Hari semakin berlalu, menit berganti dan jam pun terus berjalan hingga akhirnya menunjukkan sore hari.
Seorang gadis yang baru saja menyelesaikan pekerjaannya itu segera merapikan barang-barangnya.
Gena, gadis yang rambutnya diikat cepol dengan beberapa helai rambut yang berjatuhan tersenyum kemudian menunduk.
"Aku duluan Mba," pamitnya kepada teman satu kerjaannya.
"Yoi, hati-hati."
Sebelum pulang Gena berjalan menuju loker terlebih dulu untuk mengambil tas dan juga jaketnya.
Karna tadi pagi hujan dan cuaca sangat dingin, Gena yang jarang sekali memakai jaket jika bekerja memutuskan untuk menggunakan busana tersebut.
"Hemmm."
Kening gadis itu mengkerut sebelum mengenakan jaketnya dan berjalan menuju tempat timecard.
Buruh pabrik, orang-orang menamainya seperti itu untuk pekerjaan yang sedang dia jalani ini
Gena tau, menjadi seorang karyawan pabrik bukan hanya sekedar capek jasmani tetapi juga juga rohani.
Tapi, tidak ada pilihan lain untuk Gena. Jika tidak bekerja, dirinya akan dipastikan tidak bisa berkuliah dan makan. Apalagi dirinya adalah harapan terakhir untuk kedua orang tuanya.
Langkah kaki Gena membawanya untuk menuju ke parkiran, dia memilih untuk menggunakan motor karna dia yang sedang menghemat.
Parkiran ramai, tentu saja karna ini pulang kerja. Dia tidak bisa menghindari keramaian pabrik.
Hari ini dia ada jadwal kuliah selepas magrib, dan rencananya Gena ingin kembali ke kos untuk makan, mandi, dan menyiapkan kuliahnya nanti.
Gadis itu segera mengeluarkan motornya dibantu dengan tukang parkir.
Setelah memberikan uang tiga ribu rupiah kepada tukang jaga parkir, Gena segera menarik gas motornya menuju kosannya yang hanya berjarak satu kilometer dari pabrik tempatnya bekerja.
Sebelum itu, Gena memutuskan untuk singgah sebentar ke minimarket karna ada beberapa keperluan yang harus dia beli sebelum uangnya semakin menipis.
Keningnya mengkerut, bibirnya terlipat, dan tatapan matanya tajam membaca berbagai jenis huruf yang ada di keterangan produk.
Setelah dirasa memang barang ini yang terbaik, Gena melihat harganya dan menganga sendiri.
"Waw, sekecil ini harganya mahal juga," ujarnya tak percaya dan menggelengkan kepala.
Dengan sangat menyesal, Gena kembali menaruh barang tersebut di tempatnya dan memilih untuk berganti produk.
Dia tidak akan melakukan hal yang sama, seharusnya Gena melihat harganya dulu sebelum memutuskan untuk check-out.
"Tipis-tipis lah kegunaannya, harganya juga lebih murah," katanya setelah mengecek kegunaan barang yang dia beli dan juga harganya yang terjangkau.
Setelah itu Gena memutuskan untuk membeli roti tawar dan juga selai coklat. Keduanya ini sangat berarti bagi kehidupan perkuliannya, karna jika dirinya yang sedang malas memasak atau kesiangan dia bisa sarapan dan makan itu saja.
Gena mengecek keranjang belanjaannya, dia harus memastikan tidak ada barang yang terlupakan karna dirinya yang malas untuk mondar-mandir.
Dirasa sudah lengkap, Gena akhirnya menuju kasir untuk mentotal semua belanjaannya dan juga membayarnya.
Setelahnya dia segera kembali ke motor dan melajukan kendaraannya menuju kosan.
Sesampainya di kosan, sewaktu dirinya ingin turun tiba-tiba saja gerbang sudah terbuka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mata Mata Harimu [Terbit]
Fiction généraleCERITA 5 {Follow dulu yuk sebelum membaca.} Spin-off Cukup Tau. 🔎🔍 Gena gak tau harus senang atau bagaimana untuk mengungkapkan rasa yang sedang dia alami. Awalnya Gena tidak ingin mengunjungi pernikahan teman sekelasnya, karena dirinya yang memil...