13 ʚɞ Mulai Cemburu
Kawanan kunang-kunang terbang menghampiri Ai dan Laut yang masih berendam di danau. Laut belum melepas pegangannya dari pinggang Ai meski momen manis—dan sedikit panas—di antara mereka telah berakhir.
Tilikan Laut mengarah ke bibir merah muda Ai. Ia tatap sebentar, kemudian beralih mengamati paras ayu yang selalu berhasil menyejukkan hatinya.
Karena ditatap terus oleh Laut, maka Ai tertunduk merasa wajahnya terbakar. Tatapan teduh Laut tak pernah gagal membuat debaran di dada Ai bertambah kuat. Temponya terlalu cepat hingga sulit dikendalikan.
Laut masih memandangi Ai tanpa jeda. Sepertinya dia betah.
Sekarang Laut membuat Ai makin gugup ketika tangan kanannya terangkat dan menggapai sesuatu di bagian atas kepala Ai. Laut menyingkirkan daun kecil seukuran jempol orang dewasa yang menempel di rambut Ai. Itu pasti daun yang melayang tertiup angin dan berakhir jatuh ke Crystal Lake.
"Kamu harus mandi lagi di rumah. Pake air anget," ujar Laut.
"Kamu?" Ai mempertanyakan hal serupa.
"Iya, saya juga."
Dengan enteng Ai bertanya, "Kita bareng?"
"Apanya?" Laut mulai waswas.
"Mandinya." Senyum Ai terukir tipis.
Segera Laut membalas sebelum pembicaraan mereka semakin terdengar aneh sekaligus mengerikan. "Iya, bareng, tapi di beda tempat."
"Kalau di beda tempat berarti kita berpisah?" Ai pandangi Laut menggunakan sorotan matanya yang melas.
Meski obrolan mereka tidak bermutu, tapi setiap kalimat yang Ai ucap akan terus menumbuhkan rasa yang sebelumnya tak pernah menghampiri Laut.
Menurut Laut ini adalah rasa paling membingungkan. Itu karena di setiap ia sedang bersama Ai, rasanya ingin tersenyum terus walau situasinya tak mendukung untuk senyum-senyum.
"Enggak gitu, Aicalla." Laut akan selalu sabar menanggapi gadisnya yang rada-rada.
"Lalu? Kamu bilang enggak mau jauh dari aku karena sekarang aku rumah kamu," tutur Ai.
"Iya, tapi kalo mandi tetep harus pisah. Enggak boleh barengan di satu tempat yang sama. Kecuali kita ... nikah." Laut mengalihkan pandang di kalimat akhir. Malu.
Kalian tau, kan, Ai itu sangat lucu karena matanya besar sepert alien? Kali ini dia sadar pesona akan kelucuannya, maka tanpa ragu mencuri perhatian Laut dengan memamerkan tatapan polos. Ai menatap Laut cukup lekat, pupilnya membesar, serta matanya berkilau-kilau.
"Ayo, kita menikah." Ai berucap penuh harap, pupilnya pun kian melebar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Scenic
Любовные романы"Indah" bukan hanya tentang sesuatu yang dinilai sempurna, tapi kenapa hanya yang sempurna boleh merasakan keindahan itu? 𝐒𝐂𝐄𝐍𝐈𝐂 𝑟𝑎𝑑𝑒𝑥𝑛, Dec 2022 Low Fantasy - Romance ⚠︎ story contains violence, sexuality, harsh words, and other mature...