40. Tanah dan Dendam

17.1K 2.8K 4.7K
                                    

Jangan lupa klik bintang (vote) sebelum baca seluruh chapter ini! Happy reading, Babygeng! 👼🏼🪞☁️ 🩰✨🤍

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jangan lupa klik bintang (vote) sebelum baca seluruh chapter ini! Happy reading, Babygeng!
👼🏼🪞☁️ 🩰✨🤍

40 ʚɞ Tanah dan Dendam

Pengerjaan tato baru Laut memakan waktu kurang dari dua jam. Ukurannya mini, tapi detail yang ada mengharuskan Mal lebih cermat dan berhati-hati melukiskannya di kulit.

Sekarang ini Laut masih telanjang dada lantaran punggung kanannya agak perih dan merah setelah bersentuhan dengan jarum tato. Ia biarkan punggungnya terpapar tiupan pendingin ruangan untuk mengurangi rasa tak nyaman pada titik tersebut. Tidak terlalu sakit, namun sesekali terasa adanya nyut-nyut dicampur pedih.

Meski demikian, sakitnya ditato tak ada apa-apanya dibanding sakitnya gigitan Ai pada anaconda waktu itu. Laut meringis dan ngilu tiap mengingat kejadian ini. Sampai dia pucat, tak berdaya, sesak seperti akan kehilangan nyawa.

Dari kursi khusus ini, Laut menilik ayunan yang ditempati Ai. Ayunannya tak bergerak lagi. Makhluk yang menempatinya pun diam saja dengan mata terpejam.

Ai menunggu Laut sampai ketiduran di ayunan. Laut menyadarinya sejak lima belas menit lalu. Ketika baru menemukan Ai tidur, Laut langsung meminta tolong kepada asisten Mal untuk menyelimuti Ai pakai kemejanya.

Kemeja Laut besar. Kain berwarna hitam polos tersebut menutupi perut sampai betis Ai yang sebenarnya mengenakan dress panjang sebetis, ditambah luaran yang panjangnya mencapai bawah lutut.

Kehadiran tiga klien Mal menjadi alasan Laut resah bila Ai tidur di ayunan tanpa diselimuti kemejanya. Mereka semua pemuda yang masih duduk di bangku sekolah. Kemeja itu menjadi tanda kepemilikan. Klien Mal akan menyadari Laut tak memakai pakaian atas karena pakaiannya berada di badan Ai.

"Jangan diganggu. Kakak itu ngelirik kita terus," bisik seorang lelaki ke temannya yang penasaran sama Ai. Dia memberi tahu bahwa Laut memantau mereka.

Temannya yang satu itu menoleh sekilas ke Laut. Lalu agak terkejut karena Laut menatapnya lurus, tanpa ekspresi, bikin dia salah tingkah dan akhirnya menjauh dari ayunan.

"Serem. Lebih serem dari guru matematika kita." Anak itu berbisik.

Mereka bertiga masih mengenakan seragam sekolah. Itu niat mereka dari beberapa hari lalu untuk sama-sama membuat tato tanda persahabatan. Mereka tidak izin ke orang tua pergi ke sini, malah bilangnya sedang ada kerja kelompok. Tidak patut dicontoh.

Sekitar lima menitan Laut terus membiarkan punggungnya didinginkan. Ini jauh lebih baik meski rasa sakitnya tak langsung hilang menyeluruh.

Laut bangkit dari tempat duduk. Tubuh tinggi dan kekarnya mengejutkan tiga pemuda tadi. Mereka yang awalnya sedang mengobrol ringan, seketika tutup mulut lantaran terpana akan bentuk tubuh Laut. Impian mereka memiliki postur sebagus itu.

ScenicTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang