C.

660 42 0
                                    

Jaemin berpikir bahwa hidupnya sudah layaknya Cinderella saja sekarang. Mempunyai 3 saudara tiri yang jahatnya mengalahkan grim raper. Bedanya kalau Cinderella diberi keutamaan tampang yang mempesona mengalahkan saudara tirinya. Tapi untuk Jaemin justru dia yang sering insecure saat disandingkan dengan saudara tirinya.

Jung Minhyung atau yang lebih akrab dipanggil Mark. Dia termasuk yang paling populer di fakultasnya. Jurusan dokter yang kemarin baru saja mendapat IP sempurna 4.00. Mempunyai wajah sedikit khas canadian, alis camar juga rahang tegas yang menjadi idola pada sosok yang selama ini menjadi pacar bergilirnya.

Jika diperhatikan sosok Mark memang dalam kategori sempurna. Jadinya untuk mengumpati nya pun perlu revisi.

Udah jelek tukang nindas lagi...! - false.

Udah ganteng, wajar sih kalau jadi tukang nindas...! -right.

Yang membuat Jaemin sebal, akting Mark benar-benar sempurna di depan ayahnya. Memperlakukan Jaemin layaknya saudara kandung dengan limpahan kasih sayang.

"Mau kemana sih? Toko buku? Tenang yah, biar nanti Mark yang anterin, sekalian nanti mampir di MCD mau gak dek?"

Lihatlah, mulut manis Mark yang sering diobral pada pacar-pacar murahannya. Sangat berbeda ketika selangkah Ayah Jaehyun keluar dengan mobilnya.

"Nggak usah kemana-mana? Pesen Grab kan bisa? Pekarangan tuh sapuin, bentar lagi pembantu bakal gue suruh pulang. Elo yang nyiapin makan malam!"

Asu!

Jika berpikir Jaemin akan pasrah saja di perlakukan seperti itu, jawabannya adalah Never!

Dia tak segan-segan membuat berisik dapur agar sulung Jung itu tidak konsen belajar. Memberi garam di omeletnya, sementara di omelet milik Jisung atau Jeno dibuat senormal mungkin agar tidak ketahuan.

"Lo apaan sih Jaem, bikin omelet gak pernah bener? Niat ngeracunin gue yah?" Protesnya merasakan asin garam yang membuat lidahnya mengkeryit.

"Yeh, udah bener lagi. Jisung sama Jeno aja gak protes kenapa Kak Mark sendiri yang protes?" Jaemin tak mau kalah.

"Lo sengaja yah, bikin omelet gue enek sendiri yah kan?"

"Mana sih, biar Jisung coba?" Si Bungsu ikut-ikutan mencoba. Terdiam sebentar kemudian matanya menatap genit pada Jaemin. "Gak ada apa-apa. Lidah Kak Mark mati rasa kali?" Selahnya kemudian.

"Ah enggak, asin banget ini. Mau nyobain gak Jen?"

Jeno langsung memberikan penolakan cepat. Tidak berniat ikut campur dari pembodohan kakak tertuanya itu

"Makannya jangan kebanyakan cipokan, kena azab kan tuh lidah." Jisung tak henti-hentinya memberikan cemoohan, sementara Mark berniat memasak ramen saja.

Beda Mark beda Jeno. Jika Mark selalu mencari celah untuk menindasnya, tapi untuk Jeno penindasan itu berupa sifat dinginnya.

Mereka pertama kali bertemu di acara cerdas cermat, dimana waktu itu Jeno lah yang menyabet juara pertama sementara dirinya hanya kedua. Alasan yang sama mereka diterima di kampus bonfaind dengan jurusan teknik industri. Jeno dan Jaemin memang sekelas. Namun selama itu pula waktu mereka bicara dan bertatap muka bisa dihitung. Jeno cenderung tertutup dan hanya mau berbicara dengan kekasihnya, Renjun.

Oh jangan lupakan bagaimana posesifnya Renjun terhadap Jeno sampai rasanya Jaemin ingin menenggelamkan kepala sosok itu ke kuah bakso saja.

Di sisi lain Jaemin jadi penasaran. Benarkah ini pembawaan asli Jeno atau hanya sekedar sifat protes terhadap kehidupan ayahnya. Jika memang demikian lumayan, Jaemin jadi punya sekutu.

Not A Cinderella Story (MARKMIN-NOMIN-SUNGJAEM) REPUBLISHWhere stories live. Discover now