Jaemin menghela napas, menatap malas pada antrian ruang tunggu rumah sakit. Sebenarnya sakitnya tidak separah-parah amat sampai diharuskan ke rumah sakit. Ia akui Mark merawatnya dengan sangat baik. Hanya saja ayahnya itu sedikit khawatir pada berat badannya yang terlampau ringan sehingga mengajaknya check up.
Yang membuat Jaemin bingung, bukankah ayahnya itu kaya. Seharusnya memanggil dokter ke rumah tidaklah sulit. Mengapa musti jauh-jauh ke rumah sakit pakai acara mengantri segala?
Kecuali jika ayahnya mau pamer atau tebar pesona. Seorang CEO perusahaan terkenal mengantar anaknya periksa ke rumah sakit. Walau dia memakai pakaian santai agar tidak mudah dikenali, tetap saja siapa yang bisa menolak kharisma seorang Jung Jaehyun. Jaemin bahkan sudah memergoki beberapa suster atau perawat yang mencuri-curi pandang akan ayahnya.
"Kamu ngantuk yah?" Tanya ayahnya. Mengelus surai Jaemin lembut, menarik agar bersenden di pundaknya. Tapi dasar Jaemin, yang malah memilih meletakkan kepala di pahanya.
Biar potek seluruh penghuni rumah sakit. Hihihi
"Ayah nggak ada kerjaan?" Tanya Jaemin memejamkan mata. Tumben sekali ayahnya tidak bekerja atau malah melakukan hal yang tergolong membuang-buang waktu ini.
"Nggak ada, waktu ayah hari ini cuma buat kamu."
Unchh... Benar-benar ayah idaman sekali Jung Jaehyun ini.
"Ayah sadar kalau ayah jarang banget ngeluangin waktu buat kamu. Jadi ayah sengaja ambil cuti sehari." Ucapnya mengelus-elus surai Jaemin. "Kamu hari ini mau apa?"
"Mau bunda, ayah?"
"Mau nelpon bunda?"
Jaemin menggeleng cepat. Maksud Jaemin dia ingin bundanya disini sama ayahnya. Berdua menemaninya dikala sakit. Tapi dianya sadar bahwa itu tidak mungkin. "Nanti setelah ini mau jalan sama ayah nggak?" Jaehyun memberikan opsi lain.
Jalan berdua? Ibarat sugar daddy sama baby nya gitu?
"Jalan kemana?"
"Terserah kamu maunya kemana?"
Jaemin mengangguk setuju. Ingin terlelap saja di pangkuan ayahnya tapi panggilan dari microphone membuatnya untuk segera masuk ke ruangan dokter dan diperiksa. Selama itu pula ayahnya senantiasa menemani dan duduk di sampingnya.
"Cuma gejala kurang darah dan kelelahan." Begitu penjelasan dokter bername tag Winwin. Kembali ke meja kerjanya diikuti Jaemin yang turun dari ranjang dibantu ayahnya. "Akan saya berikan vitamin tambah darah serta dijaga pola makannya yah?"
Merdu sekali suara dokter tersebut sehingga membuat Jaemin nyaman. "Ngomong-ngomong anak kamu cantik Jae?" Cetusnya.
Oh mereka sudah kenal rupanya. Jaemin pun baru mengetahui.
"Lebih cantik kalau dia banyak makan dan mengurangi diet-dietnya itu." Jaehyun menyindir. Dari penjelasan dokter pula, dia baru tahu tentang kondisi Jaemin yang rupanya sering melakukan diet ketat. Hal itu sedikit membuatnya kesal.
"Ayaahh...?"
"Pemilik tubuh ideal adalah pemilik tubuh yang sehat. Kau mengerti Jaemin sayang?"
"Mengerti dokter." Jaemin mengangguk pias. Sedikit takut dengan tampang ayahnya jika sedang kesal.
"Kenapa tidak memanggilku saja ke rumahmu. Aku bisa meluangkan waktuku." Ujaran dokter itu mengarah ke Jaehyun.
"Tidak usah, biar saja aku mengantri seperti pasien-pasien lain."
"Kau CEO besar yang berjiwa rakyat ternyata." Keduanya tersenyum dengan lelucon sederhana itu. Baik Jaemin tidak terlalu peduli karena ponsel-nya yang terus menerus berbunyi meladeni chat spam dari Jisung.
YOU ARE READING
Not A Cinderella Story (MARKMIN-NOMIN-SUNGJAEM) REPUBLISH
FanficJaemin terpaksa hidup diantara ketiga saudara tirinya. Mark si penindas bak dementor Jeno si dingin yang kalau ngomong mbayar atau Jisung yang suka ndusel-ndusel alus...