➖ MMH - 24 ➖

7.1K 496 52
                                    

"Gimana? Udah siap?"

Kirana, Fadil, dan Karen yang sedang berunding sebelum berangkat untuk melaksanakan tugas negara menatap Gena yang baru saja keluar dari ruangan Bu Siwi.

Gadis itu memakai setelan berwarna abu-abu. Celana panjang navi, kaos putih, dan jas panjang yang dipadukan dengan sepatu olahraga putih.

"Anjay pengantin kita, rapi bener, Bu," goda Fadil membuat Gena mencubit pinggangnya gemas dan langsung terdengar rintihan kesakitan dari sang korban.

"Yaudah ayo berangkat." Gena menarik napas sejenak. "Aku bertugas cek lokasi, Karen hubungi pihak catering, dan Kirana nanti coba diskusiin tentang gaun pengantin sama jas yang akan dipakai calon mempelai. Oh ya, Fadil coba diskusi juga sama kedua calon pengantin baiknya gimana buat foto mereka," jelas Gena memberikan arahan dan langsung diangguki oleh ketiganya. Dirinya tidak mau mendapat kesan jelek saat bertanggung jawab sebagai WO pernikahan Ajun dan Farya.

"Siap, jalan. Bu pengantin," ujar Karen yang juga menggoda Gena membuat gadis itu mendengus sebal. Teman-temannya ini kenapa hobi sekali menggodanya.

"Gara-Gara lo, Dil." Gena menatap Fadil tajam, sedangkan laki-laki itu hanya cengengesan tanpa merasa bersalah.

Seperti apa yang diucapkan laki-laki itu semalam. Setelah Gena membersihkan dirinya, yang kemudian ponselnya tiba-tiba ramai membuatnya penasaran dan betapa kagetnya dia saat melihat foto-foto dirinya yang menggunakan gaun pengantin sudah Fadil shere di grup team mereka. Lebih malunya saat Bu Siwi juga ikut-ikutan memberikan komentar padahal biasanya Bu Siwi hanya menyimak kecuali membahas sesuatu yang penting dan urgent.

Gena lupa, jika ucapan Fadil sering sekali tidak dianggap main-main oleh lelaki itu. Dan apa yang dikatakan Fadil pasti akan dia lakukannya. Memang agak gila temannya itu.

Mereka berempat masuk ke mobil dengan Gena yang duduk di depan, di samping Fadil yang menyetir. Sedangkan Kirana dan Karen memilih duduk di belakang sambil berdiskusi tentang catering yang menjadi tanggung jawab Karen. Lebih tepatnya Karen meminta pendapat pada Kirana.

"Menurut lo, Kir. Kalau pakai jasa catering Dapur Mimom gimana? Kita pernah nyoba gak sih? atau tim lain gitu?" tanya Karen dan memperhatikan Kirana.

"Kayaknya dulu pernah deh. Iya gak sih, Kak? Yang kata pernikahan di Tangerang itu." Kirana mencoba bertanya pada Gena karna dirinya yang lupa-lupa ingat.

Gena mengerutkan keningnya mendengar ucapan Kirana kemudian mengangguk. "Tapi menurut aku sih, rasanya biasa. Gak ada yang spesial," sahut Gena. "Coba deh cari catering dengan masakan Sunda. Biasanya rasanya enak dan terjamin. Dan setahuku calon pengantinnya juga orang Sunda," sambung gadis itu memberikan referensi.

Karen mengangguk dan segera menuruti ucapan Gena barusan. Gena memang selalu memiliki ide yang tidak terduga dan itu menyelamatkan mereka semua dari jalan buntu.

"Jangan lupa nanti diskusiin sama kedua belah pihak. Mau yang mana, kita hanya bisa memberikan sumber-sumber buat pilihan mereka bukan menentukan," jelas Gena mengingatkan anggota teamnya yang diangguki Kirana, Karen, dan juga Fadil.

Lampu merah menyala, membuat Fadil mengecek ponselnya yang tadi sempat bergetar beberapa kali.

"Kedua keluarga udah ngumpul di tempat acara. Katanya mau diskusi bareng," ujar Fadil membuat Gena mengerutkan keningnya dan menatap laki-laki itu penuh selidik.

"Kok ngabarinnya ke elo? Kan gue ketuanya di sini," tanya Gena membuat Fadil meneguk salivanya dan kembali menjalankan mobilnya saat lampu berubah hijau.

"Karna ... waktu itu Kak Gena sibuk." Bukan Fadil melainkan Kirana yang menjawab. "Ya kan, Dil." Tangan Kirana menyenggol laki-laki itu dan Fadil menyengir kemudian mengangguk.

Mata Mata Harimu [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang