Gena hanya tersenyum canggung ketika dirinya yang bersalaman dengan orang-orang yang bahkan tidak dia kenal. Dan kebanyakan adalah kolega dari keluarga Ajun juga Farya. Tentu saja, bahkan dirinya tidak bisa mengundang kenalannya.
"Temen kerja Papa," bisik Ajun dan kembali duduk saat para tamu sudah berlalu dan bersalaman dengannya juga Ajun.
Gena yang mendengar itu hanya mengangguk. Gadis itu ikutan duduk di samping Ajun yang sibuk dengan ponselnya. Beginilah acara pernikahannya hari ini. Ajun yang akan memberitahu siapa saja yang baru saja mereka salami. Hingga akhirnya teman-teman Wedding Organizer-nya datang membuatnya sedikit bersemangat karna ada tamu yang dia kenal.
"Ya ampun Gena cantik banget." Bu Siwi menatap Gena tak percaya. Beliau baru saja datang tapi sudah langsung menghampiri gadis itu dengan semangat. "Jadi selama ini nyiapin buat pernikahan sendiri ya, Ge?"
Gena yang mendengarnya tertawa. "Ya gitu, Bu. Makasih udah mau dateng ya, Bu," sahut gadis itu merasa senang dan Bu Siwi mengangguk. "Oh iya, ini Mama sama Bapak." Gena juga tidak lupa mengenalkan sang Mama dan Bapak pada owner tempatnya bekerja.
Bu Siwi menyapa begitu juga dengan Mama dan Bapak, ketiganya tampak mengobrol dan membahas Gena membuat gadis itu sedikit malu.
"Bu Siwi yang tadinya lagi full sibuk, langsung nyuruh kita semua buat ke sini, Mba. Soalnya yang ditunggu akhirnya sold out juga," bisik Imas — teman WO Gena di team dua membuat gadis itu tertawa mendengarnya. Benarkah sesemangat itu Bu Siwi menunggunya menikah.
"Makasih ya udah dateng. Maaf banget mendadak," kata Gena senang dan mereka semua mengangguk.
"Apasih yang nggak buat, Gena," kata Bu Siwi dan menatap Ajun membuat laki-laki itu menunduk sopan sebagai tanda menyapanya.
"Arjuna ... suami Gena, Bu." Gena memperkenalkan Ajun, dan sangat terdengar canggung ketika menyebut Ajun suaminya. Seperti tidak biasa saja.
Bu Siwi tersenyum dan bersalaman dengan Ajun membuat laki-laki itu menyambutnya dengan baik. Jika Gena mampu menyambut tamu-tamunya dengan sopan, Ajun juga tidak mau kalah dengan istrinya itu.
"Jangan lama-lama kosongnya ya, Mba. Biar ponakan keluarga besar WO Siwi makin rame," kata Gilang — salah satu photografer di team dua yang membuat Gena hanya tertawa canggung mendengarnya.
Bahkan membayangkan dirinya dan Ajun tidur satu ranjang saja membuatnya deg-degan, bagaimana bisa dia hamil anak Ajun jika laki-laki itu tidak menyentuhnya, bukan.
"Kita liat nanti ya," sahut gadis itu dan menyalami semua teman-teman kerjanya yang tidak habis-habis. Sebahagia itu semua temannya ketika mendengar dia yang menikah hari ini.
Bahkan Ajun saja sampai menggerakkan kepalanya mencoba mengusir rasa pegalnya ketika barisan panjang teman kerja Gena habis.
"Maaf banyak banget," kata gadis itu dan ketika ingin duduk dia segera mengurungkan niatnya membuat Ajun hanya memperhatikan istrinya itu. Gena memberikan isyarat tangan ntah kepada siapa, dan membuat Ajun mengikuti arah pandang gadis itu.
"Aku udah pesenin Kirana buat ambilin makan buat kamu," ujar gadis itu dan mendudukkan diri di samping Ajun. Tangannya mengambil ponselnya yang sempat bergetar tadi.
"Kenapa mau menikah dengan saya?"
Gena menoleh, menatap Ajun yang juga memperhatikannya. "Dipaksa," sahut gadis itu jujur dan membuat Ajun hanya mengangguk.
Kedua pengantin itu malah sibuk dengan ponselnya masing-masing, hingga tak lama Kirana dan Rere datang dengan dua piring makanan.
"Satu aja, aku udah makan," tolak Gena yang tentunya membuat Kirana mendengus dan menggelengkan kepalanya tanda tidak terima.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Mata Harimu [Terbit]
General FictionCERITA 5 {Follow dulu yuk sebelum membaca.} Spin-off Cukup Tau. 🔎🔍 Gena gak tau harus senang atau bagaimana untuk mengungkapkan rasa yang sedang dia alami. Awalnya Gena tidak ingin mengunjungi pernikahan teman sekelasnya, karena dirinya yang memil...