Jaemin sedang berada di dalam kamar sesaat pintu kamar itu terbuka oleh sosok jangkung bermata sipit yang duduk di atas kasurnya.
"Kak nonton yuk?" Ajaknya.
Yang dimaksud nonton adalah bahwa Mark mengajak adeknya, —entah Jaemin termasuk atau tidak, untuk nonton bareng di ruang keluarga. Dimana seperangkat home teatre besar tersedia berserta sofa-sofa yang nyaman.
"Kakak capek Jis, mau tidur." Jaemin menolak.
"Yaelah, besok kan libur. Keluar sebentar kek, ngumpul-ngumpul sama Kak Mark sama Kak Jeno."
"Entar gue diusir?"
"Gak bakal, ada Jisung kok!" Begitulah Jisung jika ada maunya. Bertindak seolah-olah pelindung Jaemin tanpa peduli usianya yang baru bau kencur.
"Film apa sih? Kalau hantu gue gak mau."
"Hantunya gak lebih buruk dari bacotannya Kak Mark."
Jaemin terkikik. "Jangan keras-keras kamu!"
Karena Jisung memang orangnya tidak bisa ditolak, Jaemin pun terpaksa menuruti keinginannya. Terlihat Mark yang menatap acuh perihal kedatangannya. Sementara Jeno, gara-gara ceker ayam tadi sikapnya jadi sedikit welcome padanya.
Jaemin duduk di ujung sofa di samping Jisung. Mark duduk di sofa lainnya sambil rebahan sementara Jeno mengambil bantal dan duduk di bawah. Lampu di ruangan tersebut dimatikan. Jadi suasananya sudah seperti bioskop hanya saja lebih nyaman.
Begitu film terputar, ternyata justru itu adalah film yang paling Jaemin hindari. Hantu ditambah mistery thiller yang di dalamnya ada mayat beserta pembunuhan sadis.
"Jis, ini film hantu." Pekiknya pelan. Kedua tangannya sudah menutup sempurna ke wajahnya.
"Peluk Jisung aja kalau takut." Jawabnya seenak jidat.
"Jisss...??" Jaemin ingin bicara lagi tapi gambar di layar telah menunjukkan bagaimana mayat tersebut telah bangkit. "HUAHHHH..??!!!"
Baik Mark atau Jeno tentunya sama-sama terganggu dengan teriakan Jaemin. Bahkan Mark pun sempat melemparkan bantal mengenai mukanya.
"Kalau takut, kakak tutup mata aja." Ujar Jisung lembut. Membiarkan saja lengannya menjadi tumpuan Jaemin.
"Gak mau Jis, kakak balik ke kamar aja, mau tidur udah!"
"Yaudah kakak tidur aja di lengan entar Jisung yang gendong ke kamar."
Gila, ini yang kakak sebenarnya siapa?
Dipikir saran Jisung ada baiknya juga maka Jaemin pun agak merenggangkan kepalanya di lengan. Kurang nyaman memang, mengingat badan Jisung yang kurus kering dan semuanya tulang.
Tidak seperti badan Jeno?
Atau badan ayahnya?
Aduh Jaemin mikir apaan sih.
Keadaan berlangsung hening, yang Jaemin pikir setannya sudah hilang atau masih pemulihan, "Jis setannya udah pergi kan?"
Tak ada jawaban. Jaemin yang penasaran mulai merubah pergerakannya. Namun dilihatnya tatapan adiknya itu justru tertuju padanya, bukan pada layar kaca depan.
"Kak Jaemin keliatan makin cantik kalau diem."
Apa sih nih bayi.
Jaemin membiarkan saja saat Jisung mengusap lembut kepalanya, sampai saatnya kepalanya didekatkan pada wajah Jaemin membuat bibir mereka bersentuhan.
"Mpppmmhh..!" Badan Jaemin seketika menegang, tak percaya dengan serangan mendadak yang dilakukan Jisung. Bahkan saat bibir itu memanggut rakus bibirnya, hal yang tak sepatutnya dilakukan oleh anak yang notabennya kelas 2 SMA.
YOU ARE READING
Not A Cinderella Story (MARKMIN-NOMIN-SUNGJAEM) REPUBLISH
FanfictionJaemin terpaksa hidup diantara ketiga saudara tirinya. Mark si penindas bak dementor Jeno si dingin yang kalau ngomong mbayar atau Jisung yang suka ndusel-ndusel alus...