertama dengan gantungan nama Bintang dan stiker yang tertempel hampir di semua permukaan pintu, sangat menggambarkan anak bungsu.

Sempat terkekeh pelan lantas Renika kembali melangkahkan kakinya dan menemukan pintu kedua yang bersih tanpa gantungan atau stiker seperti pintu sebelumnya dia yakin ini adalah pintu kamar Mahendra, dengan sedikit ragu Renika membuka pintu tersebut pelan-pelan, kamar Mahendra nampak sangat rapi untuk ukuran lelaki.

Renika perlahan masuk dan menelisik setiap sudut kamar yang dominan warna biru dimana-mana, maklum saja Mahendra memang penyuka warna biru. Matanya menelisik seluruh sudut kamar hingga tatapannya jatuh pada satu bingkai foto dengan ukuran sedang di atas meja belajar, kernyitan nampak jelas di dahi Renika saat mendapati foto dirinya yang tidak tahu pasti kapan diambil. Tapi seingatnya itu adalah pakaian yang dirinya kenakan beberapa bulan lalu saat dia dan Mahendra untuk pertama kalinya pergi nonton bersama.

Ripple || Mark Lee (Completed)✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang