Mark suka Jaemin...
Mark menyukai Jaemin...
Kak Mark menyukai Jaemin...
Sesering itu Jaemin memahami kalimatnya, hasilnya tetap saja membingungkan.
Jadi Mark menyukainya? Sejak kapan?
Andai saja Mark sadar bahwa perbuatannya itu selalu membuat Jaemin darah tinggi. Memperlakukannya sebagai pembantu, memerintah ini itu, dan ujung-ujungnya hal itu berbalas dengan...
Mark yang menyukainya?
"HAHAHA, Mampus kena karma kan diaaa...!!"
Jaemin mengangkat tangan bersorak kegirangan. Bibirnya tersenyum lebar lekas-lekas mencari cermin dari samping ranjang miliknya untuk merapikan surai lepek khas bangun tidurnya.
"Memang pesona anak Bunda Jungwoo dan Bapak Jaehyun itu tidak bisa dilawan sih?" Sambungnya bangga. Cukup senang juga mendapati fakta yang mencenangkan dari aksi pura-pura tidurnya. Mengenai Mark yang secara terang-terangan mengungkapkan perasaan terlarangnya. Ya lupakan sejenak dengan kata terlarang karena Jaemin ingin tertawa sepuas-puasnya sebentar.
"Kak Mark itu suka elo Jaem, gimana sih elu sampai se gak peka itu?" Begitu kata Haechan ketika mereka berdua ditinggal di ruangan yang sama.
"Pernah nggak elo perhatiin Kak Mark yang natap elo intens saat elo ngomong, pernah nggak elo perhatiin Kak Mark yang justru senyum waktu elo kesel. Harusnya elo bisa ngerasain perhatian kecilnya tanpa mandang dia sebagai orang yang nyebelin."
"Tapi... Gimana bisa?"
"Gue sama Hyunjin yang udah nyadar ini dari awal. Dalang dari pertengkaran itu pun karena Kak Mark yang mulai. Dia cemburu karena elo deket-deket Hyunjin."
Cukup dengan penjelasan yang Jaemin terima dari mulut Haechan. Karena sungguh Jaemin pun tidak pernah berpikir sampai sejauh itu. Dia hanya tahu kalau Jisung menyukainya karena anak itu mengungkapkan secara terang-terangan. Tapi untuk Mark yang mengungkapkan dengan cara berbeda, mana dia tahu?
Ah... Jadi dua saudaranya itu menyukainya. Jaemin jadi mengangguk-anggukkan kepala sendiri. Lalu bagaimana dengan Jeno. Pria itu juga terkenal baik, perhatian, juga lupakan tentang aksi tidak senonoh yang pernah dia lakukan pada tubuh sucinya. Aishh... Jadi ketiga saudaranya itu menyukainya? Sebegitu ampuhkah auranya?
Tolong siapapun letakkan palu di kepala Jaemin karena ini bukanlah sesuatu yang pantas untuk dibanggakan melainkan sebuah bahaya... BAHAYA!!!
Ckkleekk!
Suara pintu yang terbuka, Jaemin lekas-lekas berbalik pada Mark yang datang menghampiri dengan seragam jas mahasiswanya.
"Setelah ini lo boleh pulang. Gue udah hubungin Bunda, biar nanti bisa jemput lo kesini sama Jeno."
"Oh okay." Jaemin membalas singkat. Memang dia pada dasarnya sudah baik-baik saja. Dibiarkannya Mark mendekat untuk melepaskan selang infus dengan prosedur yang telah dipelajari di kuliahnya. Tapi ujung-ujung tetap membuat Jaemin memekik. "Ouch... Kak pelan!" Protesnya.
"Masih ada yang sakit?" Mark seolah tak peduli dan justru menanyakan sesuatu yang mungkin menjadi hal penting.
"Kening gue kenapa jahitannya panjang banget sih, perasaan lukanya gak parah-parah banget deh?" Menyentuh perban di kepala bekasnya mencium aspal kemarin.
"Biar mirip Annabelle."
Jaemin berdecak kesal. Melihat Mark yang masih saja bertingkah dingin dan menyebalkan.
"Sini gue lihat." Pada akhirnya Mark mendekat memeriksa lukanya. Sedikit perasaan aneh saat Mark menatapnya dari dekat seperti ini. Membuat Jaemin merasa sedikit salah tingkah. "Bekasnya kalau lukanya udah kering."
YOU ARE READING
Not A Cinderella Story (MARKMIN-NOMIN-SUNGJAEM) REPUBLISH
FanficJaemin terpaksa hidup diantara ketiga saudara tirinya. Mark si penindas bak dementor Jeno si dingin yang kalau ngomong mbayar atau Jisung yang suka ndusel-ndusel alus...