Tidak akan lengkap jika kisah Cinderella tanpa adanya seorang Pangeran.
Di jaman ini, istilah Pangeran bukan lagi pada sosok pria berpakaian ala kerjaan beserta manik-maniknya, melainkan pada sosok sosok berdasi berseragam rapi juga pantofel hitam mengkilap. Bukan pula dengan kuda putih serta pengawalnya, melainkan Marcedes Benz serta beberapa Black card di dompetnya.
Ngomong-ngomong siapa lagi yang sedang kita bicarakan disini kalau bukan Si Prince Disney Konglomerat Jung Jaehyun
Bahkan Jaemin pun mengakui walau sudah berkepala empat sosok ayah kandungnya itu masih tampan dan menawan. Anak-anaknya bahkan hanya mewarisi hanya separuh dari ketampanan itu. Termasuk Jaemin yang masih bersyukur diberi 20 % pesonanya, sementara sisanya Jaemin dengan percaya diri mengatakan dia mirip bundanya. Itu karena Jaemin tidak mau menderita penyakit yang biasa menyerang orang-orang tampan, buaya!
Dan Jaemin akan selalu mengingat fakta itu ketika rasa kekaguman itu muncul terhadap ayah kandungnya sendiri. Ingat saja bagaimana dia meninggalkannya sewaktu kecil. Menikah sebanyak 4 kali, juga mempunyai anak dari pernikahan tersebut. Ngomong-ngomong Jaemin masih belum ikhlas.
"Gimana?" Sebuah suara yang menyadarkan dari lamunan paginya. Haechan yang duduk disebelahnya sambil mengotak-atik ponselnya.
"Gimana apanya?"
"Ckkk, jadi gue sedari tadi ngomong, elo ngapain aja kampret. Beol?" Kelakarnya.
"Males dengerin omongan lo yang nggak berfaedah akhh... Sakit ya bangsat?" Jaemin berteriak heboh ketika Haechan mencubit tangannya. Di ruang kelas yang masih belum banyak terdapat mahasiswa, mereka masih menunggu jam mata pelajaran dimulai.
"Sepupu gue mau kenalan sama elu, mau gak?" Haechan terpaksa mengulang.
"Ganteng?"
"Gak perlu ditanya, lihat aja gue?"
"Oh tidak terima kasih."
Jaemin baru saja ingin berlalu keluar sebelum Haechan kembali menariknya duduk. "Gak usah jual mahal deh, belum juga ngelihat mukanya."
Haechan menyodorkan ponsel yang membuka aplikasi IG. Disana ada akun bertulisan @hyunjuxl dan beberapa foto yang rata-rata noface. Baik memakai masker atau memakai topi yang tidak menunjukkan wajah. Dasar Haechan, gimana Jaemin bisa menilai kalau fotonya saja gak ada wajah.
"Fake akun nih pasti?"
"Kurang tahu juga sih, cuma dia ganteng banget lho, gak bohong?"
Bukan hanya Jaemin yang kebingungan, Haechan pun merasakan hal yang sama. Dimulai saat acara keluarga kemarin, sepupunya itu mendekatinya dan bertanya, "lo temannya Jaemin kan?" dan berlanjut ke obrolan-obrolan lain yang menjurus ke arah pdkt.
"Gue udah ngasih nomor lo, ngomong-ngomong?"
"Si anying...?"
"Halah, biasanya juga elo obral nomer ke cowok-cowok dulu, kenapa sekarang malah masalah?"
"Males pacaran gue Chan?"
"Hah tumben?" Haechan memincing matanya curiga. "Jangan-jangan lo incest lagi sama saudara tiri lho, Bilang sama gue ke siapa? Jeno? Jisung? Asal jangan Kak Mark yah, itu bagian gua." Haechan seketika berteriak heboh.
"Rasudii... Ambiil tuh Si Mark, punggut. Kalau perlu bawa pergi dari hadapan mata suci gue langsung!"
"Gak perlu ngotot, Emang nanti gue bakal bawa dia ke pelaminan sih?"
Baiklah, tinggalkan Haechan dengan segala pikiran halunya.
Kehidupan Jaemin masihlah berjalan seperti biasa. Tinggal di mansion mewah tapi diperlakukan penuh derita. Terlebih Mark yang sering sekali menyuruhnya ini itu, dengan alasan kakinya yang masih sakit gara-gara Jaemin.
![](https://img.wattpad.com/cover/333468149-288-k393742.jpg)
YOU ARE READING
Not A Cinderella Story (MARKMIN-NOMIN-SUNGJAEM) REPUBLISH
ספרות חובביםJaemin terpaksa hidup diantara ketiga saudara tirinya. Mark si penindas bak dementor Jeno si dingin yang kalau ngomong mbayar atau Jisung yang suka ndusel-ndusel alus...