➖ MMH - 2 ➖

15.5K 946 16
                                    

Sebenarnya Gena sama sekali tidak menyukai momen di mana dirinya harus menjadi obat nyamuk antara orang pacaran.

Tapi sebalnya ... Farya dan Ajun selalu saja memilih duduk di dekatnya, padahal masih ada bangku kosong di belakang sana.

"Lo udah ngerjain laporan Bu Pris?"

Gena yang ingin mengeluarkan bukunya menoleh, menatap Farya kemudian menggelengkan kepalanya pelan.

"Belum, kamu udah?" tanya Gena balik dan Farya menggeleng sambil cemberut. Gadis itu melirik Ajun yang duduk di pinggir Farya, di seberang sana.

"Ajun ada mata kuliah Logika juga?" tanya Gena yang kemudian fokus kembali kepada barang-barangnya.

Terlihat kening Farya yang mengkerut mendengarnya. "Ajun?" tanyanya dengan menatap Gena heran.

Pasalnya baru kali ini Farya mendengar nama panggilan Arjuna diganti menjadi Ajun. Dan itu baru keluar dari mulut Gena saja.

Gena yang mendengar itu langsung salah tingkah, dia berdeham kemudian berkata, "Waktu itu ada orang yang manggil Arjuna dengan sebutan Ajun, jadi aku ikutin aja."

Farya yang mendengar itu mengangguk kemudian semakin menatap Gena, membuat gadis itu memasang wajah was-was.

"Tapi lucu nama panggilannya. Gue juga mau pake itu buat panggil Arjuna," ucap gadis dengan celana hitam panjang dan kaos ketat yang hampir memperlihatkan perutnya itu.

Gena tersenyum tipis. "Pake aja," jawabnya yang kemudian segera fokus dengan bukunya.

Sebenarnya Ajun itu panggilan spesial dari Gena untuk laki-laki yang duduk di samping Farya. Tapi sialnya, Gena malah keceplosan. Untung saja dirinya bisa ngeles tadi, jika tidak ... mungkin sudah ketahuan dirinya naksir Arjuna sejak dulu. Sejak pertemuan pertama antara dia dan laki-laki itu.

~^~

Gena baru saja keluar dari ruang administrasi untuk menyelesaikan pembayaran kuliah pertamanya sembari melengkapi berkas-berkas yang kemarin sempat dirinya tunda dikarena sibuk lemburan di pabrik.

Setelahnya gadis itu tidak langsung kembali ke kosan, dia memilih untuk singgah di miniapril sembari membeli minum dan chiki snack.

Keningnya mengkerut saat membaca berbagai jenis merek dan kemasan dengan warna-warni yang sangat menarik.

Tapi dengan sangat terpaksa Gena memilih snack yang harganya murah dan terjangkau, karena dirinya yang harus hemat mengingat dia hanya sendiri di kota Bandung ini.

Ketika Gena ingin membayar, seseorang mendahuluinya membuatnya terpaksa mundur dan mengantri di belakang tubuh tinggi dengan pundak lebar itu.

Gadis itu sedikit memanyunkan bibirnya, ketika mencium wangi parfum yang digunakan laki-laki di depannya.

Harum maskulin yang baru pertama kali Gena cium.

Gena memang tidak mengerti jenis-jenis parfum, tapi ini baru pertama kali dirinya mencium harum ini, dan membuat bayangan Gena menebak jika laki-laki di hadapannya ini berwajah tampan.

Tapi sayangnya Gena tidak bisa melihat wajah laki-laki tersebut dikarenakan dia yang langsung berjalan keluar setelah membayar belanjaan.

Gena meletakkan belanjaannya di meja kasir.

"Roti tawarnya, Mba. Lagi promo beli Oreo dua dapat roti tawar. Atau roti tawarnya lagi turun harga menjadi lima belas ribu," ujar si Kasir yang menawarkan produk dagangannya yang terletak di atas meja, tepat di seberang komputer kasir.

Gena tersenyum dan menggelengkan kepalanya. Roti tawarnya di rumah sudah lebih dari cukup sampai gajian minggu depan.

"Jadi dua puluh ribu."

Mata Mata Harimu [Terbit]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang