F.

533 44 0
                                    

Hari ini ayah Jaehyun pulang dari kegiatan bisnisnya. Jaemin yang awalnya sudah punya rencana nongkrong dengan Haechan harus batal karena merasa tidak enak jika tak menyambut kedatangan ayahnya. Setidaknya itulah yang selalu diajarkan Bundanya agar tetap menghargai orang tua. Jaemin menjadi orang yang sampai di rumah paling telat karena Jisung, Jeno dan Mark justru sudah berada di rumah lebih dulu.

Yaiyalah, gojek ngelawan kendaraan pribadi?

"Jaemin sini nak?" Begitu panggilan ceria ayahnya. Dengan pakaian rumahannya, Jaehyun serta merta merangkul Jaemin yang baru turun dari gojek.

"Ayah gimana perjalanan bisnisnya, sukses?" Tanyanya dengan maksud basa-basi tapi sukses membuat Jaehyun terhenyak. Pasalnya ini adalah pertama kalinya salah satu anaknya menanyakan perihal pekerjaannya. Baik Mark, Jeno atau pun Jisung mana pernah berlaku sepeduli itu.

Jaehyun mengangguk penuh senyum, buru-buru menyambung. "Ayah punya kejutan buat kamu."

"Kejutan?"

"Kamu bisa tutup mata sebentar?"

Jaemin mengangguk ragu. Dibiarkannya Jaehyun menutup matanya menggunakan tangannya, langkahnya membawanya melewati pintu demi pintu hingga berakhir ke sebuah ruangan luas. Sampai dilihatnya mobil merah Buggati telah berjejer angkuh diantara mobil yang lain.

"Ayah beli mobil lagi?" Tanya Jaemin. Jangan bilang Si Jahe cuma mau pamer mobilnya.

"Ngapain ayah musti ngumpulin mobil, ini mobil hadiah buat Jaemin."

"Hadiah?" Jaemin membeo. Pikirannya dibiarkan loading sebentar guna mencari reaksi yang sempurna.

And inilah akhirnya...

"Huaahhh... Mobilnya bagus banget, Jaemin sukaa...??"

"Pasti mobilnya mahal banget kan, kyaaa... akhirnya Jaemin naik kasta gak ngojek lagi."

"Ayah... mobilnya licin banget, ih suka pokoknya suka... Makasihh, Jaemin sayang ayah...."

Benar sekali mobilnya sangat licin, sama seperti mulut Jaemin yang terus menerus mengungkapkan kata-kata alay-nya dengan maksud membuat ayahnya senang.

Padahal sih, aslinya Jaemin biasa aja dibelikan mobil. Semahal apapun tetap saja rasanya percuma, karena dia sendiri notabennya tidak bisa menyetir!

Untuk itu, di sisa waktu sore hari ini, ayahnya menyuruhnya untuk belajar menyetir, dengan maksud agar Jaemin bisa membawa mobil itu ke kampusnya. Dari tiga saudaranya, ayahnya memaksanya memilih satu untuk mengajarinya menyetir. Dan dengan cepat, Jaemin pun memilih Jeno!

"Udah jauh dari rumah, nggak perlu lo akting alay-alay lagi!" Timpal Jeno dibalik kemudi buggaty keluaran milik Jaemin yang sekarang sedang dikendarainya.

Sementara orang yang diajaknya bicara langsung mengambil atensi. "Emang kentara banget yah akting gue tadi?"

"Buat gue sih kentara. Nggak tahu yang lain?"

Jeno itu terlewat peka terhadap hal yang diperbuat saudara tirinya ini. Mungkin pada Jisung, Jaemin harus menunjukkan ketidak sukaannya kepada Jaehyun secara terang-terangan. Tapi untuk Jeno gelagat itu sudah terbaca sejak awal.

"Lagian ngasih hadiah malah mobil. Tiket travelling kek, konser kek, baru tuh bikin gue seneng!" Elaknya yang notabennya tidak pernah senang mendapat barang pemberian ayahnya. Sekalipun dia sudah diberi kartu kredit extra limit, dia tetap mengandalkan uang kiriman bundanya. Dalam hatinya terbesit stigma, "Nanti kalau ada masalah mobilnya diambil lagi."

Padahal Jeno tahu ayahnya sama sekali bukan tipe yang seperti itu.

"Jadi, masih mau belajar nyetir?" Tanya Jeno lagi.

Not A Cinderella Story (MARKMIN-NOMIN-SUNGJAEM) REPUBLISHWhere stories live. Discover now