Anandira. Gelang itu ternyata berukir asma kakaknya. Aku tak tahu apakah Dian hanya meminjam, selayaknya aku dan Mas Natha yang seringkali ribut perkara barang yang tak dikembalikan. Atau memang sengaja memesan secara khusus dengan tujuan untuk mengenang.
Tadi pagi, aku menemukan gelang ini di lantai kamar mandi. Sudah tentu pemiliknya Dian Ayu. Karena hanya ia yang menggunakan kamar mandi tamu selain aku.
Entah apakah gelang ini jatuh secara tidak sengaja, atau Dian memang punya kebiasaan meninggalkan barang-barang. Yang jelas, Dian sama sekali tak kemari untuk mencari. Padahal aku merasa kalau gelang ini adalah benda yang teramat personal. Semacam benda keramat yang kalau hilang, harus dicari sampai dapat.
Kali ini aku tak berani datang ke rumahnya untuk mengembalikan gelang itu. Rasanya sungkan untuk bertemu Dokter Danuja setelah pertemuan pertama kami yang terasa canggung. Aku takut dengan stigma negatif setelah pria itu mendapati aku berduaan bersama putrinya di rumah. Meskipun kami hanya menonton Netflix, dan sama sekali tidak chill. Maksudku, siapa yang bisa santai kalau ada seorang gadis yang tiba-tiba datang dalam keadaan basah kuyup dan terluka?
"Namanya Anandira Denayu."
Suara halus Dian Ayu terus menggema di kepalaku. Bahkan ketika aku sedang mengurus tamu. Cukup mengganggu aktivitasku.
Setelah menginap selama tiga hari, Iva dan Aldi akhirnya pulang. Mereka puas dan tak akan menagih Mas Natha uang untuk bulan madu ke Bali. Saking senangnya mereka di sini, bahkan sampai memilih pulang setelah makan malam. Memaksimalkan cuti sebelum esok pagi bekerja lagi.
Setelah mengantar mereka, aku membereskan semuanya. Memastikan vila mawar bersih dan siap dihuni lagi. Mencuci piring bekas makan malam, serta menutup semua jendela dan pintu. Baru setelah selesai sembahyang, aku bisa beristirahat dan bergelung di bawah selimut tebal sambil bergidik kedinginan.
Berurusan dengan air untuk mencuci piring, dan mensucikan diri di tengah malam yang berkabut benar-benar membuatku seolah membeku. Bahkan dinginnya lantai rumah terasa menusuk telapak kaki dan membuatku harus berjalan berjinjit dengan cepat, supaya segera naik ke atas tempat tidur.
Di waktu luang ini, aku baru bisa meladeni rasa penasaran yang terus membuat gaduh pikiran. Karena sejak menemukan gelang perak itu, aku telah menahan rasa penasaran yang semakin lama terasa semakin tak bisa dikendalikan. Memaksaku untuk membuka laman Instagram dan mengetik nama kakak Dian Ayu. Mencari Instagram pribadinya.
Ada banyak akun dengan nama Anandira. Tapi hanya ada satu yang bernama Denayu Anandira. Tak masalah, hanya dibalik saja. Aku tetap yakin itu benar milik Anandira.
Akun itu punya ribuan pengikut, namun belum bisa dikategorikan sebagai selebgram yang biasanya memiliki pengikut berjumlah ratusan ribu sampai jutaan. Tapi jauh lebih banyak dibandingkan pengikutku yang tak sampai tujuh ratus orang. Dengan pengikut mencapai lebih dari lima ribu dan hanya mengikuti kurang dari seribu akun, aku rasa Anandira memang tipe gadis yang menjadi bintang dan pusat perhatian.
"Bagi saya dia lebih cantik."
Kakak Dian Ayu ini harus diakui memang cantik sekali. Hidungnya mancung dan aku yakin itu asli. Bukan hasil karya dokter bedah plastik. Bibirnya tebal, tanpa terlihat berlebihan. Bukan hasil suntikan.
Kulitnya sama putihnya dengan Dian Ayu. Hanya saja Dira sama sekali tidak pucat. Justru cerah dan berkilau. Rambutnya yang panjang dan berombak, dicat warna coklat gelap. Terlihat sekali kalau rutin dirawat. Dari satu foto saja aku bisa tahu bahwa Anandira adalah tipe wanita yang sekali lirik bisa membuat pria terpikat.
Mereka memang punya fitur wajah yang mirip. Sama-sama menuruni gen dari Dokter Danuja. Hanya saja, Anandira sepertinya senang mengenakan riasan wajah. Dalam beberapa foto yang terkesan santai, ia terlihat mengenakan riasan tipis dan natural. Sama seperti Freya sehari-hari. Jadi aku rasa riasan itu tak banyak mengubah bentuk wajahnya. Hanya supaya lebih segar saja, seperti kata Freya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Vila Kusuma
RomanceKematian Suri, sang sahabat seperjuangan tidak hanya membuat Dewangga berduka, namun juga merasa bersalah luar biasa. Perasaan itu membuatnya mengundurkan diri dari KAP Kusumajati, tempat dimana ia serta Suri berkarir untuk meraih mimpi-mimpi. Dewa...