➖ MMH - 25 ➖

7.9K 542 25
                                    

Acara pernikahan antara Ajun dan Farya akan diselenggarakan besok. Dan Gena saat ini sedang sibuk-sibuknya memastikan dekorasi yang mereka buat kemarin sudah rapi dan lengkap atau belum.

Kening gadis itu sedikit mengkerut ketika melihat posisi bunga yang menurutnya terlalu ramai. Kemudian dengan cekatan Gena segera mengubah posisi bunga yang tadinya di belakang bangku pelaminan dipindahkannya ke samping bangku pemaninan.

Meskipun tidak singkron karna hanya ada di samping kiri, tetapi gadis itu memilih untuk memberi meja bundar kecil di samping kanan kursi pengantin. Yang mungkin akan dibutuhkan untuk menaruh sesuatu di sana.

Setelah mengaturnya, gadis itu membalikkan badan dan menatap ke arah halaman besar yang akan dijadikan sebagai ruang makan nantinya. Jika dilihat dari posisinya semuanya lengkap dan tidak ada yang mengganjal dipandangannya.

Keningnya tiba-tiba mengkerut saat sebuah undangan melayang di hadapannya membuat Gena menoleh, menatap Farya yang tersenyum sinis padanya.

"Buat lo."

Gadis itu mengambilnya dengan kasar membuat si calon pengantin — Farya tersenyum miring.

"Udah tiga tahun," ucap Farya menjeda kalimatnya. "Masih cinta sama calon suami orang?" gadis itu menatap Gena yang juga menatapnya dengan tatapan tajam. Kali ini Gena tidak boleh merasa terintimidasi ketika Farya sengaja menekan kata cinta seakan mengingatkan Gena.

Gadis yang memakai kemeja putih panjang serta dipadukan dengan dress kodok berwarna hitam sepanjang lutut itu tersenyum.

"Penting banget buat lo tau perasaan gue?" tanya Gena tak kalah sinis. "Ahh — apa sekarang perasaan gue udah bisa dihargai?"

Gena menaikkan sebelah alisnya menatap Farya dengan menekan kata dihargai. Dan Farya yang mendengar itupun semakin menatap Gena tajam dan dadanya naik-turun menandakan jika dia sedang menahan emosi.

Saat Farya ingin mengatakan sesuatu, Gena menunjukkan ponselnya yang bergetar, menandakan ada panggilan masuk.

"Gue sibuk dan gak ada waktu buat ngurusin manusia kayak lo. Bye," kata gadis itu songong dan berjalan pergi meninggalkan Farya yang mengepal kedua tangannya di sisi kanan dan kiri tubuhnya.

Ternyata si cupu dan pendiam yang dia kenal sudah berubah menjadi gadis pemberani dan tak kenal takut.

Farya menekuk kedua tangannya di depan dada. Senyuman miringnya terlukis di wajahnya, seakan sedang merencanakan sesuatu. Jika Gena berani melawannya, itu tandanya dia harus bermain lagi. Dan Farya pastikan permainan yang sekarang akan menjadi lebih seru dibanding kemarin.

Sedangkan Gena, gadis itu mengkerutkan keningnya saat mendengar ucapan dari seseorang yang baru saja menelponnya. Sedikit panik karna mendapat kabar jika dirinya harus menjadi wali dadakan untuk seseorang.

"Iya shere lokasi aja," ujar gadis itu dan memutuskan panggilan. Tidak lama apa yang dia minta dikirim dari seseorang di seberang sana membuatnya segera menaiki motor pinjamannya untuk menuju lokasi yang sudah dia ketahui.

Gena baru saja mendapat telpon dari Heka — adek Ajun, yang mengabari jika laki-laki itu membutuhkan bantuannya. Karna acara yang akan diselenggarakan Ajun besok, membuat bocah yang sekarang sedang berkuliah di jurusan kedokteran itu takut untuk menelpon orang tuanya. Dan pilihan terakhir yang kemungkinan besar datangnya adalah Gena, meskipun awalnya Heka ragu.

Sesampainya di parkiran fakultas kedokteran. Gena sudah disambut oleh Heka. Bocah itu segera menuntun Gena menuju ruang dekan.

"Maaf ya, Kak Gena. Heka gak ada pilihan. Makanya cuma bisa nelpon Kak Gena, dan untungnya nomor Kakak belum ganti," ungkap Heka dan membuat Gena hanya mengangguk sambil mengelus lengan bocah itu.

Mata Mata Harimu [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang