Karena terkadang kita harus terluka untuk tau apa yang sebenarnya kita butuhkan.
-Renika Catra-~••~
Pukul tiga pagi, hawa dingin kembali terasa begitu menusuk badan apalagi gerimis mengguyur kota. Kasur dingin dan gitar di sampingnya sudah menjadi teman bahkan jiwa bagi Mahendra. Dirinya begitu mencintai musik, persis seperti mendiang ayahnya.
Pandangannya lurus menatap keluar jendela yang tidak nampak apapun selain air hujan yang sesekali singgah disana, juga suara gemericik yang menjadi teman di malam yang harusnya hening.
Pukul tiga pagi kali ini tidak seperti hari-hari sebelumnya, jujur saja Mahendra tidak tahan ada di situasi seperti ini. Sedari tadi dirinya terus melihat lagu apa yang di putar berkali-kali oleh Renika sebagai teman belajarnya tapi tetap saja dirinya tidak berani sekedar mengirimkan pesan. Masih teringat ucapan terakhir sang pujaan hati setelah mereka memutuskan untuk mengambil jeda.
"Aku setuju untuk nutupin kalau kita lagi break tapi kamu juga harus setuju untuk gak hubungin aku satu bulan kedepan."
Dan demi Tuhan, satu bulan itu sangatlah lama. Apalagi seolah waktu berjalan melambat akhir-akhir ini. Bisa tolong percepat saja satu bulan itu? Mahendra benar-benar rindu dengan suara gadisnya dipukul tiga pagi seperti ini. Bagai sebuah sihir pengantar tidur yang bisa membuatnya bangun dengan keadaan jauh lebih baik.
Petikan gitar mulai terdengar, sebuah lagu dari Finding Hope mengalun melalui bibirnya. Lagu yang sejak satu jam lalu berputar berkali-kali di Spotify milik Renika. Sebuah kisah tentang pukul tiga pagi yang menggambarkan keadaan mereka saat ini. Pukul tiga pagi yang dingin dan akan terus berulang sampai minggu berikutnya. Hatinya tersayat mengingat hubungan mereka yang seolah ada diujung tanduk, tidak bisa dirinya bayangkan jika sang gadis hilang dari jangkauannya.
Mahendra terus bernyanyi dengan nada sendu dan perasaan yang carut marut, rasanya bukan lega justru sesak yang tercipta setelah lagu itu usai dirinya nyanyikan. Mahendra lantas menatap sebuah foto yang dirinya bingkai dengan indah di atas meja belajarnya, foto gadis kesayangannya. Potret yang dia ambil diam-diam. Apakah gadis itu tidak tahu jika Mahendra memujanya sedari lama?
Satu kalimat yang dia temukan di robekan kertas sebuah novel kembali terlintas setelah menatap lamat wajah cantik itu.
Boleh jadi sementara boleh jadi selamanya.
Kalimat sederhana yang mampu membawanya pada bayangan hubungan mereka berdua. Bukan berarti dirinya tidak melakukan apa-apa dengan hubungan mereka tapi jeda yang sengaja Renika buat seolah membuatnya mati langkah. Ada sebuah tembok tinggi yang tiba-tiba tercipta dan membuatnya kelimpungan. Seingatnya saat dulu dirinya putus tanpa alasan dengan Aruna rasanya tidak sehancur sekarang.
"Aca, tolong jangan pergi ya?"
Harapan itu melambung bersamaan dengan hembusan angin kencang di luar sana. Membawa serta sebuah kalimat pada seorang gadis yang akhirnya menutup bukunya perlahan. Dan pada akhirnya soal-soal yang menjadi temannya sejak berjam-jam yang lalu tidak bisa benar-benar mengalihkan fokus Renika.
"Kalau dulu gue gak nekat bilang iya apa sampai sekarang kita masih bisa temenan? Kalau dulu gue gak terima lo apa permasalahan perasaan gue gak akan serumit hari ini? Atau justru lebih rumit lagi?"
Rintik air yang terus berjatuhan diluar membuat Renika kembali mengingat Mahendra, pukul tiga pagi dan hujan dini hari memang serupa lelaki itu. Dingin tapi juga menyejukkan untuk ditemani berlama-lama.
