Ini pertama kalinya Jaemin merasakan bahwa keluarganya tidak lah sekejam ibu tiri Cinderella. Masih terbesit sedikit kepedulian, misalnya ketika dia sedang sakit.
Ada Ayah, Jisung dan Mark yang sedari tadi berkerumun di tempat tidurnya. Mark baru memeriksanya, perihal hipotermia yang dialaminya kemarin. Dan pagi harinya Jaemin justru terserang demam. Mark sudah memberinya beberapa obat, ayahnya membantu meminumkannya. Hanya Jisung yang diam saja di sisi tempat tidur sembari memegang tangannya.
"Udah, kamu berangkat aja dulu dek. Biar kakak kesayangan lo ini kakak yang jaga." Timpal Mark melihat Jaemin yang sudah setengah tertidur karena obat yang diberikan tadi.
"Males. Yah, Jisung bolos sehari yah?" Ujarnya pada ayahnya.
"Bolos-bolos, hari ini kamu ada tryout!" Ingat Mark.
"Biar ayah aja yang bayar gurunya buat ngelulusin Jisung. Biasanya juga gitu?"
Jaehyun yang merasa di mention hanya bisa memijit kening. Merasa sulit menolak juga menuruti permintaan anak bungsunya. "Kak Jaemin perlu istirahat sayang?"
"Makanya Jisung bolos buat nemanin Kak Jaemin istirahat."
"Nggak ada-nggak ada, kakak suruh Chenle jemput kamu lho kalau masih bandel!" Timpal Mark langsung. Ia tahu Ayahnya itu akan selalu mengiyakan segala permintaan Jisung, sedangkan Jisung sendiri lebih menurut pada kedua kakaknya dari pada ayahnya. Untuk itu, dia pun segera menggeret Jisung dan membawanya keluar.
"Kak?" Jisung masih tidak terima, tapi toh akhirnya luluh juga melihat tatapan tajam Mark. "Oke, jaga kesayangan Jisung. Awas aja kalo diapa-apain."
Mark tak menggubris lantas kembali ke kamar, menemui ayahnya. "Ayah juga perlu istirahat. Baru pulang juga kan tadi pagi?"
Jaehyun mengangguk. Terbesit perasaan bersalah bagaimana dia mengasuh anak-anaknya. Yang diharapkan, ketika dia pulang dia melihat senyum anak-anaknya, terutama Jaemin yang diklaim memiliki senyum paling manis. Bukannya melihat anaknya sakit begini.
"Kamu jagain adik kamu yah?" Ucapnya sebelum meninggalkan kamar bernuansa peach itu.
Mark kembali memeriksa kening Jaemin yang rupanya sudah mendingan. Menyadari bahwa pintu yang awalnya ditutup ayahnya tiba-tiba terbuka dan menampilkan sosok lain.
"Dia udah nggak papa kak?" Tanya Jeno yang disambut tatapan sebal Mark.
"Biar gue omongin kalo perbuatan lo bener-bener keterlaluan kemarin."
Bahkan tanpa diberi tahu pun Mark sudah tahu apa yang terjadi semalam. Jeno membawanya ke rumah disaat Jaemin sedang pingsan, lalu melihat ruam kemerah-merahan di leher ataupun rahangnya. Sudah jadi bukti atas tingkah melenceng adiknya.
"Kak, sorry. Gue bener-bener gak sengaja." Penyesalan Jeno mungkin tidak ada artinya dibanding perbuatan yang dia lakukan untuk menolongnya kemarin. Jaemin sedang hipotermia, yang dia pikir pelukan dapat menghangatkannya, tapi juga membuat Jeno menjadi keterusan.
"Kalo lo beneran nggak sengaja harusnya lo bisa tahan nafsu lo, bukannya nerusin." Bantah Mark masih saja kesal.
Jeno itu tampan, bahkan melampiaskannya pada yang lain pun masih sanggup. Tidak harus Jaemin pula. Beruntung saja ayahnya tidak mengetahui. Apalagi Jisung, yang berpotensi lahirnya perang saudara jika tahu.
Atas keribuatan kecil itu membuat tubuh di atas kasur itu bereaksi. Jaemin mengerjap perlahan. Pemandangan Mark yang ada di depannya membuatnya mengerjab matanya lagi. Sebelum saat dia menoleh ke sebelah kanannya yang berdiri seorang Jeno.
"Ohh ini dia, orang yang mencari kesempatan dalam kesempitan." Serunya seketika bangkit dari tidur.
"Brengsek lo Jeno. Lo kira gue apaan bisa lo perlakuin kayak gitu? Budak napsu? Udah ditolongin malah gak tahu berterima kasih ya lo...- Jaemin terus saja mengoceh sambil memukuli Jeno dengan guling di tangannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/333468149-288-k393742.jpg)
YOU ARE READING
Not A Cinderella Story (MARKMIN-NOMIN-SUNGJAEM) REPUBLISH
FanfictionJaemin terpaksa hidup diantara ketiga saudara tirinya. Mark si penindas bak dementor Jeno si dingin yang kalau ngomong mbayar atau Jisung yang suka ndusel-ndusel alus...