Jam lima pagi, pintu kamar Jaemin sudah digedor-gedor oleh Mark. Mentang-mentang ayah sudah berangkat tengah malam lalu, sehingga menganggap saat ini adalah saat yang tepat buat menyiksa Jaemin.
Jaemin sih sebenarnya slow saja. Beruntung waktu di rumah lama, Bundanya tidak pernah manjain dia. Jaemin terbiasa bantuin Bunda masak, cuci piring, ngepel, terlebih saat Bundanya ada urusan repot ke toko. Karena yang namanya Mark itu gak akan puas sampai sampai dia melihat wajah sengsara dari Jaemin. Sementara Jaemin sendiri gengsinya tinggi, gak akan semudah itu merasa dilindas oleh Mark.
"Pembantu mana nih? Kok kakak yang masak?" Jisung datang-datang sudah melancarkan protes saat melihat Jaemin yang kerepotan menata makanan. Sementara Mark, duduk di tempat ayah tenang, sambil baca koran.
"Nggak ada pembantu. Semuanya libur!" Jawabnya cuek.
"Ya kakak sewa orang lain lah, apa kek, siapa kek, jangan kayak orang susah!"
"Males kakak itu. Sementara ada Jaemin mah Jaemin aja dulu."
Jaemin menahan senyum mendengar pembelaan adik tersayangnya itu. Sayangnya hal itu tak berlangsung lama saat, "Wahh... Masakan Kak Jaemin enak juga. Masak setiap hari aja kak buat kita!"
Taik! Gak guna lo Sung!
Ganti Mark yang tertawa puas melihat ekspresinya. Jaemin menarik paksa kursinya, ikut mencicipi masakan buatannya. Jangan dikira saat mereka sedang sarapan, sementara Jaemin makan di dapur. Enggak. Mark gak setega itu kok!
"Lo yakin mau sekolah dek?" Atensi Mark beralih pada Jisung beserta luka-lukanya yang ditutupi banyak plester.
"Yakin lah? Udah ganteng gini?" Jawabnya percaya diri.
"Siapa yang ngobatin kemarin?"
"Incestnya Jisung." Jisung menunjuk Jaemin dengan mudahnya membuat Jaemin sontak menelan makanannya dulu sebelum berkata.
"Adiknya sakit mah, harus diobatin. Bukan malah ditinggal main game atau nge-dugem." Berusaha mencari pembelaan sendiri dengan menyinggung Jeno atau Mark yang kemarin bahkan pulang tengah malam.
"Tuh, baik banget kan kesayangannya Jisung, malah kemarin ditemanin tidur juga."
Nih anak mulutnya!
Istilah tidur dalam Mark udah negatif banget. Sampai Si alis camar itu menjatuhkan sendoknya.
"Gue cuma nge-nina bobok in dia aja, dasar bayi besar!" Elak Jaemin.
Jisung tersenyum tanpa rasa bersalah, lantas melanjutkan makanannya sesekali berkedip genit pada Jaemin.
Sampai saatnya Mark sudah menyelesaikan makananya, kemudian beranjak berdiri. "Gue berangkat, karena elo gak ada matkul, beresin semuanya!" Perintahnya mutlak. "Ayo Jis!" Kemudian menunggu Jisung agar cepat menghabiskan makanannya.
Hari ini Mark akan mengantar Jisung ke sekolah dulu, mengingat kondisinya yang mengkhawatirkan jika membawa motor sendiri. Jisung salim ke Jeno, ke Jaemin dengan lama kemudian berangkat karena tasnya ditarik Mark.
"Apa lo juga mau ngerepotin gue?" Tanya Jaemin karena Jeno tidak bergerak dan masih tetap di meja makan.
"Gue bantu."
"Hah? Seriuss? Kuping gue budek nih, bilang sekali lagi?"
"Renjun kesini."
Jeno bukan orang yang suka berbasa basi dan cenderung mengatakan apapun secara to the point. "Elo di kamar aja?"
"Oh... gue juga bentar lagi keluar kok, sama Haechan?" Timpal Jaemin tersenyum.
"Yaudah."
"Yaudah?"
YOU ARE READING
Not A Cinderella Story (MARKMIN-NOMIN-SUNGJAEM) REPUBLISH
FanficJaemin terpaksa hidup diantara ketiga saudara tirinya. Mark si penindas bak dementor Jeno si dingin yang kalau ngomong mbayar atau Jisung yang suka ndusel-ndusel alus...