Mahendra serupa es krim yang seolah tak tersentuh tapi begitu lembut, bukan karena ketus tapi karena dirinya hanya berbicara seperlunya. Senyuman memang sering hadir di wajah tampannya tapi bukan berarti kamu bisa tertawa cuma-cuma dengan lelaki itu. Temannya bahkan cuma itu-itu saja dan mengenalnya begitu dalam memang hal yang tidak semua orang bisa.
Jatuh cinta pada Mahendra bukan sebuah hal aneh, karena siapa juga yang tidak suka dengan gitaris tampan sekolah mereka? Tapi hal yang lebih penting dari itu adalah Mahendra tidak suka membagi banyak hal dengan orang lain, tetapi Renika punya akses untuk itu. Kunci yang bisa membuka seluruh perasaan yang Mahendra tutup rapat.
Gadis itu membuka ponsel dan mematikan lagu yang terus saja berputar sedari tadi, lagu berjudul 3:00 AM dari Finding Hope yang tidak sengaja dirinya temukan. Renika lantas membuka akun sosial medianya untuk sekedar mengetahui apa yang sudah dilakukan orang-orang lewat dunia maya. Apa mereka sedang pusing karena tugas yang mulai menggung? Atau selesai mendatangi sebuah konser? Ada beberapa yang melakukan self reward dengan membeli beberapa barang. Juga ada yang sedang dalam keadaan jatuh cinta. Dan sebagian besarnya sedang tidak baik-baik saja. Begitulah manusia, berupa-rupa perasaannya, berbeda-beda kesukaannya.
Sampai sebuah instastory berputar, warna hitam mendominasi layar tapi sebuah suara dan petikan gitar membuatnya membeku. Ini adalah lagu yang sama dengan yang dia dengarkan sedari satu jam yang lalu. Sebuah kalimat di layar tersebut membuat Renika tersihir.
I love you deeper every 3:00 AM, just you and the little things we discussed.
Kalimatnya sederhana tapi bisa membuat gemuruh perasaan itu kembali hadir. Kalau boleh jujur Renika juga tersiksa dengan keputusannya sendiri tapi jika tidak begini dirinya tidak akan mengerti apa yang mereka inginkan.
Gadis itu terus bergumul dengan banyak pertanyaan tentang perasaan Mahendra, apa pria itu sedang merasa kehilangan dirinya atau justru hanya kehilangan tempat bercerita? Hingga satu ingatan kecil terbesit.
"Pantesan bisa sama, gue lupa matiin listening activity. Bego banget Renika!"
Satu notifikasi muncul bersamaan dengan Renika yang akan membuka kembali icon hijau pada ponselnya.
Nananiel
Kalian kalau mau ngebucin bisa di privasi aja gak?
Sekalian jangan masukin gue, muak banget gue lihat storynya Bang Mahen.
Lo lagi, lo lagi, lo terus.Recatra
Ya mohon maaf yang sebesar-besarnya deh kalau bikin lo muak.
BLOCK AJA NOMERNYA ANJING KENAPA HARUS LAPORAN KE GUE?!Nananiel
Gue butuh banget nomernya :(
Kasih tau cowok lo sana!!Recatra
OGAH!Nananiel
Sewot banget si kutil badak?!
Makin keriput baru tau rasa lo!Recatra
Apa gue peduli? Oh tentu tidak.Renika lantas mencoba mencari nama Mahendra di kontaknya ingin membuktikan kebenaran dari pesan Nathaniel, tapi anehnya tidak ada apapun yang pria itu bagikan. Namanya tidak ada di kolom pencarian.
"Ini pasti gara-gara sebiji instastory doang, emang banyak banget bacotnya itu seonggok manusia! Heran gue. Pantes temanan sama Bintang, sama-sama gak jelas."
Karena yang sebenarnya terjadi Mahendra sedang mati-matian mencintai Renika sementara gadis itu mati-matian membiasakan diri tanpa Mahendra.
To be continue...
KAMU SEDANG MEMBACA
Ripple || Mark Lee (Completed)✓
Fanfic//Bagian Kedua Adinata Bersaudara// [Terima Kasih Telah Hadir] Semuanya memang terasa amat menyakitkan. Tapi mencintai memang tidak akan pernah mudah di lalui. "Biarin aku jatuh cinta semauku, Kak!" YanaClandestine, February 2023.