Z.

756 49 11
                                    

"Udah mau berangkat?"

Jaemin mengangguk cepat, menggeser tubuh Mark yang menghalang-halangi jalannya untuk keluar rumah. Nyatanya manusia beralis camar itu sama sekali tidak memberinya jalan yang justru membuat Jaemin semakin menunda-nunda rencananya.

"Obatnya udah diminum?"

"Udah, kan tadi Kak Mark sendiri yang ngasih minum?" Ingat Jaemin.

"Tas lu isinya apa, coba gue lihat?"

"Gak adaaa... Cuma dompet dan handphone doang."

"Hyunjin semiskin itu apa, sampai lo harus bawa-bawa dompet?" Sambungnya mencela. Jaemin tak menjawab, dibiarkannya ucapan itu bak angin lalu.

"Pastiin kontak gue ada di nomor satu. Telepon langsung begitu lo butuh."

"Beres!" Cetusnya langsung. Nggak peduli kenyataan bahwa pada kontak nomer satu Jaemin adalah Bundanya, kedua ayahnya, Mark tentu saja terakhir.

"Semprotan merica?"

"Buat apa?"

"Ya siapa tahu kalo laki lu mesum."

Elo yang cowok mesum!

Jaemin memutar matanya jengah. Tidak ingat kekhilafan yang mereka lakukan di apartemen kemarin. Karena siapa coba? Beruntung saja akal sehat Jaemin masih berfungsi sehingga tidak menjurus pada penyatuan tubuh. Ya Jaemin masih punya otak lah. Walau kejadian kemarin masih dalam daftar penyesalannya karena Mark yang hampir memberikan servis.

Sudah, Jaemin tak mau mengingatnya lagi. Biar saja itu menjadi rahasia berdua.

"Jen, lulus gak Jen?" Mark bertanya pada Jeno yang sedari tadi sibuk memainkan game-nya.

"Lulusin aja kak, biar ada pengalaman kencan. Cupu gitu!" Jawabnya memandang Jaemin rese.

Tolong yah, elo berdua yang bikin gue cupu, sialan!

Padahal Jaemin hanya ingin jalan dengan Hyunjin, tapi dirinya diharuskan melewati protokol keamanan yang ketat oleh kedua saudaranya. Mengajukan perizinan, Survey lokasi, permohonan tertulis, sampai sekarang ketika hari H, dia harus nunggu izinnya di ACC pula. Merepotkan!

"Jam 9 kudu balik!"

"Kak, bukannya Cinderella aja balik dua belas malem yah?" Jaemin siap-siap memprotes.

"Itu bukan Cinderella, tapi Purerella. Mau lo jadi kayak gitu?"

Mark yang sama bangsatnya dari dulu - Jaemin

"Bakal gue lapor ayah kalo lo telat semenit dari rumah!" Sambungnya sebelum Jaemin berlari menuju pintu. Cepat-cepat berlari mendatangi mobil Hyunjin yang entah menunggunya sejak kapan.

"Sorry yah, abis diinterogasi dulu sama Kak Mark." Ucapnya penuh rasa bersalah pada Hyunjin yang menunggu lama.

"Santai Na, kayak gue gak kenal kakak lo aja?" Jawabnya membantu Jaemin memasang sabuk pengaman.

Kencan pertama mereka, setidaknya masih dalam pengawasan saudara-saudaranya. Jaemin tidak tahu mengapa kakaknya jadi se-protektif ini padanya. Walau Mark yang sudah berjanji akan merestui dan tidak mengganggu mereka berdua.

Ngomong-ngomong sepulang dari apartemen kemarin, ada beberapa kesepakatan yang disetujui mereka berdua. Diantaranya: Mark yang sudah menyerah akan perasaannya dengan maksud mereka berdua telah melupakan dan berpura-pura tidak terjadi apapun. Kedua Mark yang berhenti memperlakukannya sebagai babu yang ganti memperlakukan Jaemin bak ratu. Dan ketiga Mark akan memberinya kebebasan untuk berkencan dengan siapapun asal dengan persetujuannya.

Not A Cinderella Story (MARKMIN-NOMIN-SUNGJAEM) REPUBLISHWhere stories live. Discover now