➖ MMH - 6 ➖

10.6K 561 7
                                    

Pagi hari yang cerah dengan sisa-sisa rintik hujan dan genangan air yang dipinggir-pinggir jalan menghiasi suasana serta membuat cuaca menjadi lebih dingin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Pagi hari yang cerah dengan sisa-sisa rintik hujan dan genangan air yang dipinggir-pinggir jalan menghiasi suasana serta membuat cuaca menjadi lebih dingin.

Gena sedang bersiap untuk berangkat kerja. Gadis itu memakai jaketnya dan duduk bersila dengan tangan yang sibuk mengoleskan selai coklat di atas roti tawarnya.

Ketika gadis itu ingin menggigit ujung roti yang dia lipat menjadi dua, dan tepat saat itu ketukan pintu terdengar membuatnya mengurungkan niat dan memilih untuk membukakan pintu.

"Ya."

Gena terdiam, badannya membeku saat melihat Ajun yang berdiri di balik pintu kosnya.

Lelaki itu menenteng sebuah plastik putih susu yang Gena tidak tau isinya apa.

"Udah sarapan?"

Gena yang sedari tadi hanya diam kemudian menggeleng. Dia masih mencerna dengan apa yang terjadi sekarang.

Semalam Farya bilang jika mereka sudah putus. Tapi ... kenapa Ajun terus mendekatinya.

Aneh. Memang aneh.

"Kok bengong?" Ajun menggerakkan tangannya di depan wajah Gena membuat gadis itu tersadar dan mempersilahkan lelaki yang memakai kemeja biru muda yang dilapisi dengan jaket hitam itu untuk masuk.

Gena tidak lupa untuk membuka pintu kosannya dengan lebar. Bagaimanapun dia dan Ajun adalah lawan jenis yang tidak seharusnya berada dalam tempat tertutup dan hanya berdua saja.

"Tiap pagi sarapannya ini?" Ajun bertanya saat Gena duduk di hadapannya dengan meja belajar kecil sebagai jarak mereka.

Gena mengangguk. "Iya," jawab gadis itu dan mengambil kembali rotinya yang tadi sempat dia urungkan untuk dia lahap.

"Saya bawa nasi uduk. Kamu makan ini saja."

Tangan Ajun bergerak untuk membuka plastik yang dia bawa dan memberikan satu bungkus nasi uduk yang sempat dia beli saat perjalanan ke kosan Gena.

Gadis itu hanya diam, mulutnya sibuk mengunyah roti yang sebelumnya sempat dia gigit.

"Saya permisi ambil sendok," ucap Ajun dan berdiri untuk mengambil sendok di meja samping kamar mandi.

Bagi Ajun, kosan Gena jauh bisa dibilang lebih rapi daripada kamar Farya. Entah mungkin kamar Farya yang terlalu besar atau memang Gena yang rajin menjaga kebersihan.

Laki-laki yang merapikan rambutnya ke belakang dan menyisakan sedikit rambut depannya untuk dirapikan berdiri itu memberikan satu sendok yang dia ambil kepada Gena.

Mata Mata Harimu [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang